Ilustrasi pemantauan hilal. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Ilustrasi pemantauan hilal. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Pantauan Hilal di DIY Disiapkan di 4 Titik

Ahmad Mustaqim • 29 Februari 2024 00:07
Yogyakarta: Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (Kanwil Kemenag DIY) mendapat rekomendasi melaksanakan pemantauan hilal (rukyatul hilal) awal ramadan 1445. Otoritas setempat menyataakan pantauan hilal akan dilaksanakan di empat lokasi. 
 
"Rukyatul hilal akan kami lakukan pada 10 Maret 2024 di 4 lokasi berbeda," kata Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag DIY, Jauhar Mustofa saat dihubungi, Rabu, 28 Februari 2024.
 
Baca: Simak, 7 Amalan Menyambut Bulan Suci Ramadan
 
Lokasi pertama yang akan jadi tempat pemantauan hilal yakni di lantai tiga Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kabupaten Kulon Progo. Pemantauan hilal di lokasi tersebut telah memperoleh izin. 
 
"Nanti di sana akan menggunakan sebuah teropong jenis theodolite. Yang menyelenggarakan Kemenag Kulon Progo dengan instansi dan lembaga terkait," jelasnya.

Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman akan bersama menggelar pemantauan hilal di satu lokasi, yakni rooftop Hotel Grand Keisha Yogyakarta. Dua wilayah ini memutuskan membuat satu titik pemantauan karena lokasi lokasinya berdekatan.
 
Adapun Kemenag Kabupaten Gunungkidul akan menggelar rukyatul hilal di objek wisata HeHa Sky View. Pemantauan hilal juga menggunakan satu theodolite dan satu teleskop. 
 
"Rukyatul hilal kami pusatkan di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Belabelu Parangtritis, Kabupaten Bantul. Yang mengadakan Kemenag Kabupaten Bantul dengan Kanwil Kemenag DIY," ungkapnya.
 
Menurut dia, pantauan hilal di POB tersebut dilakukan memakai tiga teleskop milik Badan Hisab Rukyat (BHR) Kanwil Kemenag DIY dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta. Jauhar menyatakan langkah memperbanyak lokasi pemantauan hilal menjadi bagian memperbesar peluang potensi melihat bulan di ufuk. 
 
"Situasi dan kondisi lokasi rukyatul hilal memengaruhi pengamatan posisi hilal atau ufuk baratnya. Cuaca seperti di POB yang selalu terbias dengan uap air juga memengaruhi pengamatan," bebernya.
 
Berdasarkan data astronomis Badan Hisab Rukyat (BHR) DIY, ia menambahkan, pada 10 Maret 2024 ketinggian hilal saat matahari terbenam diperkirakan pada posisi 0 derajat, 11 menit, 25 detik. Menurutnya, data itu memiliki arti hilal masih akan di bawah standar "imkanur" rukyat yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) untuk penetapan awal Ramadhan yang mensyaratkan tinggi minimal tiga derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
 
Dengan demikian, lanjutnya, peluang perbedaan awal ramadan antara pemerintah dengan Muhammadiyah sangat besar. Meskipun, keputusan nanti tetap tergantung sidang isbat dan hasil pemantauan hilal di titik lain. 
 
"Kami kira masyarakat sudah dewasa dengan perbedaan awal ramadan sehingga kami berharap semua menyikapi dengan biasa saja," ujarnya. 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan