Yogyakarta: Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan sistem pranata mangsa tak lagi relevan untuk menentukan awal musim tanam. Kondisi ini disebabkan kondisi iklim yang sulit diprediksi.
"Masa tanam diprediksi Oktober-November tak bisa. November pertengahan prediksi hujan, bisa saja Desember," kata Reni di Yogyakarta pada Kamis, 19 Oktober 2023.
Pranata mangsa merupakan sistem penanggalan Jawa yang biasa dijadikan dasar sebagian masyarakat memulai masa tanam. Hal tersebut masih digunakan oleh sebagian masyarakat di pedesaan.
Reni mencontohkan sebagian masyarakat Kabupaten Gunungkidul yang wilayahnya sempat diguyur hujan, mulai menebar benih padi. "Tapi ternyata benih tidak tumbuh karena (kebutuhan) air masih kurang."
Menurutnya, kondisi itu sudah menjadi salah satu indikasi bahwa pranata mangsa tak bisa jadi patokan menentukan masa tanam. Sistem itu hanya bisa dijadikan sebagai penanda namun tak bisa langsung diaplikasikan sebagaimana beberapa tahun lalu.
Reni menjelaskan awal masa tanam para petani kemungkinan baru akhir November. Terlebih kebutuhan air masa tanam, khususnya padi, lebih besar dibandingkan komoditas lain.
"Masa tanam padi curah hujan butuh 40-50 mm per bulan. Jika tidak demikian benihnya bisa mati," ujarnya.
Kemarau yang terjadi saat ini berdampak kekeringan di hampir seluruh wilayah DIY. Catatan BPBD DIY, sekitar 18 juta liter air bersih telah didistribusikan pada masyarakat di wilayah terdampak kekeringan.
Yogyakarta: Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan sistem pranata mangsa tak lagi relevan untuk menentukan awal musim tanam. Kondisi ini disebabkan kondisi iklim yang
sulit diprediksi.
"Masa tanam diprediksi Oktober-November tak bisa. November pertengahan prediksi hujan, bisa saja Desember," kata Reni di Yogyakarta pada Kamis, 19 Oktober 2023.
Pranata mangsa merupakan sistem penanggalan Jawa yang biasa dijadikan dasar sebagian masyarakat memulai masa tanam. Hal tersebut masih digunakan oleh sebagian masyarakat di pedesaan.
Reni mencontohkan sebagian masyarakat Kabupaten Gunungkidul yang wilayahnya sempat diguyur hujan, mulai menebar benih padi. "Tapi ternyata benih tidak tumbuh karena (kebutuhan) air masih kurang."
Menurutnya, kondisi itu sudah menjadi salah satu indikasi bahwa pranata mangsa tak bisa jadi patokan menentukan masa tanam. Sistem itu hanya bisa dijadikan sebagai penanda namun tak bisa langsung diaplikasikan sebagaimana beberapa tahun lalu.
Reni menjelaskan awal masa tanam para petani kemungkinan baru akhir November. Terlebih kebutuhan air masa tanam, khususnya padi, lebih besar dibandingkan komoditas lain.
"Masa tanam padi curah hujan butuh
40-50 mm per bulan. Jika tidak demikian benihnya bisa mati," ujarnya.
Kemarau yang terjadi saat ini berdampak kekeringan di hampir seluruh wilayah DIY. Catatan BPBD DIY, sekitar 18 juta liter air bersih telah didistribusikan pada masyarakat di wilayah terdampak kekeringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)