Surabaya: Sampah plastik identik dengan lingkungan dan tempat yang kotor. Namun, berbeda dengan Museum Plastik di Desa Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini yang menjadi destinasi baru anak-anak muda untuk berfoto-foto.
Relawan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) yang mengagas pembuatan museum yang 100 persen berbahan limbah plastik sejak dua bulan lalu itu. Pembuatan museum ini berawal dari keprihatinan limbah sampah plastik yang sudah mencemari lingkungan.
Memasuki are museum, berdiri kokoh Dewi Sri sosok dewi mitologi masyarakat Jawa dengan mengenakan rok panjang yang terbuat dari kemasan dan bungkusan limbah sampah plastik produk rumah tangga.
Sosok demi mitologi Dewi Sri di Museum Plastik. Medcom.id/Amaluddin
Yang menjadi favorit pengunjung berfoto-foto atau sekadar berswafoto adalah bagian terowongan yang semuanya berbalut botol-botol plastik. Refleksi cahaya dari instalasi dinding terowongan yang berwarna-warni semakin membuat cantik untuk berfoto-foto.
"Sementara untuk terowongan museum sepanjang 10 meter dengan ketinggian 33 kaki itu, dibuat menggunakan sekitar 4.444 botol," kata Pendiri Museum Plastik, Prigi Arisandi, ditemui Medcom.id, Selasa, 12 Oktober 2021.
Pengunjung berfoto di Museum Sampah Plastik. Medcom.id/Amaluddin
Saat ini, museum sampah plastik telah menjadi lokasi yang populer. Pengelola menggelar Pameran bertajuk "3F" (Fish Fersus Flastik) tersebut, berlangsung di ruang terbuka di daerah Kabupaten Gresik, Jatim. Hingga saat ini, lebih dari 500 pengunjung telah berkunjung ke museum tersebut.
"Kami membuat museum plastik ini, berawal dari keperihatinan banyaknya sampah plastik, yang dibuang sembarangan di sungai oleh masyarakat. Sehingga mencemarkan lingkungan dan habitat yang ada," kata Prigi.
Baca: Mendulang Sampah Plastik Menjadi Instalasi Museum yang Artistik
Prigi mengatakan, pembuatan instalasi museum plastik yang digunakan dikumpulkan dari tempat pembuangan sampah, serta sungai yang tersebar di beberapa daerah di Jatim. Misalnya Sungai Brantas sepanjang dari Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, lalu Mangroove Wonerejo, dan Sungai Surabaya.
Museum itu dibuat untuk mengingatkan kepada masyrakat, tentang bahaya sampah plastik pada lingkungan dan habitat mahluk hidup. Serta untuk mengkampanyekan bahaya penggunaan plastik sekali pakai, yang saat ini banyak mengotori sungai-sungai Indonesia termasuk di Jatim.
"Apalagi plastik ini sangat sulit didaur ulang. Makanya kami mengajak masyarakat agar berhenti mengonsumsi plastik sekali pakai, karena akan mencemari lingkungan seperti sungai, laut yang merupakan sumber makanan kita," ujarnya.
Menurut Prigi, pencemaran plastik telah menjadi permasalahan yang sangat akut. Masalah sampah plastik menjadi penting di Indonesia, sebagai negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan.
Surabaya: Sampah plastik identik dengan lingkungan dan tempat yang kotor. Namun, berbeda dengan Museum Plastik di Desa Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini yang menjadi destinasi baru anak-anak muda untuk berfoto-foto.
Relawan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) yang mengagas pembuatan museum yang 100 persen berbahan limbah plastik sejak dua bulan lalu itu. Pembuatan museum ini berawal dari keprihatinan limbah sampah plastik yang sudah mencemari lingkungan.
Memasuki are museum, berdiri kokoh Dewi Sri sosok dewi mitologi masyarakat Jawa dengan mengenakan rok panjang yang terbuat dari kemasan dan bungkusan limbah sampah plastik produk rumah tangga.
Sosok demi mitologi Dewi Sri di Museum Plastik. Medcom.id/Amaluddin
Yang menjadi favorit pengunjung berfoto-foto atau sekadar berswafoto adalah bagian terowongan yang semuanya berbalut botol-botol plastik. Refleksi cahaya dari instalasi dinding terowongan yang berwarna-warni semakin membuat cantik untuk berfoto-foto.
"Sementara untuk terowongan museum sepanjang 10 meter dengan ketinggian 33 kaki itu, dibuat menggunakan sekitar 4.444 botol," kata Pendiri Museum Plastik, Prigi Arisandi, ditemui Medcom.id, Selasa, 12 Oktober 2021.
Pengunjung berfoto di Museum Sampah Plastik. Medcom.id/Amaluddin
Saat ini, museum sampah plastik telah menjadi lokasi yang populer. Pengelola menggelar Pameran bertajuk "3F" (Fish Fersus Flastik) tersebut, berlangsung di ruang terbuka di daerah Kabupaten Gresik, Jatim. Hingga saat ini, lebih dari 500 pengunjung telah berkunjung ke museum tersebut.
"Kami membuat museum plastik ini, berawal dari keperihatinan banyaknya sampah plastik, yang dibuang sembarangan di sungai oleh masyarakat. Sehingga mencemarkan lingkungan dan habitat yang ada," kata Prigi.
Baca: Mendulang Sampah Plastik Menjadi Instalasi Museum yang Artistik
Prigi mengatakan, pembuatan instalasi museum plastik yang digunakan dikumpulkan dari tempat pembuangan sampah, serta sungai yang tersebar di beberapa daerah di Jatim. Misalnya Sungai Brantas sepanjang dari Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, lalu Mangroove Wonerejo, dan Sungai Surabaya.
Museum itu dibuat untuk mengingatkan kepada masyrakat, tentang bahaya sampah plastik pada lingkungan dan habitat mahluk hidup. Serta untuk mengkampanyekan bahaya penggunaan plastik sekali pakai, yang saat ini banyak mengotori sungai-sungai Indonesia termasuk di Jatim.
"Apalagi plastik ini sangat sulit didaur ulang. Makanya kami mengajak masyarakat agar berhenti mengonsumsi plastik sekali pakai, karena akan mencemari lingkungan seperti sungai, laut yang merupakan sumber makanan kita," ujarnya.
Menurut Prigi, pencemaran plastik telah menjadi permasalahan yang sangat akut. Masalah sampah plastik menjadi penting di Indonesia, sebagai negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WHS)