ilustrasi/Medcom.id
ilustrasi/Medcom.id

81.753 warga Jatim Menderita TBC, Tertinggi Kedua di Indonesia

Amaluddin • 25 Maret 2023 08:36
Surabaya: Sebanyak 81.753 warga Jawa Timur terinfeksi Tuberkulosis (TBC), atau tertinggi kedua setelah Jawa Barat. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan komitmennya mendukung program pemerintah pusat untuk melakukan Eliminasi TBC 2030.
 
"Ini sebuah angka yang harus kita sampaikan sebagai cambukan semangat serta kewaspadaan untuk bersama sama kita atasi. Maka kami Pemprov Jatim berkomitmen serius untuk program Eliminasi TBC 2030, dengan target penurunan mencapai 65/100.000 penduduk," kata Khofifah, di Surabaya, Jumat, 24 Maret 2023.
 
Seperti diketahui, peringatan Hari Tuberkulosis (TBC) sedunia diperingati setiap tanggal 24 Maret. Untuk itu secara khusus Khofifah mengatakan bahwa setelah pandemi covid-19 yang melanda dunia saat ini, mulai melandai maka program eliminasi TBC 2030 sangat perlu dikuatkan kembali.

"Kita Pemprov Jatim, tidak bisa bergerak sendiri. Untuk mendukung penuh program pemerintah pusat, kita perlu kerjasama dari seluruh elemen," katanya. 
 
Mengacu pada Perpres No 67 Tahun 2021, Pemprov Jatim telah menerbitkan Pergub Jatim No 50 Tahun 2022 tentang Penanggulangan Penyakit Tuberculosis. Penerbitan aturan tersebut juga sejalan dengan upaya peningkatkan penemuan terduga TBC melalui Aplikasi E-Tibi dan memberlakukan TB 06 di semua fasilitas layanan kesehatan. 
 
Baca: Jokowi Ingin Penanganan Covid jadi Contoh Penanggulangan TBC hingga Stunting

Langkah ini dilakukan guna mencapai target temuan kasus TBC 90 persen dari estimasi kasus TBC nasional. Atau melakukan penemuan 16.700 kasus TBC per minggunya. Selain itu, didukung pula dengan keterlibatan penuh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (fasyankes) baik negeri/swasta, utamanya dalam melakukan screening.
 
"Peningkatan kualitas fasyankes pemerintah dan swasta termasuk Dokter Praktek Mandiri, Klinik dan RS Swasta dalam memberikan Layanan TBC juga harus kita perhatikan," ujarnya. 
 
"Intinya, jika semakin banyak yang terdeteksi sedini mungkin, penanganan juga semakin cepat. Karena penularannya lewat udara, maka screening sebanyak mungkin akan mengurangi jumlah penularan," ucap dia.
 
Untuk itu, Khofifah kembali mengajak seluruh elemen, mulai dari nakes hingga masyarakat umum  untuk semakin peduli akan bahaya dari penyakit TBC.
 
"Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030," ujarnya. 
 
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jarim, Erwin Astha Triyono, mengaku pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan TBC. Pertama, mengintensifkan penemuan terduga TBC di masyarakat dengan skrining mandiri gejala TBC melalui aplikasi E-TIBI di tautan https://dinkes.jatimprov.go.id/assesment-tbc/public/. 
 
Sebagai informasi, TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui udara atau semburan air liur. Penyakit tersebut kerap menyerang paru-paru dan dapat berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa gejala TBC yang perlu diwaspadai yaitu batuk terus menerus (persisten), nyeri dada, sesak napas, demam, berkeringat di malam hari tanpa aktivitas, dan berat badan terus menurun. 
 
"Jika masyarakat mengalami gejala tersebut, segera skrining mandiri melalui E-TIBI atau segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat," kata Erwin.
 
Upaya kedua, mengintensifkan kolaborasi lintas program diantaranya adalah TBC-HIV, TBC-DM (Diabetus Melitus), TBC-KIA (Kesehatan Ibu & Anak), TBC-PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) serta melibatkan unsur pentahelix dalam penanganan TBC di Jawa Timur.
 
Ketiga, mengoptimalkan penemuan kasus TBC secara aktif (Investigasi Kontak, Skrining Masal di Sekolah, Lapas, Pondok Pesantren dan Tempat Kerja)
 
Keempat, membentuk Tim DPPM (Distric Public Private Mix) dan KOPI (Koalisi Organisasi Profesi) TBC di Kab/Kota se Jawa Timur. Kelima, melakukan ekspansi layanan TBC Resisten Obat di 21 Rumah Sakit dan di tahun 2023 ditargekan menjadi 33 Rumah Sakit Layanan TBC Resisten Obat.
 
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan,  Jawa Timur berhasil meraih beberapa capaian, antara lain penemuan terduga TBC di Jawa Timur pada tahun 2022 telah melebihi target 100% yang ditentukan yaitu mencapai 117 persen. Sebelumnya di tahun 2021, penemuan terduga TBC di Jawa Timur hanya mencapai 57 persen
 
Selanjutnya, Penemuan kasus TBC sebanyak 81.753 jiwa atau 76,02 persen dari target kasus yang diestimasikan yaitu 107.547 jiwa. Capaian ini meningkat dibandingkan tahun 2021 yaitu 53.289 jiwa.
 
Berikutnya, Treatment Coverage (Kasus TBC ditemukan dan diobati) pada tahun 2022 telah mencapai 63,94 persen meningkat dibandingkan tahun 2021 yang hanya mencapai 45,08%. Dengan jumlah temuan yang meningkat tersebut, maka angka keberhasilan pengobatan mencapai 89 persen dari target 90 persen pada tahun 2022.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan