Kondisi Barak Bakoy, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (25/12/2014). Para pengungsi harus bergelap-gelapan karena aliran listrik dicabut dan barak terancam dibongkar pemerintah setempat.
Kondisi Barak Bakoy, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (25/12/2014). Para pengungsi harus bergelap-gelapan karena aliran listrik dicabut dan barak terancam dibongkar pemerintah setempat.

10 Tahun Tsunami Aceh

Derita Pengungsi Barak Bakoy Aceh Besar Belum Berakhir

M Rodhi Aulia • 25 Desember 2014 19:48
medcom.id, Banda Aceh: Kondisi pengungsi korban Tsunami di Barak Bakoy, Aceh Besar, sangat memprihatinkan. Sepuluh tahun berlalu, tidak banyak perubahan yang dialami para pengungsi. Pemerintah pun dituding tidak tuntas melakukan proses recovery pascabencana terdahsyat di era modern ini.
 
Koordinator Pengungsi Barak Bakoy, Bukhari mengatakan, para pengungsi tidak lagi mendapatkan bantuan sepeser pun dari pemerintah sejak 2008. "Akhir 2007, masuk tahun 2008, tidak ada tersentuh bantuan apapun. Baik logistik atau apapun tidak ada. Bahkan raskin (beras untuk warga miskin) pun tidak masuk," ujar Bukhari di Barak Bakoy, Aceh Besar, Kamis (25/12/2014).
 
Kondisi mereka malah seperti pepatah; sudah jatuh, tertimpa tangga. Pemerintah mencabut aliran listrik yang selama ini gratis mereka dapatkan. Pemutusan aliran tersebut dilakukan sepihak pada pertengahan 2013 lalu. Tak ayal, kondisi barak yang sudah sangat tidak layak huni itu menjadi gelap gulita.

Menyikapi itu, Bukhari mengaku langsung bereaksi. Dirinya dan sejumlah pengungsi melakukan protes kepada pemerintah. Namun, protes tidak mendapatkan respon positif. Dirinya terpaksa menarik Rp70 ribu per bulan kepada setiap kepala keluarga. Tercatat ada 64 KK di Bakoy. "Uang tersebut untuk pembayaran listrik dan air," ujar dia.
 
Tidak sampai di situ, Bukhari dan puluhan KK yang sedang menunggu bantuan rumah layak huni pun diusir dari barak. Alasannya bakal dibongkar. Melalui surat yang dikeluarkan Camat Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, per 14 Desember 2014, para pengungsi seharusnya sudah angkat kaki dari barak. Mereka dipaksa pindah menumpuk di empat barak yang sudah ditentukan. Yakni, Barak 11, 12, 14 dan 15. Namun, aksi pembongkaran belum kunjung terealisasi hingga detik ini.
 
Bukhari mengaku pembongkaran tersebut belum tepat. Sebab, lebih dari 64 kepala keluarga tak tahu di mana harus berlabuh. Empat barak yang disediakan tidak cukup. Masing-masing barak memiliki 12 kamar. Setiap kamar berukuran 5x4 meter.
 
Dewi Edison, pengungsi lain di Barak Bakoy, menambahkan, kondisi barak sudah sangat sempit. "Bayangkan saja, sejak 2004. Anak kami sudah besar-besar. Bahkan ada yang sudah punya cucu. Mau dibawa ke mana mereka dengan ruang yang sangat sempit itu? Sekarang malah dibongkar dan dipadatkan di empat barak yang ada," Dewi geram.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(JCO)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan