Surabaya: Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mencatat Kabupaten Sidoarjo, Jatim, tertinggi kasus stunting di Jatim dengan jumlah 24.439 balita. Data itu berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) di 38 kabupaten/kota di Jatim per 25 November 2019.
"Dari total sebanyak 344.019 balita menderita stunting atau gizi buruk di Jatim, tertinggi adalah di Sidoarjo. Namun, ini data bergerak, bisa bertambah dan berkurang sewaktu-waktu," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Jatim, Vitria Dewi, dikonfirmasi, Senin, 17 Februari 2020.
Daerah tertinggi stunting kedua adalah Kabupaten Banyuwangi sebanyak 21.266 balita; 19.309 di Sampang, Madura; 18.530 di Pasuruan; 17.906 di Probolinggo; 16.507 di Blitar; 13.598 di Kota Malang; 13.345 di Kabupaten Nganjuk. Kemudian di Kabupaten Kediri 13.313 balita, 12.607 di Jember, dan 12.111 di Jombang.
Selanjutnya sebanyak 11.721 balita di Kabupaten Tuban; Ponorogo 10.548 balita, 9.882 di Kabupaten Malang, 9.823 di Gresik, dan Ngawi 9.578 balita. Sementara daerah terendah adalah di Kota Blitar sebanyak 907 balita, dan Kota Mojokerto sebanyak 1.097 balita.
Vitria menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh, gagal kembang yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun atau mulai usia 0-2 tahun. Stunting dikenal dengan berbadan pendek, tinggi badannya tumbuh tidak sesuai standar anak seusianya.
Dia menerangkan penyebab stunting karena kurangnya konsumsi makanan bergizi saat dalam kandungan. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan stunting, yakni sanitasi, pola makan, dan pola asuh.
"Hal ini diperparah bagi ibu hamil yang tidak memiliki pengetahuan memadai, soal asupan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sejak di dalam kandungan hingga setelah melahirkan," ujarnya.
Untuk menekan kasus stunting di wilayahnya, lanjut Vitria, Dinkes Jatim menggandeng dengan berbagai lembaga terutama dari unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, serta pengusaha.
"Kami juga bekerja sama dengan ormas untuk mengedukasi masyarakat hingga tataran bawah, terkait pentingnya mencegah stunting khususnya bagi ibu hamil," tandas Vitria.
Surabaya: Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mencatat Kabupaten Sidoarjo, Jatim, tertinggi kasus
stunting di Jatim dengan jumlah 24.439 balita. Data itu berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) di 38 kabupaten/kota di Jatim per 25 November 2019.
"Dari total sebanyak 344.019 balita menderita stunting atau gizi buruk di Jatim, tertinggi adalah di Sidoarjo. Namun, ini data bergerak, bisa bertambah dan berkurang sewaktu-waktu," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Jatim, Vitria Dewi, dikonfirmasi, Senin, 17 Februari 2020.
Daerah tertinggi stunting kedua adalah Kabupaten Banyuwangi sebanyak 21.266 balita; 19.309 di Sampang, Madura; 18.530 di Pasuruan; 17.906 di Probolinggo; 16.507 di Blitar; 13.598 di Kota Malang; 13.345 di Kabupaten Nganjuk. Kemudian di Kabupaten Kediri 13.313 balita, 12.607 di Jember, dan 12.111 di Jombang.
Selanjutnya sebanyak 11.721 balita di Kabupaten Tuban; Ponorogo 10.548 balita, 9.882 di Kabupaten Malang, 9.823 di Gresik, dan Ngawi 9.578 balita. Sementara daerah terendah adalah di Kota Blitar sebanyak 907 balita, dan Kota Mojokerto sebanyak 1.097 balita.
Vitria menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh, gagal kembang yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun atau mulai usia 0-2 tahun. Stunting dikenal dengan berbadan pendek, tinggi badannya tumbuh tidak sesuai standar anak seusianya.
Dia menerangkan penyebab stunting karena kurangnya konsumsi makanan bergizi saat dalam kandungan. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan stunting, yakni sanitasi, pola makan, dan pola asuh.
"Hal ini diperparah bagi ibu hamil yang tidak memiliki pengetahuan memadai, soal asupan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sejak di dalam kandungan hingga setelah melahirkan," ujarnya.
Untuk menekan kasus stunting di wilayahnya, lanjut Vitria, Dinkes Jatim menggandeng dengan berbagai lembaga terutama dari unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, serta pengusaha.
"Kami juga bekerja sama dengan ormas untuk mengedukasi masyarakat hingga tataran bawah, terkait pentingnya mencegah stunting khususnya bagi ibu hamil," tandas Vitria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(LDS)