Bekasi: Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang Bekasi dalam era kemerdekaan Indonesia. Terdapat sejarah di balik berdirinya Monumen Alun-alun yang berada di Jalan Veteran, Kota Bekasi, Jawa Barat ini.
Sejarawan Bekasi, Ali Anwar, menceritakan ada beberapa kisah di balik pendirian monumen tersebut. Dia mengatakan, pendirian monumen tersebut tidak terlepas dari dua sejarah yang terjadi di Bekasi (kini Kota Bekasi).
Yang pertama yaitu peristiwa pejuang Bekasi membunuh 90 tentara Jepang di Stasiun Bekasi sampai ke Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945. Peristiwa itu mencuri perhatian Presiden Soekarno saat itu. Bahkan, Bung Besar hadir di tengah masyarakat untuk menenangkan massa.
"Bung Karno datang ke alun-alun Bekasi setelah pejuang Bekasi membunuh 90 tentara Jepang di Stasiun Bekasi sampai Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945. Bung Karno hadir sebentar untuk menenangkan massa," kata Ali Anwar kepada Medcom.id, Jumat 11 November 2022.
Jejak Bung Karno di Bekasi
Peristiwa 90 tentara Jepang terbunuh itu mencuri perhatian banyak pihak. Tak terkecuali Pemerintah Jepang.
Saat itu pihak Jepang sangat menyayangkan perisitwa yang terjadi di Bekasi karena menyebabkan krisis politik di kalangan Pemerintah Indonesia. Hal tersebut disampaikan Laksamana Maeda, tokoh Jepang yang meminjamkan kepada pemuda untuk 'menculik' Bung Karno dan Bung Hatta agar merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Rengasdengklok, kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Pertama, Soekanto Tjokrodiatmodjo.
"Saya harap supaya Pemerintah Republik Indonesia sekarang juga bertindak setepat-tepatnya," kata Maeda dikutip dari buku Revolusi Bekasi karya Ali Anwar.
Soekanto pun menyatakan bahwa sebagai utusan pemerintah dirinya menyampaikan penyesalan dari semua pemimpin.
Meski belum genap satu bulan menjabat sebagai Kapolri, Soekanto mengaku telah mendengar besarnya jasa-jasa Maeda terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Saya berusaha untuk membalas budi Paduka Tuan dengan pekerjaan untuk kebaikan Angkatan Laut. Sesungguhnya saya sangat menyesal bahwa saya masih lemah untuk mencegah kejadian-kejadian itu," katanya.
Soekanto juga berterima kasih atas petunjuk Maeda yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Pun, dia akan menyampaikan segala petunjuk dan suasana pembicaraan kepada pembesar pemerintah.
"Dan saya akan berusaha membereskan segala hal ini," katanya.
Ali Anwar juga menceritakan, bahwa setelah itu Bung Karno hadir di Bekasi sebagai tanda tanggung jawab terhadap dunia internasional atas peristiwa pembunuhan 90 tentara Jepang.
Presiden Sukarno datang ke Bekasi pada 25 Oktober 1945 di hadapan rakyat Bekasi yang memenuhi Alun-alun Bekasi, Sukarno meminta agar rakyat jangan mencampuri urusan kereta api dan jangan mengacaukan perjalanan.
Bung Karno pun menyampaikan beberapa hal dalam pertemuannya dengan rakyat kala itu. Di mana, Bung Karno tidak memarahi rakyat dan memuji patriotisme.
"Aku tidak memarahi mereka. Sebaliknya aku memuji patriotismenya. Dengan suara yang lunak dan dengan suara seorang bapak aku berkata, 'Kita telah banyak berkorban untuk merebut kemerdekaan. Akan tetapi kita memperolehnya. Kita telah mempunyai negara sendiri. Orang kulit putih tidak menduga, bahwa kita sanggup menjalankannya sendiri. Seperti engkau semua mengetahui, semboyan dari Pemerintah Republik adalah all is running well," kata Bung Karno dikutip dari buku tersebut.
Disampaikan bahwa Bung Karno menyatakan, semboyan itu menjadi pegangan bangsa Indonesia supaya dapat memberikan kesan kepada pihak Sekutu. Sehingga, mereka yakin bahwa kita pun sanggup memerintah diri sendiri.
"Oleh karena itu, dengan mencampuri urusan kereta api dan mengacaukan perjalanannya, itu juga berarti mengarahkan kesempatan untuk merdeka keluar dari rel. Kita harus memperlihatkan kepada dunia luar bahwa kalau kereta api dari Surabaya harus sampai jam tujuh, dalam pemerintahan kita yang baru dia hendaknya betul-betul sampai jam tujuh," kata Bung Karno lagi.
Pada kesempatan itu, Bung Karno menyatakan bahwa rakyat Bekasi memahami kata-katanya dengan baik. Sehingga, mulai hari itu tidak ada lagi penghentian kereta api.
Bekasi Tolak Negara Pasundan dan Distrik Federal Jakarta
Ali Anwar juga mengatakan bahwa monumen tersebut juga berkaitan dengan Resolusi Rakyat Bekasi tahun 1950. Terdapat sejumlah hal yang disampaikan dalam resolusi tersebut. Yaitu, menolak negara Pasundan Distrik Federal Jakarta.
"Resolusi Rakyat Bekasi pada Februari 1950 menolak negara pasundan dan distrik federal Jakarta," katanya.
Selain itu, poin lain dalam Resolusi Rakyat Bekasi adalah meminta bergabung ke Republik Indonesia.
Serta, meminta nama kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Bekasi hingga pemekaran menjadi Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi kini.
