Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang mengaku kekurangan dokter di rumah sakit (RS). Pihaknya tengah memetakan jumlah yang diperlukan sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan dokter secara proporsional di Kota Atlas.
"Tahun 2022, kami sudah menyiapkan apa yang menjadi arahan Pak Menkes (Menteri Kesehatan) mengenai transformasi kesehatan," kata Kepala Dinkes Kota Semarang dr Abdul Hakam di Semarang, Rabu, 8 Februari 2023.
Abdul mengatakan Dinkes telah memetakan ketersediaan dan persebaran dokter spesialis di RS-RS dengan stratifikasi layanan, mulai paripurna, utama, madya, dasar. Bahkan, hingga yang tidak terklasifikasi.
"Dari sisi RS, bisa kita lihat 32 RS yang ada di Kota Semarang. Wilayah Tugu, Semarang Barat, Ngaliyan, Mijen, Genuk, Semarang Timur, Pedurungan, Tembalang itu cakupan RS-nya banyak," katanya.
Abdul mencontohkan layanan kardiovaskuler, di wilayah Tugu dan Semarang Barat masih madya sehingga diupayakan untuk naik setidaknya ke kelas utama. Bahkan, kalau bisa sampai ke paripurna.
Kemudian, di Kecamatan Ngaliyan ternyata belum ada layanan kardiovaskuler, sementara layanan ibu dan anak, serta PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif) juga masih madya.
Dari stratifikasi itu, kata dia, kebutuhan dokter juga bisa langsung terlihat. Layanan-layanan yang masih terpantau masih madya atau di bawahnya, berarti masih membutuhkan dokter, kecuali sudah paripurna.
"Seperti di Semarang Selatan, RSUP dr Kariadi, layanan kardiovaskuler, layanan ibu dan anak, PONEK-nya sudah paripurna. Berarti sudah enggak butuh dokter spesialis jantung, dokter anak, dan obgyn," ucap Abdul.
Mengenai jumlah kekurangan dokter, bergantung dengan setiap RS dan layanan kesehatan yang disediakan, seperti kardiovaskuler, layanan ibu anak, PONEK, hingga stroke.
"Tahapannya begini. Setelah petakan, kami sampaikan ke RS, Anda harus paripurna di layanan ini. Apa yang dibutuhkan, berarti nambah SDM sama memperbaiki sarana prasarana," jelas dia.
Abdul menyampaikan kebutuhan dokter kian terpetakan seiring majunya ilmu kedokteran. Dulu, ketika ada orang terkena stroke cukup ditangani dokter spesialis syaraf, sedangkan sekarang sub-sub ilmu syaraf berkembang.
"Ini PR (pekerjaan rumah) kami di 2023. Sebagai regulator di bidang kesehatan tentunya kami ingin menaikkan stratifikasi RS di Kota Semarang. Kardiovaskuler, paling enggak ada yang paripurna, layanan stroke ada yang paripurna. Ini yang belum ada," ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Semarang: Dinas Kesehatan
Kota Semarang mengaku kekurangan
dokter di rumah sakit (RS). Pihaknya tengah memetakan jumlah yang diperlukan sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan dokter secara proporsional di Kota Atlas.
"Tahun 2022, kami sudah menyiapkan apa yang menjadi arahan Pak Menkes (Menteri Kesehatan) mengenai transformasi kesehatan," kata Kepala Dinkes Kota Semarang dr Abdul Hakam di Semarang, Rabu, 8 Februari 2023.
Abdul mengatakan Dinkes telah memetakan ketersediaan dan persebaran dokter spesialis di RS-RS dengan stratifikasi layanan, mulai paripurna, utama, madya, dasar. Bahkan, hingga yang tidak terklasifikasi.
"Dari sisi RS, bisa kita lihat 32 RS yang ada di Kota Semarang. Wilayah Tugu, Semarang Barat, Ngaliyan, Mijen, Genuk, Semarang Timur, Pedurungan, Tembalang itu cakupan RS-nya banyak," katanya.
Abdul mencontohkan layanan kardiovaskuler, di wilayah Tugu dan Semarang Barat masih madya sehingga diupayakan untuk naik setidaknya ke kelas utama. Bahkan, kalau bisa sampai ke paripurna.
Kemudian, di Kecamatan Ngaliyan ternyata belum ada layanan kardiovaskuler, sementara layanan ibu dan anak, serta PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif) juga masih madya.
Dari stratifikasi itu, kata dia, kebutuhan dokter juga bisa langsung terlihat. Layanan-layanan yang masih terpantau masih madya atau di bawahnya, berarti masih membutuhkan dokter, kecuali sudah paripurna.
"Seperti di Semarang Selatan, RSUP dr Kariadi, layanan kardiovaskuler, layanan ibu dan anak, PONEK-nya sudah paripurna. Berarti sudah enggak butuh dokter spesialis jantung, dokter anak, dan obgyn," ucap Abdul.
Mengenai jumlah kekurangan dokter, bergantung dengan setiap RS dan layanan kesehatan yang disediakan, seperti kardiovaskuler, layanan ibu anak, PONEK, hingga stroke.
"Tahapannya begini. Setelah petakan, kami sampaikan ke RS, Anda harus paripurna di layanan ini. Apa yang dibutuhkan, berarti nambah SDM sama memperbaiki sarana prasarana," jelas dia.
Abdul menyampaikan kebutuhan dokter kian terpetakan seiring majunya ilmu kedokteran. Dulu, ketika ada orang terkena stroke cukup ditangani dokter spesialis syaraf, sedangkan sekarang sub-sub ilmu syaraf berkembang.
"Ini PR (pekerjaan rumah) kami di 2023. Sebagai regulator di bidang kesehatan tentunya kami ingin menaikkan stratifikasi RS di Kota Semarang. Kardiovaskuler, paling enggak ada yang paripurna, layanan stroke ada yang paripurna. Ini yang belum ada," ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)