Iskandar bersama Wayang Uwuhnya. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Iskandar bersama Wayang Uwuhnya. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Wayang dari Sampah di Yogyakarta Menjangkau Eropa dan Amerika

Ahmad Mustaqim • 16 Januari 2023 14:06
Yogyakarta: Deretan wayang warna-warni terpanjang di salah satu sudut Kampung Sapen, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Wayang-wayang tersebut ada yang ditata berdiri dan ada yang terbaring.
 
Meski tampak indah, wayang-wayang tersebut dibuat dari bahan dasar sampah. Adalah sosok bernama Iskandar Harjodimulyo sang pembuat wayang itu.
 
Iskandar menyebutnya sebagai Wayang Uwuh. Uwuh adalah kata yang berarti sampah. Artinya wayang tersebut dibuat dari bahan dasar sampah atau barang yang tak terpakai.

Kreativitas Iskandar ini dimulai pada 2013 silam. Tahun itu ia menjadi salah satu relawan di kawasan Sungai Ciliwung, Jakarta. Tinggal di kawasan kumuh dengan berbagai macam sampah, Iskandar bersama sejumlah relawan melakukan edukasi pada masyarakat terkait persoalan sampah.
 
“Intinya penyadaran masyarakat sana tentang persoalan sampah. Bagaimana caranya bisa menyikapi masalah di sekitarnya,” kata Iskandar ditemui baru-baru ini.
 
Sampah yang datang dibawa banjir maupun dari masyarakat sekitar, baik itu plastik, kardus, hingga seng, menuntutnya berpikir keras. Salah satu yang ia pilih dengan jalan seni. Sesuatu garis besar yang ia lakukan membuat barang tak ternilai itu menjadi dihargai.
 
Mulanya Iskandar mencoba membuat wayang memanfaatkan plastik botol bekas. Percobaan itu gagal karena sulitnya media yang digunakan. Setelah berpikir, Iskandar mulai menemukan solusi.
 
“Jadinya idennya plastik (dari botol bekas) dilapisi kain kemudian disetrika. Di situ kemudian plastinya bisa membentuk (sesuai penyetrikaan),” kata dia.
 
Setelah plasti sudah membentuk sesuai skema yang diinginkan kemudian dilanjutkan membuat skesa. Dari hasil sketsa itu ia kemudian memberikan pewarnaan. Menurut dia, pewarnaan yang dilakukan tidak bisa asal-asalan.
 
Ia mengatakan plastik harus dilapisi lem tipis akan mudah diwarnai. Setelah itu Iskandar menggoreskan cat akrilik pada pastik yang telah dibuat sketsa itu. Menurut dia, setelah skema terbuat bisa melakukan pengecatan sebagaimana pembuatan wayang pada umumnya, termasuk menyemprotkan cat.

Dari Jakarta Biennale Menuju Penjualan di Luar Negeri

Iskandar dengan wayang uwuh itu pertama kali terjun ke pameran seni rupa saat even Jakarta Biennale. Ia mengingat saat pementasan di even itu banyak pengunjung tertarik. Iskandar mengajak sejumlah teman membantunya.
 
“Jadi yang mendalang gantian. Menariknya teman saya bisa bahasa asing kayak Inggris, Cina, jadi pengunjung tertarik,” kata dia.
 
Kini, Iskandar tetap menjalankan apa yang telah ia lakukan di Jakarta. Ia tetap membuat wayang uwuh. Hal ini menjadi salah satu bagian pengurangan sampah yang terjadi di Yogyakarta. Selain pengurangan sampah, juga menambah daftar kreativitas seniman di Kota Gudeg.
 
Iskandar mengaku diundang dalam berbagai pameran berkat membuat wayang uwuh, bahkan ia juga mengikuti pameran di Tiongkok. Tak hanya pameran, ia juga menjual hasil kreativitas itu ke sejumlah negara berdasarkan pesanan, seperti Amerika, Australia, hingga Eropa.
 
Barang yang tak berharga itu disulap Iskandar menjadi pundi-pundi uang. Ia harus mencari bahan plastik dengan memungut sampah. Ia mengatakan beberapa kali dianggap orang gila karena mengumpulkan sampah.
 
“Wayang di sini saya jual minimal Rp25 ribu sampai tak terhingga. Kalau (plastik) dijual kiloan paling dapat berapa,” ucapnya.
 
Iskandar juga membagikan ilmu membuat wayang uwuh kepada anak-anak di sekitar rumahnya. Ia ingin generasi saat ini sejak anak-anak tak hanya bisa menghasilkan sampah. 
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan