Tangerang: Sebanyak 10 ribu lebih kasus penyakit menular Tuberkulosis (TBC) ditemukan di Kota Tangerang. Berbagai upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut pun terus digalakkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang.
Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Nurdin mengatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus terkait penyakit tersebut, selain jumlah kasus dan kematian yang cukup tinggi, penyakit TBC ini juga dapat berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
"Upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus TBC dari masyarakat melalui berbagai program-programnya, hingga Desember 2023 sudah dapat kami temukan 10.955 kasus TBC dan telah diobati. Di mana angka ini, sudah di atas 100% dari estimasi kasus yang ada yakni 10.181 kasus," ujarnya, Jumat, 24 Mei 2024.
"Dengan membangun kesadaran kolektif tentang bahaya dan ancaman penyakit TBC, berharap penyakit ini dapat kita atasi bersama," sambungnya.
Nurdin menuturkan, berdasarkan data Global TB Report pada 2020, jumlah kasus TBC di Indonesia tercatat sebanyak 845 ribu kasus dan hanya 67% yang melakukan pengobatan, sehingga masih ada potensi penularan dari 33% pasien yang belum diobati.
"Di Kota Tangerang sendiri, ada 582 kasus per 100 ribu penduduk, atau dengan kata lain setiap 1.000 orang maka ada 5-6 orang yang merupakan pengidap TBC, dan 2.757 kasus merupakan TBC anak di bawah 15 tahun. Inilah yang perlu disadari bersama ada potensi ancaman kesehatan yang ada di sekitar kita dan anak-anak kita," jelasnya.
Nurdin berharap kepada para kader penanggulangan yang merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus TBC, dapat berperan lebih banyak untuk terus mengedukasi masyarakat.
"Di samping tentunya upaya pencegahan yang aktif dan promotif, melalui skrining dan active case finding, tentunya sangat penting juga untuk penanganan dan pengobatan TBC karena ini harus intensif, obatnya tidak boleh berhenti. Di sinilah peran penting kader untuk terus mengingatkan dan mengedukasi agar pengobatan dan penanganan pasien pengidap TBC dapat tuntas dan sembuh total," ungkapnya.
Sementara, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Mugiya Wardhany mengatakan, pihaknya akan terus melakukan skrining TBC berbasis dahak dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM), skrining berbasis X-Ray, sampai skrining TB laten menggunakan Tuberkulin Skin Test (TST) untuk meningkatkan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) secara gratis.
"Kami komitmen untuk menurunkan angka kasus TBC di Kota Tangerang yang masih tergolong cukup tinggi dengan estimasi mencapai lebih dari 10 ribu kasus. Sederet kegiatan ini juga diharapkan mampu berjalan dengan sangat efektif dan konsisten," kata Mugiya.
Tangerang: Sebanyak 10 ribu lebih kasus penyakit menular Tuberkulosis (TBC) ditemukan di Kota Tangerang. Berbagai upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut pun terus digalakkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang.
Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Nurdin mengatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus terkait penyakit tersebut, selain jumlah kasus dan kematian yang cukup tinggi, penyakit TBC ini juga dapat berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
"Upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus TBC dari masyarakat melalui berbagai program-programnya, hingga Desember 2023 sudah dapat kami temukan 10.955 kasus TBC dan telah diobati. Di mana angka ini, sudah di atas 100% dari estimasi kasus yang ada yakni 10.181 kasus," ujarnya, Jumat, 24 Mei 2024.
"Dengan membangun kesadaran kolektif tentang bahaya dan ancaman penyakit TBC, berharap penyakit ini dapat kita atasi bersama," sambungnya.
Nurdin menuturkan, berdasarkan data Global TB Report pada 2020, jumlah kasus TBC di Indonesia tercatat sebanyak 845 ribu kasus dan hanya 67% yang melakukan pengobatan, sehingga masih ada potensi penularan dari 33% pasien yang belum diobati.
"Di Kota Tangerang sendiri, ada 582 kasus per 100 ribu penduduk, atau dengan kata lain setiap 1.000 orang maka ada 5-6 orang yang merupakan pengidap TBC, dan 2.757 kasus merupakan TBC anak di bawah 15 tahun. Inilah yang perlu disadari bersama ada potensi ancaman kesehatan yang ada di sekitar kita dan anak-anak kita," jelasnya.
Nurdin berharap kepada para kader penanggulangan yang merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus TBC, dapat berperan lebih banyak untuk terus mengedukasi masyarakat.
"Di samping tentunya upaya pencegahan yang aktif dan promotif, melalui skrining dan active case finding, tentunya sangat penting juga untuk penanganan dan pengobatan TBC karena ini harus intensif, obatnya tidak boleh berhenti. Di sinilah peran penting kader untuk terus mengingatkan dan mengedukasi agar pengobatan dan penanganan pasien pengidap TBC dapat tuntas dan sembuh total," ungkapnya.
Sementara, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Mugiya Wardhany mengatakan, pihaknya akan terus melakukan skrining TBC berbasis dahak dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM), skrining berbasis X-Ray, sampai skrining TB laten menggunakan Tuberkulin Skin Test (TST) untuk meningkatkan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) secara gratis.
"Kami komitmen untuk menurunkan angka kasus TBC di Kota Tangerang yang masih tergolong cukup tinggi dengan estimasi mencapai lebih dari 10 ribu kasus. Sederet kegiatan ini juga diharapkan mampu berjalan dengan sangat efektif dan konsisten," kata Mugiya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)