Bandar Lampung: Siswa SPN Kemiling Polda Lampung, Advent Pratama Telaumbanua (APT), yang tewas saat kegiatan pembinaan fisik masih dalam penyelidikan. Pasalnya, kronologis kasus tersebut memiliki dua versi.
Penyebab kematian siswa Diktuk Bintara Polisi gelombang II angkatan 2023 itu terdapat versi dari Polda Lampung dan keluarga APT.
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadilah, mengeklaim APT meninggal karena kelelahan bukan atas tindak kekerasan. Advent sempat mengikuti pembinaan fisik pada siang hari sebelum meninggal.
"Latihan fisik berupa lari tiga putaran lapangan sekolah, push up, dan sit up. Saat memasuki jam istirahat, seluruh siswa menuju rumah makan. Namun, baru berjalan sekitar 30 meter tiba-tiba Advent terjatuh," kata Fadilah, Minggu, 20 Agustus 2023.
Kemudian rekan APT langsung menolong dan memanggil petugas klinik SPN. Advent saat itu masih dapat berkomunikasi dan mengaku pusing. Namun, kesadarannya terus menurun hingga harus dirujuk ke UGD RS Bhayangkara.
"Sekitar 40 menit sampai di RS yang bersangkutan meninggal dunia," ujarnya.
Meski begitu, dia tidak menyampaikan secara jelas alasan Advent meninggal. Sementara RS Bhayangkara menyebutkan Advent tidak ada riwayat penyakit.
Kronologi versi keluarga
Paman Advent, Rahmat Telaumbanua, menjelaskan keluarga mendapatkan kabar Advent meninggal karena sakit. Alasan itu membuat keluarga menerima musibah dan tidak melakukan autopsi jenazah. Kemudian jenazah dikirim ke Sumatra Utara pada 16 Agustus 2023.
Namun, keluarga berubah pikiran ketika melihat kondisi jenazah. Sebab, ada luka tidak wajar di bagian dahi, dagu, dan bibir Advent. Bahkan perut bagian lambung jenazah nampak busung.
Untuk itu, pihak keluarga memutuskan untuk autopsi jenazah di RS Adam Malik, Medan. Keluarga sempat ditawarkan kembali untuk melakukan autopsi di RS Bhayangkara, Medan. Namun, keluarga menolak karena khawatir tidak netral.
Dugaan adanya kekerasan diperkuat dengan informasi dari rekan Advent yang menyebutkan ada penyiksaan yang dilakukan lebih dari satu orang. Bahkan, oknum tersebut memerintahkan Advent tidak mendapatkan makan.
"Keluarga mendapatkan informasi kematian Advent karena perbuatan Brigadir Ir bersama teman-temannya. Anggota polisi itu membanting Advent dan mereka menyiksanya," ujarnya
Selain itu, keluarga juga tidak diizinkan melihat jenazah Advent saat masih di RS Bhayangkara. Hal ini membuat keluarga tidak mengetahui kondisi tubuh Advent. Sehingga sempat percaya dan menolak melakukan autopsi.
Bandar Lampung: Siswa SPN Kemiling
Polda Lampung, Advent Pratama Telaumbanua (APT), yang tewas saat
kegiatan pembinaan fisik masih dalam penyelidikan. Pasalnya, kronologis kasus tersebut memiliki dua versi.
Penyebab kematian siswa Diktuk Bintara Polisi gelombang II angkatan 2023 itu terdapat versi dari Polda Lampung dan keluarga APT.
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadilah, mengeklaim APT meninggal karena kelelahan bukan atas tindak kekerasan. Advent sempat mengikuti pembinaan fisik pada siang hari sebelum meninggal.
"Latihan fisik berupa lari tiga putaran lapangan sekolah, push up, dan sit up. Saat memasuki jam istirahat, seluruh siswa menuju rumah makan. Namun, baru berjalan sekitar 30 meter tiba-tiba Advent terjatuh," kata Fadilah, Minggu, 20 Agustus 2023.
Kemudian rekan APT langsung menolong dan memanggil petugas klinik SPN. Advent saat itu masih dapat berkomunikasi dan mengaku pusing. Namun, kesadarannya terus menurun hingga harus dirujuk ke UGD
RS Bhayangkara.
"Sekitar 40 menit sampai di RS yang bersangkutan meninggal dunia," ujarnya.
Meski begitu, dia tidak menyampaikan secara jelas alasan Advent meninggal. Sementara RS Bhayangkara menyebutkan Advent tidak ada riwayat penyakit.
Kronologi versi keluarga
Paman Advent, Rahmat Telaumbanua, menjelaskan keluarga mendapatkan kabar Advent meninggal karena sakit. Alasan itu membuat keluarga menerima musibah dan tidak melakukan autopsi jenazah. Kemudian jenazah dikirim ke Sumatra Utara pada 16 Agustus 2023.
Namun, keluarga berubah pikiran ketika melihat kondisi jenazah. Sebab, ada luka tidak wajar di bagian dahi, dagu, dan bibir Advent. Bahkan perut bagian lambung jenazah nampak busung.
Untuk itu, pihak keluarga memutuskan untuk autopsi jenazah di RS Adam Malik, Medan. Keluarga sempat ditawarkan kembali untuk melakukan autopsi di RS Bhayangkara, Medan. Namun, keluarga menolak karena khawatir tidak netral.
Dugaan adanya kekerasan diperkuat dengan informasi dari rekan Advent yang menyebutkan ada penyiksaan yang dilakukan lebih dari satu orang. Bahkan, oknum tersebut memerintahkan Advent tidak mendapatkan makan.
"Keluarga mendapatkan informasi kematian Advent karena perbuatan Brigadir Ir bersama teman-temannya. Anggota polisi itu membanting Advent dan mereka menyiksanya," ujarnya
Selain itu, keluarga juga tidak diizinkan melihat jenazah Advent saat masih di RS Bhayangkara. Hal ini membuat keluarga tidak mengetahui kondisi tubuh Advent. Sehingga sempat percaya dan menolak melakukan autopsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)