Pati: Luas lahan persawahan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mencapai 52 ribu hektare karena musim kemarau berkepanjangan. Dari angka tersebut, seluas 5.000 hektare dibiarkan puso pada musim kemarau tahun ini. Sawah puso tersebut sebagain besar berada di wilayah Pati selatan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati, Niken Tri Meiningrum, mengatakan area persawahan yang dibiarkan puso merupakan sawah tadah hujan. Pada musim tanam tiga (MT3) ini, sawah tadah hujan tidak dapat digarap. Itu lantaran karakteristik lahan tadah hujan membutuhkan sumber mata air dari air hujan.
“Kalau di Pati ini kan, lahan kita ada sawah, irigasi, dan sawah tadah hujan. Tadah hujan ada 21.000 sekian. Di MT3 ini, tadah hujan lahannya memang kebanyakan tak bisa dimanfaatkan karena ketergantungan air hujan,” kata Niken di Pati, Kamis, 24 Agustus 2023.
Pada MT3 ini ada sekitar 5.000 hektare lahan pertanian di area tadah hujan yang diberokan atau puso. Sementara sisanya, tetap ditanami komoditas berupa Palawija dan Kacang Hijau yang tidak terlalu membutuhkan sumber air besar.
“Daerah lainya seperti di Pati Utara aman. Karena ada irigasi, mereka juga bisa memanfaatkan pompa air. Sementara di Pati Selatan, seperti Pucakwangi, Winong, Jakenan, Kayen, terus Sukolilo, diberokan kebanyakan,” jelas Niken.
Meski 5.000 hektare sawah dibiarkan puso, Niken, menyatakan hal itu tidak mengganggu target produksi tahun ini. Sebab, daerah lain seperti Pati utara ketika musim kemarau masih bisa ditanami.
“Kita tiap tahun sudah terkondisi seperti ini. Kita memang tak bisa paksa petani tanam tiga kali di MT3 ini, makanya beberapa memilih diberokan,” ujar Niken.
Pati: Luas lahan persawahan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mencapai 52 ribu hektare karena
musim kemarau berkepanjangan. Dari angka tersebut, seluas 5.000 hektare dibiarkan puso pada musim kemarau tahun ini. Sawah puso tersebut sebagain besar berada di wilayah Pati selatan.
Kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati, Niken Tri Meiningrum, mengatakan area persawahan yang dibiarkan puso merupakan
sawah tadah hujan. Pada musim tanam tiga (MT3) ini, sawah tadah hujan tidak dapat digarap. Itu lantaran karakteristik lahan tadah hujan membutuhkan sumber mata air dari air hujan.
“Kalau di Pati ini kan, lahan kita ada sawah, irigasi, dan sawah tadah hujan. Tadah hujan ada 21.000 sekian. Di MT3 ini, tadah hujan lahannya memang kebanyakan tak bisa dimanfaatkan karena ketergantungan air hujan,” kata Niken di Pati, Kamis, 24 Agustus 2023.
Pada MT3 ini ada sekitar 5.000 hektare lahan pertanian di area tadah hujan yang diberokan atau puso. Sementara sisanya, tetap ditanami komoditas berupa Palawija dan Kacang Hijau yang tidak terlalu membutuhkan sumber air besar.
“Daerah lainya seperti di Pati Utara aman. Karena ada irigasi, mereka juga bisa memanfaatkan pompa air. Sementara di Pati Selatan, seperti Pucakwangi, Winong, Jakenan, Kayen, terus Sukolilo, diberokan kebanyakan,” jelas Niken.
Meski 5.000 hektare sawah dibiarkan puso, Niken, menyatakan hal itu tidak mengganggu target produksi tahun ini. Sebab, daerah lain seperti Pati utara ketika musim kemarau masih bisa ditanami.
“Kita tiap tahun sudah terkondisi seperti ini. Kita memang tak bisa paksa petani tanam tiga kali di MT3 ini, makanya beberapa memilih diberokan,” ujar Niken.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)