Aceh: Tiga harimau sumatera ditemukan tewas terkena jeratan di kawasan Hutan Gampong Iboih, Meukek, Aceh Selatan. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto menyatakan, terdapat unsur kesengajaan terkait kematian hewan langka ini.
Agus menjelaskan, melalui hasil autopsi dugaan awal sementara, ketiga harimau yang dilindungi ini tewas dikarenakan infeksi luka akibat jeratan yang terdapat pada tubuh individu harimau. Masyarakat diminta untuk tidak memasang jerat guna menangkap jenis satwa apapun.
“Ada unsur kesengajaan dengan memasang jerat di wilayah tersebut yang tentu saja akan mengenai satwa liar yang melewati jerat itu,” kata Agus dalam tayangan Metro Siang di Metro TV pada Jumat, 27 Agustus 2021
Agus menerangkan, penangkapan jenis satwa apapun termasuk babi dapat berdampak pada penurunan populasi dan terjadinya konflik harimau dengan masyarakat. BKSDA Aceh pun tak henti melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahaman ini.
“Kami juga melakukan patroli jerat dan monitoring terkait pergerakan harimau di wilayah tersebut dengan memasang kamera,” terang Agus.
Survei populasi beberapa tahun lalu melaporkan, terdapat 150 hingga 200 harimau dan penurunan populasi kian terjadi. Agus mengajak seluruh pihak untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya permasalahan ini.
“Ini kasus pertama adanya kasus harimau yang terjerat. Penegak hukum dan tokoh masyarakat ikut serta mendukung pelestarian habitat dan satwa liar yang ada di wilayah,” jelasnya. (Nadia Ayu)
Aceh: Tiga
harimau sumatera ditemukan tewas terkena jeratan di kawasan Hutan Gampong Iboih, Meukek, Aceh Selatan. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto menyatakan, terdapat unsur kesengajaan terkait kematian hewan langka ini.
Agus menjelaskan, melalui hasil autopsi dugaan awal sementara, ketiga harimau yang dilindungi ini tewas dikarenakan infeksi luka akibat jeratan yang terdapat pada tubuh individu harimau. Masyarakat diminta untuk tidak memasang jerat guna menangkap jenis satwa apapun.
“Ada unsur kesengajaan dengan memasang jerat di wilayah tersebut yang tentu saja akan mengenai satwa liar yang melewati jerat itu,” kata Agus dalam tayangan Metro Siang di Metro TV pada Jumat, 27 Agustus 2021
Agus menerangkan, penangkapan jenis satwa apapun termasuk babi dapat berdampak pada penurunan populasi dan terjadinya konflik harimau dengan masyarakat. BKSDA Aceh pun tak henti melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahaman ini.
“Kami juga melakukan patroli jerat dan monitoring terkait pergerakan harimau di wilayah tersebut dengan memasang kamera,” terang Agus.
Survei populasi beberapa tahun lalu melaporkan, terdapat 150 hingga 200 harimau dan penurunan populasi kian terjadi. Agus mengajak seluruh pihak untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya permasalahan ini.
“Ini kasus pertama adanya kasus harimau yang terjerat. Penegak hukum dan tokoh masyarakat ikut serta mendukung pelestarian habitat dan satwa liar yang ada di wilayah,” jelasnya. (
Nadia Ayu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)