medcom.id, Sidoarjo: Luberan air bercampur lumpur menyebabkan Sungai Ketapang mengalami pendangkalan. Bukan cuma itu, luberan lumpur yang bocor dari beberapa titik mencemari sumur warga.
Luberan lumpur membuat warga tak bisa memasak air untuk diminum. Di sisi utara kolam penampungan, lumpur masih terus mengalir ke Sungai Ketapang.
"Kami setiap hari harus membeli air bersih dengan jerigen," kata Sutomo, 65, warga Desa Gempolsari, Kamis (4/12/2014).
Hingga Kamis siang, jebolan Tanggul Titik 73 belum ditutup. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) memulai pembangunan tanggul baru sepanjang 1,7 kilometer di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Permukiman warga Desa Kedungbendo pun menghitam. Warga Desa Kedungbendo bahkan menggali jalan di depan rumah mereka untuk dijadikan aliran lumpur mengarah ke Sungai Ketapang.
"Sebab kalau tidak kita tidak membuat saluran seperti ini, genangan lumpur di pemukiman semakin tinggi," kata seorang warga yang enggan namanya disebutkan.
Catatan BPLS, volume lumpur panas dari pusat semburan masih mencapai 30 ribu hingga 50 ribu meter kubik per hari. Sebagian lumpur itu mengalir ke Sungai Ketapang, sebagian lagi dibuang ke Sungai Porong.
"Kami berusaha membangun tanggul baru agar lumpur tidak lagi mengalir ke Sungai Ketapang dan tidak menimbulkan pencemaran," kata Humas BPLS Dwinanto Prasetyo, hari ini.
medcom.id, Sidoarjo: Luberan air bercampur lumpur menyebabkan Sungai Ketapang mengalami pendangkalan. Bukan cuma itu, luberan lumpur yang bocor dari beberapa titik mencemari sumur warga.
Luberan lumpur membuat warga tak bisa memasak air untuk diminum. Di sisi utara kolam penampungan, lumpur masih terus mengalir ke Sungai Ketapang.
"Kami setiap hari harus membeli air bersih dengan jerigen," kata Sutomo, 65, warga Desa Gempolsari, Kamis (4/12/2014).
Hingga Kamis siang, jebolan Tanggul Titik 73 belum ditutup. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) memulai pembangunan tanggul baru sepanjang 1,7 kilometer di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Permukiman warga Desa Kedungbendo pun menghitam. Warga Desa Kedungbendo bahkan menggali jalan di depan rumah mereka untuk dijadikan aliran lumpur mengarah ke Sungai Ketapang.
"Sebab kalau tidak kita tidak membuat saluran seperti ini, genangan lumpur di pemukiman semakin tinggi," kata seorang warga yang enggan namanya disebutkan.
Catatan BPLS, volume lumpur panas dari pusat semburan masih mencapai 30 ribu hingga 50 ribu meter kubik per hari. Sebagian lumpur itu mengalir ke Sungai Ketapang, sebagian lagi dibuang ke Sungai Porong.
"Kami berusaha membangun tanggul baru agar lumpur tidak lagi mengalir ke Sungai Ketapang dan tidak menimbulkan pencemaran," kata Humas BPLS Dwinanto Prasetyo, hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JCO)