medcom.id, Bali: Aksi Super Damai Bela Islam III di silang Monumen Nasional, Jakarta, Jumat 2 Desember, dipuji Kepala Kepolisian Daerah Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto.
"Demo 212 (2 Desember) itu sangat damai. Bahkan ada teman saya mengirim pesan, tak ada satu dahan atau ranting yang patah selama aksi. Dunia mengakui Indonesia sebagai negara Islam terbesar dengan aksi yang sangat damai," kata Sugeng di sela acara Simakrama bertema "Sarasehan Kebangsaan Revitalisasi dan Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika", di Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Sabtu (3/12/2016).
Ia berharap fenomena ini tetap dipertahankan di Indonesia. Apalagi Indonesia adalah negara demokrasi dengan penduduk Islam terbesar dunia.
Di Bali, ia menjamin kondisinya sangat aman. Rata-rata per hari hanya ada laporan 10 kasus kriminal untuk tingkat provinsi. "Kondisi ini berbeda dengan saat saya menjadi Kapolsek Menteng Jakarta. Di sana per hari sampai ada 10 kasus kriminal," kata dia.
Ribuan orang long march menuju Monas saat aksi 2 Desember di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta
Di Bali, lanjutnya, rata-rata satu kabupaten hanya 1 kasus kriminal per hari. "Jadi, Bali sangat aman," ujarnya.
Indonesia menempati urutan ke-40 dari 180 negara teraman di dunia. Menurut Sugeng, semakin tahun keamanan di Indonesia semakin meningkat. "Semoga ke depan kita bisa masuk 10 besar negara teraman di dunia," ujarnya.
Anggota DPD RI Dapil Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, mengatakan fenomena Ahok menjadi kristalisasi gerakan nasionalisme melawan radikalisme. Indonesia akhirnya tahu mana kelompok yang nasionalis dan mana kelompok yang radikalis berbasis agama.
"Indonesia harus mengapresiasi kinerja TNI/Polri yang mampu meredam berbagai upaya merongrong nasionalisme dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya," ujar dia.
Massa aksi memadati kawasan Monas untuk salat Jumat di Jakarta, Jumat (2/12/2016). Foto: MI/Galih Pradipta
Bila dihubungkan dalam cerita pewayangan, kata Arya, kasus demo Ahok seperti perang Bharata Yudha. Terjadi pertempuran antara Korawa melawan Pandawa. Di tengah pertempuran tersebut turunlah Cakra Byuha yang diperankan TNI dan Polri untuk menetralisasi suasana.
"Faktanya, intelijen kita bisa memetakan mana yang radikal dan mana yang nasionalis. Dan Polri berhasil menangkap orang-orang yang diduga bisa memicu konflik dan makar yang saat ini sedang diproses hukum," ujarnya.
medcom.id, Bali: Aksi Super Damai Bela Islam III di silang Monumen Nasional, Jakarta, Jumat 2 Desember, dipuji Kepala Kepolisian Daerah Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto.
"Demo 212 (2 Desember) itu sangat damai. Bahkan ada teman saya mengirim pesan, tak ada satu dahan atau ranting yang patah selama aksi. Dunia mengakui Indonesia sebagai negara Islam terbesar dengan aksi yang sangat damai," kata Sugeng di sela acara Simakrama bertema "Sarasehan Kebangsaan Revitalisasi dan Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika", di Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Sabtu (3/12/2016).
Ia berharap fenomena ini tetap dipertahankan di Indonesia. Apalagi Indonesia adalah negara demokrasi dengan penduduk Islam terbesar dunia.
Di Bali, ia menjamin kondisinya sangat aman. Rata-rata per hari hanya ada laporan 10 kasus kriminal untuk tingkat provinsi. "Kondisi ini berbeda dengan saat saya menjadi Kapolsek Menteng Jakarta. Di sana per hari sampai ada 10 kasus kriminal," kata dia.
Ribuan orang long march menuju Monas saat aksi 2 Desember di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta
Di Bali, lanjutnya, rata-rata satu kabupaten hanya 1 kasus kriminal per hari. "Jadi, Bali sangat aman," ujarnya.
Indonesia menempati urutan ke-40 dari 180 negara teraman di dunia. Menurut Sugeng, semakin tahun keamanan di Indonesia semakin meningkat. "Semoga ke depan kita bisa masuk 10 besar negara teraman di dunia," ujarnya.
Anggota DPD RI Dapil Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, mengatakan fenomena Ahok menjadi kristalisasi gerakan nasionalisme melawan radikalisme. Indonesia akhirnya tahu mana kelompok yang nasionalis dan mana kelompok yang radikalis berbasis agama.
"Indonesia harus mengapresiasi kinerja TNI/Polri yang mampu meredam berbagai upaya merongrong nasionalisme dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya," ujar dia.
Massa aksi memadati kawasan Monas untuk salat Jumat di Jakarta, Jumat (2/12/2016). Foto: MI/Galih Pradipta
Bila dihubungkan dalam cerita pewayangan, kata Arya, kasus demo Ahok seperti perang Bharata Yudha. Terjadi pertempuran antara Korawa melawan Pandawa. Di tengah pertempuran tersebut turunlah Cakra Byuha yang diperankan TNI dan Polri untuk menetralisasi suasana.
"Faktanya, intelijen kita bisa memetakan mana yang radikal dan mana yang nasionalis. Dan Polri berhasil menangkap orang-orang yang diduga bisa memicu konflik dan makar yang saat ini sedang diproses hukum," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)