Warga berjalan melintasi banjir di depan sebuah masjid akibat luapan Sungai Teunom di Blang Baro, Aceh Jaya, Aceh, Selasa (16/10/2018). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj)
Warga berjalan melintasi banjir di depan sebuah masjid akibat luapan Sungai Teunom di Blang Baro, Aceh Jaya, Aceh, Selasa (16/10/2018). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj)

Meski Puncak Kemarau, BMKG Ingatkan Warga Aceh Waspada Banjir

Antara • 25 Agustus 2022 00:42
Banda Aceh: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sejumlah wilayah Aceh diguyur hujan intensitas sedang hingga deras meski saat ini puncak musim kemarau, sehingga warga perlu mewaspadai potensi banjir.
 
“Kita sudah di puncak kemarau, kita perkirakan akhir Agustus dan awal September memasuki peralihan musim dari kemarau ke musim hujan,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, Zakaria Ahmad, di Banda Aceh, Rabu, 24 Agustus 2022.
 
Menurut dia, meski secara umum kondisi cuaca di Tanah Rencong sudah puncak musim kemarau, namun beberapa daerah diperkirakan bakal tetap diguyur hujan dengan intensitas tinggi sehingga berpotensi menyebabkan banjir.

“Ini disebabkan karena gangguan pergerakan massa udara rossby ekuatorial yang dapat membawa uap air lebih banyak ke Aceh,” ucapnya.
 
Beberapa daerah itu seperti Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Jaya. 
 
Baca juga: 5 Kecamatan di Aceh Barat Daya Terendam Banjir

“Terutama wilayah Aceh Jaya, dimana daerah ini ada fenomena angin fhon atau angin menabrak gunung, yang membuat uap air membentuk awan hujan tertahan di wilayah itu,” terang dia.
 
Kendati demikian, BMKG juga mengingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih tetap terjadi di wilayah Aceh selama puncak kemarau.
 
Terutama di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Aceh Tengah, Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Subulussalam.
 
Apalagi, kata dia, per hari ini juga terdeteksi tiga titik panas di Aceh yakni di dua titik di Aceh Singkil dan satu titik di Aceh Selatan.
 
“Potensi timbulnya karhutla ini disebabkan wilayah tersebut banyak masyarakat bukan lahan dengan cara membakar,” katanya.
 
Terlebih, kecepatan angin barat di provinsi paling barat Indonesia itu masih tinggi yakni antara 5-30 kilometer per jam ke arah barat daya.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan