Gunungkidul: Kegagalan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia membuat orang tua pemain sangat terpukul. Ayah pemain Timnas U-20 Indonesia Hokky Caraka, Ribut Budi Suryono mempersilakan anaknya mengungkapkan kecewaan dengan batasan tertentu.
"Perasaan kami sangat kecewa. Sangat sedih. Kalau boleh dibilang sangat marah. Saya mempersilakan anak saya maupun keluarga menyampaikan apapun itu di grup WA keluarga, jangan keluar," kata Ribut di Gunungkidul, Kamis, 30 Maret 2023.
Ia mengatakan persiapan untuk menjadi salah satu pemain di Timnas U-20 membutuhkan waktu dan proses sangat panjang. Ia menyebut banyak hal yang sudah dikorbannya anaknya bertahun-tahun.
"Berat, yang tentunya banyak dikorbankan, seperti sekolah, jauh dari orang tua, banyak hal yang dikorbankan," ucapnya.
Sebagai pribadi, kata dia, Hokky memiliki mimpi sangat besar tampil di Piala Dunia U-20. Di usianya yang masih 18 tahun, Hokky disebut hendak menunjukkan potensinya di panggung dunia, termasuk untuk bisa menarik klub-klub ternama.
Ia mengatakan Hokky sangat frustasi saat ini. Ribut menilai masyarakat yang tak pernah berkecimpung di dunia sepakbola akan sangat mudah mengatakan ini hanya soal sepakbola. Tidak ada sepakbola tidak kiamat dan sebagainya
"Tetap ketika mereka merasakan langsung bagaimana bisa sampai Timnas U-20, perjuangannya sangat panjang dan melelahkan. Mulai dari SSB, U-10, membagi waktu latihan dengan sekolah, harus punya biaya mengorbankan tenaga. Sangat berat. Kekecewaan mereka tidak bisa dibeli dengan apapun saking kecewanya," ujarnya.
Mimpi Hokky tampil di Piala Dunia U-20 itu kini kandas. Ribut meminta anaknya kembali membangun mimpi di tingkatan yang lebih berat.
Ia mengaku indikasi batalnya Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia mulai terbaca dari pembatalan pembagian grup atau drawing. Meskipun, pembatalan drawing diikuti dengan upaya perundingan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dengan FIFA di Zurich, Swiss. Ia menilai perundingan di Swiss hanya sebagai lobi agar Indonesia tidak disanksi berat.
"Sekarang kekhawatiran kami Indonesia kena sanksi FIFA. Pemain-pemaun ini bisa jadi tak punya jenjang skala internasional maupun global. Yang punya klub hanya bisa bermain di klub lokal Indonesia, tidak bisa bermain ke luar Indonesia. Banyak stakeholder yang dirugikan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Gunungkidul: Kegagalan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia membuat orang tua pemain sangat terpukul. Ayah pemain
Timnas U-20 Indonesia Hokky Caraka, Ribut Budi Suryono mempersilakan anaknya mengungkapkan kecewaan dengan batasan tertentu.
"Perasaan kami sangat kecewa. Sangat sedih. Kalau boleh dibilang sangat marah. Saya mempersilakan anak saya maupun keluarga menyampaikan apapun itu di grup WA keluarga, jangan keluar," kata Ribut di
Gunungkidul, Kamis, 30 Maret 2023.
Ia mengatakan persiapan untuk menjadi salah satu pemain di
Timnas U-20 membutuhkan waktu dan proses sangat panjang. Ia menyebut banyak hal yang sudah dikorbannya anaknya bertahun-tahun.
"Berat, yang tentunya banyak dikorbankan, seperti sekolah, jauh dari orang tua, banyak hal yang dikorbankan," ucapnya.
Sebagai pribadi, kata dia, Hokky memiliki mimpi sangat besar tampil di Piala Dunia U-20. Di usianya yang masih 18 tahun, Hokky disebut hendak menunjukkan potensinya di panggung dunia, termasuk untuk bisa menarik klub-klub ternama.
Ia mengatakan Hokky sangat frustasi saat ini. Ribut menilai masyarakat yang tak pernah berkecimpung di dunia sepakbola akan sangat mudah mengatakan ini hanya soal sepakbola. Tidak ada sepakbola tidak kiamat dan sebagainya
"Tetap ketika mereka merasakan langsung bagaimana bisa sampai Timnas U-20, perjuangannya sangat panjang dan melelahkan. Mulai dari SSB, U-10, membagi waktu latihan dengan sekolah, harus punya biaya mengorbankan tenaga. Sangat berat. Kekecewaan mereka tidak bisa dibeli dengan apapun saking kecewanya," ujarnya.
Mimpi Hokky tampil di Piala Dunia U-20 itu kini kandas. Ribut meminta anaknya kembali membangun mimpi di tingkatan yang lebih berat.
Ia mengaku indikasi batalnya Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia mulai terbaca dari pembatalan pembagian grup atau drawing. Meskipun, pembatalan drawing diikuti dengan upaya perundingan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dengan FIFA di Zurich, Swiss. Ia menilai perundingan di Swiss hanya sebagai lobi agar Indonesia tidak disanksi berat.
"Sekarang kekhawatiran kami Indonesia kena sanksi FIFA. Pemain-pemaun ini bisa jadi tak punya jenjang skala internasional maupun global. Yang punya klub hanya bisa bermain di klub lokal Indonesia, tidak bisa bermain ke luar Indonesia. Banyak stakeholder yang dirugikan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)