Penajam Paser Utara: Abrasi atau pengikisan pantai yang terjadi di wilayah pesisir Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, semakin parah. Kondisi ini harus ditangani serius.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Iwan Zulkarnain mengatakan agar abrasi di wilayah pesisir tidak semakin meluas, maka dibutuhkan penanganan serius.
Pengikisan pantai di Desa Api-Api tersebut terjadi mencapai sekitar lima depa atau sama dengan sembilan meter setiap tahun. Pengikisan atau erosi pantai terjadi karena gelombang dan pasang surut air laut yang merusak garis pantai.
"Pantai terus terkikis karena ombak, apalagi kalau musim selatan gelombang laut sangat keras hantam daratan," ujarnya.
Abrasi yang terus terjadi di wilayah pesisir tersebut dikeluhkan masyarakat karena membuat garis pantai dengan pemukiman, serta lahan pertanian dan pertambakan semakin dekat.
"Kalau abrasi tidak segera ditangani sawah, kebun, dan tambak warga akan kena air laut yang dapat merusak," kata dia.
Baca: 700 Rumah di Agam Terancam Abrasi
Bronjong atau penahan abrasi dengan panjang lebih kurang satu kilometer yang dibangun sekitar tiga tahun silam butuh perbaikan. Kawat baja sebagai pengikat batu untuk penahan arus laut agar tidak terjadi pengikisan pantai telah rusak membuat batu berserakan.
"Bronjong sangat diperlukan, kami harap dilakukan perbaikan dan pembangunan diteruskan sepanjang pantai agar daratan tidak terus terkikis," jelas Iwan.
Penajam Paser Utara:
Abrasi atau pengikisan pantai yang terjadi di wilayah pesisir Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi
Kalimantan Timur, semakin parah. Kondisi ini harus ditangani serius.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Iwan Zulkarnain mengatakan agar abrasi di wilayah pesisir tidak semakin meluas, maka dibutuhkan penanganan serius.
Pengikisan pantai di Desa Api-Api tersebut terjadi mencapai sekitar lima depa atau sama dengan sembilan meter setiap tahun. Pengikisan atau erosi pantai terjadi karena
gelombang dan pasang surut air laut yang merusak garis pantai.
"Pantai terus terkikis karena ombak, apalagi kalau musim selatan gelombang laut sangat keras hantam daratan," ujarnya.
Abrasi yang terus terjadi di wilayah pesisir tersebut dikeluhkan masyarakat karena membuat garis pantai dengan pemukiman, serta lahan pertanian dan pertambakan semakin dekat.
"Kalau abrasi tidak segera ditangani sawah, kebun, dan tambak warga akan kena air laut yang dapat merusak," kata dia.
Baca:
700 Rumah di Agam Terancam Abrasi
Bronjong atau penahan abrasi dengan panjang lebih kurang satu kilometer yang dibangun sekitar tiga tahun silam butuh perbaikan. Kawat baja sebagai pengikat batu untuk penahan arus laut agar tidak terjadi pengikisan pantai telah rusak membuat batu berserakan.
"Bronjong sangat diperlukan, kami harap dilakukan perbaikan dan pembangunan diteruskan sepanjang pantai agar daratan tidak terus terkikis," jelas Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)