Makassar: Tiga wartawan yang meliput aksi mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, mendapat tindak kekerasan diduga dari polisi. Tiga wartawan itu kini dirawat di rumah sakit.
"Saya dipukul saat ambil gambar di depan Kantor DPRD Sulsel," kata salah satu wartawan yang juga menjadi korban tindakan kekerasan, Ishak, di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa, 24 September 2019.
Dia mengatakan pemukulan terhadap dirinya berawal saat kepolisian mengejar mahasiswa yang berhamburan setelah tembakan gas air mata. Ishak terus mengambil gambar hingga dilarang polisi.
"Sempat saya dilarang, tapi saya meliput, jadi terus ambil gambar," imbuhnya.
Saat mengambil gambar, Ishak mengaku, ditarik dan dipegang oleh dua anggota polisi. Tiba-tiba saja polisi lain datang menendang perut dan bagian belakang Ishak.
Selain Ishak, wartawan Kantor Berita Indonesia Antara, Darwin Fatih, juga dipukul diduga oleh anggota polisi. Darwin menerangkan polisi memukulnya membabi buta.
Darwin mengatakan dipukul setelah mengambil gambar. Dia mengaku dipukul dengan pentungan bertubi-tubi. Beruntung dirinya masih bisa menahan beberapa pukulan, namun tetap mengalami luka di kepala.
Akibat pukulan tersebut, Darwin dibawa ke Rumah Sakit Awal Bros untuk mendapat pertolongan. Kepala Darwin kini diperban, tangan bengkak akibat pukulan pentungan dari kepolisian.
"Saya dipukul pakai pentungan. Untung saya tahan terus itu pentungan. Bengkak-bengkak tanganku," jelasnya.
Sementara, wartawan Inikata.com, Saiful mengaku dipukul polisi karena merekam kejadian saat polisi menyerang mahasiswa di bawah Fly Over Makassar, Sulawesi Selatan.
"Saya dilarang tapi saya perlihatkan ID Card bahwa saya jurnalis," katanya.
Namun, polisi tetap melarang. Saiful kemudian mengalah dengan tidak mengambil gambar.
Namun, aku dia, polisi tetap memukul dengan pentungan. Akibatnya bagian bawah mata sebelah kiri robek dan dibawa ke rumah sakit.
Makassar: Tiga wartawan yang meliput aksi mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, mendapat tindak kekerasan diduga dari polisi. Tiga wartawan itu kini dirawat di rumah sakit.
"Saya dipukul saat ambil gambar di depan Kantor DPRD Sulsel," kata salah satu wartawan yang juga menjadi korban tindakan kekerasan, Ishak, di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa, 24 September 2019.
Dia mengatakan pemukulan terhadap dirinya berawal saat kepolisian mengejar mahasiswa yang berhamburan setelah tembakan gas air mata. Ishak terus mengambil gambar hingga dilarang polisi.
"Sempat saya dilarang, tapi saya meliput, jadi terus ambil gambar," imbuhnya.
Saat mengambil gambar, Ishak mengaku, ditarik dan dipegang oleh dua anggota polisi. Tiba-tiba saja polisi lain datang menendang perut dan bagian belakang Ishak.
Selain Ishak, wartawan Kantor Berita Indonesia Antara, Darwin Fatih, juga dipukul diduga oleh anggota polisi. Darwin menerangkan polisi memukulnya membabi buta.
Darwin mengatakan dipukul setelah mengambil gambar. Dia mengaku dipukul dengan pentungan bertubi-tubi. Beruntung dirinya masih bisa menahan beberapa pukulan, namun tetap mengalami luka di kepala.
Akibat pukulan tersebut, Darwin dibawa ke Rumah Sakit Awal Bros untuk mendapat pertolongan. Kepala Darwin kini diperban, tangan bengkak akibat pukulan pentungan dari kepolisian.
"Saya dipukul pakai pentungan. Untung saya tahan terus itu pentungan. Bengkak-bengkak tanganku," jelasnya.
Sementara, wartawan Inikata.com, Saiful mengaku dipukul polisi karena merekam kejadian saat polisi menyerang mahasiswa di bawah Fly Over Makassar, Sulawesi Selatan.
"Saya dilarang tapi saya perlihatkan ID Card bahwa saya jurnalis," katanya.
Namun, polisi tetap melarang. Saiful kemudian mengalah dengan tidak mengambil gambar.
Namun, aku dia, polisi tetap memukul dengan pentungan. Akibatnya bagian bawah mata sebelah kiri robek dan dibawa ke rumah sakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(LDS)