"Secara administrasi sudah kami proses, hanya tinggal menunggu tanda tangan bupati (Bantul)," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Agus Yuli Herwanto, saat dihubungi, Rabu, 6 September 2023.
Baca: Demi Dapat Air Bersih, Warga di Majalengka Rela Menunggu Berjam-jam
|
Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Antoni Hutagaol, mengatakan masa perpanjangan siaga darurat kekeringan ini diberlakukan 4 September hingga 30 November 2023. Perpanjangan ini menjadi yang kedua setelah status sebelumnya ditetapkan melalui SK Bupati Bantul Nomor 312/2023 tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan 2023 yang berlaku 6 Juli hingga 3 September.
"Berdasarkan koordinasi BMKG, kekeringan bisa sampai Desember, bahkan Januari 2024. Dengan situasi itu dan permintaan air di lapangan, makanya kami keluarkan siaga darurat, diperpanjang yang kedua," jelas Antoni.
BPBD Kabupaten Bantul mencatat sampai 4 September, 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan 7 kecamatan. Jika dirinci, bantuan air bersih itu telah disistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa.
Adapun 7 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Kecamatan Dlingo mendapat pasokan air paling banyak. Kecamatan Dlingo terbanyak dengan bantuan 635 ribu liter air bersih atau 127 tangki. Di sana digunakan 1.146 KK atay 4.502 jiwa
"Hari ini sudah distribusikan 65 tangki air bersih dari total 382 tangki yang disiapkan BPBD Bantul. Selain itu, bantuan air bersih diberikan PMI dan Dinas Sosial Tagana," ungkapnya.
Baca: Warga di Cirebon Berebut Air Bersih Akibat Sumur Kering Selama 2 Bulan
|
Selain kekeringan, kemarau juga menyebabkan kerawanan kebakaran. Setidaknya, sudah puluhan peristiwa kebakaran terjadi di Kabupaten Bantul dengan sebagian disebabkan akibat aktivitas membakar sampag.
"Hampir separonya (kasus kebakaran akibat) faktor membakar sampah. Masyarakat membakar ditinggal pergi, dianggap suah mati, kena angin jadi cepat membakar. Kemarin saja sampai 7 kali dalam sehari," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News