Yogyakarta: PT Kereta Api Indonesia (KAI) membina sekitar 7 ribu petugas keamanan atau sekuriti untuk mencegah pelecehan seksual. Para sekuriti dibina maraton agar bisa membantu pengamanan dan pencegahan pelecehan seksual.
"7 ribu sekuriti itu ada di Jawa dan Sumatra, atau dari Aceh hingga Banyuwangi. Kami mau mereka (sekuriti) bisa bekerja dan melayani dengan humanis," kata Vice President Corporate Secretary KAI Services, Irwan Juliardi dihubungi, Selasa, 27 September 2022.
Iwan mengatakan pengamanan itu dimulai sejak petugas masuk stasiun tempat bertugas. Mereka sudah harus mengisi presensi kehadiran secara digital. Sistem presensi memastikan petugas melakukan pemantauan.
"Pelecehan seksual bisa terpantau melalui e-patrol. Kami bisa memantau langsung kondisi penumpang," kata dia.
Ia mengatakan pemantauan keamanan juga dilakukan langsung petugas di lapangan. Petugas akan menindak saat terjadi kejahatan, baik kriminal maupun pelecehan seksual.
"Penumpang yang mengalami kejadian bisa langsung melapor ke petugas. Nantinya pelaku akan dieksekusi di stasiun terdekat," ujarnya.
Iwan mengatakan pengawasan keamanan secara langsung maupun dengan teknologi akan membantu meningkatkan keamanan. Ia mengungkapkan ada barcode berfungsi langsung memotret kejadian.
"Dengan adanya digitalisasi front liner kondisi keamanan ikut terpantau. Berbagai bentuk kejahatan terlihat di command centre dengan digitalisasi," ungkapnya.
Yogyakarta: PT
Kereta Api Indonesia (KAI) membina sekitar 7 ribu petugas keamanan atau sekuriti untuk mencegah pelecehan seksual. Para sekuriti dibina maraton agar bisa membantu pengamanan dan pencegahan pelecehan seksual.
"7 ribu
sekuriti itu ada di Jawa dan Sumatra, atau dari Aceh hingga Banyuwangi. Kami mau mereka (sekuriti) bisa bekerja dan melayani dengan humanis," kata Vice President Corporate Secretary KAI Services, Irwan Juliardi dihubungi, Selasa, 27 September 2022.
Iwan mengatakan pengamanan itu dimulai sejak petugas masuk stasiun tempat bertugas. Mereka sudah harus mengisi presensi kehadiran secara digital. Sistem presensi memastikan petugas melakukan pemantauan.
"Pelecehan seksual bisa terpantau melalui
e-patrol. Kami bisa memantau langsung kondisi penumpang," kata dia.
Ia mengatakan pemantauan keamanan juga dilakukan langsung petugas di lapangan. Petugas akan menindak saat terjadi kejahatan, baik kriminal maupun pelecehan seksual.
"Penumpang yang mengalami kejadian bisa langsung melapor ke petugas. Nantinya pelaku akan dieksekusi di stasiun terdekat," ujarnya.
Iwan mengatakan pengawasan keamanan secara langsung maupun dengan teknologi akan membantu meningkatkan keamanan. Ia mengungkapkan ada
barcode berfungsi langsung memotret kejadian.
"Dengan adanya digitalisasi front liner kondisi keamanan ikut terpantau. Berbagai bentuk kejahatan terlihat di
command centre dengan digitalisasi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)