Bekasi: Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang Bekasi dalam era kemerdekaan Indonesia. Terdapat sejarah di balik berdirinya Monumen Alun-alun yang berada di Jalan Veteran, Kota Bekasi, Jawa Barat ini.
Sejarawan Bekasi, Ali Anwar, menceritakan ada beberapa kisah di balik pendirian monumen tersebut. Dia mengatakan, pendirian monumen tersebut tidak terlepas dari dua sejarah yang terjadi di Bekasi (kini Kota Bekasi).
Yang pertama yaitu peristiwa pejuang Bekasi membunuh 90 tentara Jepang di Stasiun Bekasi sampai ke Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945. Peristiwa itu mencuri perhatian Presiden Soekarno saat itu. Bahkan, Bung Besar hadir di tengah masyarakat untuk menenangkan massa.
"Bung Karno datang ke alun-alun Bekasi setelah pejuang Bekasi membunuh 90 tentara Jepang di Stasiun Bekasi sampai Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945. Bung Karno hadir sebentar untuk menenangkan massa," kata Ali Anwar kepada Medcom.id, Jumat 11 November 2022.
Jejak Bung Karno di Bekasi
Peristiwa 90 tentara Jepang terbunuh itu mencuri perhatian banyak pihak. Tak terkecuali Pemerintah Jepang.
Saat itu pihak Jepang sangat menyayangkan perisitwa yang terjadi di Bekasi karena menyebabkan krisis politik di kalangan Pemerintah Indonesia. Hal tersebut disampaikan Laksamana Maeda, tokoh Jepang yang meminjamkan kepada pemuda untuk 'menculik' Bung Karno dan Bung Hatta agar merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Rengasdengklok, kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Pertama, Soekanto Tjokrodiatmodjo.
"Saya harap supaya Pemerintah Republik Indonesia sekarang juga bertindak setepat-tepatnya," kata Maeda dikutip dari buku Revolusi Bekasi karya Ali Anwar.
Soekanto pun menyatakan bahwa sebagai utusan pemerintah dirinya menyampaikan penyesalan dari semua pemimpin.
Meski belum genap satu bulan menjabat sebagai Kapolri, Soekanto mengaku telah mendengar besarnya jasa-jasa Maeda terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Saya berusaha untuk membalas budi Paduka Tuan dengan pekerjaan untuk kebaikan Angkatan Laut. Sesungguhnya saya sangat menyesal bahwa saya masih lemah untuk mencegah kejadian-kejadian itu," katanya.
Soekanto juga berterima kasih atas petunjuk Maeda yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Pun, dia akan menyampaikan segala petunjuk dan suasana pembicaraan kepada pembesar pemerintah.
"Dan saya akan berusaha membereskan segala hal ini," katanya.
Ali Anwar juga menceritakan, bahwa setelah itu Bung Karno hadir di Bekasi sebagai tanda tanggung jawab terhadap dunia internasional atas peristiwa pembunuhan 90 tentara Jepang.
Presiden Sukarno datang ke Bekasi pada 25 Oktober 1945 di hadapan rakyat Bekasi yang memenuhi Alun-alun Bekasi, Sukarno meminta agar rakyat jangan mencampuri urusan kereta api dan jangan mengacaukan perjalanan.
Bung Karno pun menyampaikan beberapa hal dalam pertemuannya dengan rakyat kala itu. Di mana, Bung Karno tidak memarahi rakyat dan memuji patriotisme.
"Aku tidak memarahi mereka. Sebaliknya aku memuji patriotismenya. Dengan suara yang lunak dan dengan suara seorang bapak aku berkata, 'Kita telah banyak berkorban untuk merebut kemerdekaan. Akan tetapi kita memperolehnya. Kita telah mempunyai negara sendiri. Orang kulit putih tidak menduga, bahwa kita sanggup menjalankannya sendiri. Seperti engkau semua mengetahui, semboyan dari Pemerintah Republik adalah all is running well," kata Bung Karno dikutip dari buku tersebut.
Disampaikan bahwa Bung Karno menyatakan, semboyan itu menjadi pegangan bangsa Indonesia supaya dapat memberikan kesan kepada pihak Sekutu. Sehingga, mereka yakin bahwa kita pun sanggup memerintah diri sendiri.
"Oleh karena itu, dengan mencampuri urusan kereta api dan mengacaukan perjalanannya, itu juga berarti mengarahkan kesempatan untuk merdeka keluar dari rel. Kita harus memperlihatkan kepada dunia luar bahwa kalau kereta api dari Surabaya harus sampai jam tujuh, dalam pemerintahan kita yang baru dia hendaknya betul-betul sampai jam tujuh," kata Bung Karno lagi.
Pada kesempatan itu, Bung Karno menyatakan bahwa rakyat Bekasi memahami kata-katanya dengan baik. Sehingga, mulai hari itu tidak ada lagi penghentian kereta api.
Bekasi Tolak Negara Pasundan dan Distrik Federal Jakarta
Ali Anwar juga mengatakan bahwa monumen tersebut juga berkaitan dengan Resolusi Rakyat Bekasi tahun 1950. Terdapat sejumlah hal yang disampaikan dalam resolusi tersebut. Yaitu, menolak negara Pasundan Distrik Federal Jakarta.
"Resolusi Rakyat Bekasi pada Februari 1950 menolak negara pasundan dan distrik federal Jakarta," katanya.
Selain itu, poin lain dalam Resolusi Rakyat Bekasi adalah meminta bergabung ke Republik Indonesia.
Serta, meminta nama kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Bekasi hingga pemekaran menjadi Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi kini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)