Malang: Fenomena embun upas yang menyerupai salju di kawasan Gunung Bromo dianggap indah sejumlah wisatawan. Namun, kemunculannya ternyata membuat resah para petani.
Kawasan pertanian di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, salah satunya.
"Embun upas ini jika tidak segera dibersihkan tanamannya biasanya akan layu dan lama-lama mati," ucap Camat Poncokusumo, Didik Agus Mulyono, Sabtu, 10 Juni 2023.
Dia menjelaskan, biasanya embun upas itu terjadi pada pagi hari. Butiran-butiran salju menghinggapi tanaman milik para petani, sehingga perlu dilakukan antisipasi.
“Embun upas itu biasanya terjadi di Desa Ngadas maupun desa lainnya. Terutama menyerang tanaman seperti bawang putih, brambang (bawang merah), dan kentang,” katanya.
Maka dari itu, petani sudah melakukan langkah antisipasi jika embun upas menyerang tanaman mereka. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak layu dan mati.
“Sehingga petani sudah mengantisipasi dengan penyemprotan air di pagi hari sebelum matahari terbit,” terang dia.
Salah satu petani di Poncokusumo Suwito menyebutkan, embun upas ini membuat pekerjaan petani di lereng Gunung Bromo Semeru bertambah. Ketika tanaman tidak dibersihkan tanaman kentangnya akan mati.
"Setiap pagi ngecek harus dibersihkan, kalau enggak bisa mati. Memang embun upas ini kita ada sedikit kerja ekstra," tutur Suwito.
Di sisi lain, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar (BB) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Septi Eka Wardhani, mengatakan munculnya fenomena embun upas diawali dengan cuaca yang terik dan panas pada siang harinya. Kemudian proses fenomena itu mulai terjadi pada sore hari.
“Pada sore hari ada kabut tipis, sedangkan pada malam hari dingin antara nol hingga lima derajat mendekati titik beku. Itu tanda-tanda frost bakal dijumpai,” jelas Septi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Malang: Fenomena embun upas yang menyerupai salju di kawasan Gunung Bromo dianggap indah
sejumlah wisatawan. Namun, kemunculannya ternyata membuat resah para petani.
Kawasan pertanian di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, salah satunya.
"Embun upas ini jika tidak segera dibersihkan tanamannya biasanya akan layu dan lama-lama mati," ucap Camat Poncokusumo, Didik Agus Mulyono, Sabtu, 10 Juni 2023.
Dia menjelaskan, biasanya embun upas itu terjadi pada pagi hari. Butiran-butiran salju menghinggapi tanaman milik para petani, sehingga perlu dilakukan antisipasi.
“Embun upas itu biasanya terjadi di Desa Ngadas maupun desa lainnya. Terutama menyerang tanaman seperti bawang putih, brambang (bawang merah), dan kentang,” katanya.
Maka dari itu, petani sudah melakukan langkah antisipasi jika embun upas menyerang tanaman mereka. Hal ini dilakukan agar tanaman
tidak layu dan mati.
“Sehingga petani sudah mengantisipasi dengan penyemprotan air di pagi hari sebelum matahari terbit,” terang dia.
Salah satu petani di Poncokusumo Suwito menyebutkan, embun upas ini membuat pekerjaan petani di lereng Gunung Bromo Semeru bertambah. Ketika tanaman tidak dibersihkan tanaman kentangnya akan mati.
"Setiap pagi ngecek harus dibersihkan, kalau enggak bisa mati. Memang embun upas ini kita ada sedikit kerja ekstra," tutur Suwito.
Di sisi lain, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar (BB) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Septi Eka Wardhani, mengatakan munculnya
fenomena embun upas diawali dengan cuaca yang terik dan panas pada siang harinya. Kemudian proses fenomena itu mulai terjadi pada sore hari.
“Pada sore hari ada kabut tipis, sedangkan pada malam hari dingin antara nol hingga lima derajat mendekati titik beku. Itu tanda-tanda frost bakal dijumpai,” jelas Septi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)