Sleman: Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai melakukan penyelidikan penyebab meninggalnya siswa SMP Negeri 1 Turi Kabupaten Sleman saat acara susur sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto. Sejumlah pembina Pramuka telah diperiksa.
"Kita sudah memeriksa sejumlah saksi meski di TKP (tempat kejadian perkara) masih lakukan pencarian. Ada beberapa orang," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY, Komisaris Besar Yuliyanto, di SMP Negeri 1 Turi, Sabtu, 22 Februari 2020.
Yuliyanto mengatakan ada enam pembina pramuka yang telah diperiksa. Enam pembina pramuka merupakan guru di SMA Negeri 1 Turi. Yuliyanto menolak menyebutkan identitas terperiksa.
"Hasil pemeriksaan belum bisa saya sampaikan. Belum bisa menentukan di antara mereka apakah bisa bertanggung jawab penuh atas kegiatan Pramuka susur sungai Sempor," jelas Yuliyanto.
Yuliyanto mengatakan polisi masih menyelidiki kasus dengan hati-hati dan tidak terburu-buru. Menurut dia, terperiksa telah jelas secara alamat dan tempat bekerja sehingga tidak perlu muncul kekhawatiran apapun.
"Sementara yang kita periksa dari pihak yang ikut mendampingi kegiatan. Statusnya guru sekolah," ungkap Yuliyanto.
Yuliyanto menyebut tak menutup kemungkinan pembina pramuka menjadi tersangka dalam kasus itu. Namun kepolisian masih harus memeriksa saksi lain, termasuk siswa.
"Bagi siswa, ada beberapa pihak yang siap memberikan trauma healing. Psikolog Polda DIY juga sudah menyiapkan personel untuk memberikan trauma healing untuk korban," pungkas Yuliyanto.
Sleman: Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai melakukan penyelidikan penyebab meninggalnya siswa SMP Negeri 1 Turi Kabupaten Sleman saat acara susur sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto. Sejumlah pembina Pramuka telah diperiksa.
"Kita sudah memeriksa sejumlah saksi meski di TKP (tempat kejadian perkara) masih lakukan pencarian. Ada beberapa orang," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY, Komisaris Besar Yuliyanto, di SMP Negeri 1 Turi, Sabtu, 22 Februari 2020.
Yuliyanto mengatakan ada enam pembina pramuka yang telah diperiksa. Enam pembina pramuka merupakan guru di SMA Negeri 1 Turi. Yuliyanto menolak menyebutkan identitas terperiksa.
"Hasil pemeriksaan belum bisa saya sampaikan. Belum bisa menentukan di antara mereka apakah bisa bertanggung jawab penuh atas kegiatan Pramuka susur sungai Sempor," jelas Yuliyanto.
Yuliyanto mengatakan polisi masih menyelidiki kasus dengan hati-hati dan tidak terburu-buru. Menurut dia, terperiksa telah jelas secara alamat dan tempat bekerja sehingga tidak perlu muncul kekhawatiran apapun.
"Sementara yang kita periksa dari pihak yang ikut mendampingi kegiatan. Statusnya guru sekolah," ungkap Yuliyanto.
Yuliyanto menyebut tak menutup kemungkinan pembina pramuka menjadi tersangka dalam kasus itu. Namun kepolisian masih harus memeriksa saksi lain, termasuk siswa.
"Bagi siswa, ada beberapa pihak yang siap memberikan trauma healing. Psikolog Polda DIY juga sudah menyiapkan personel untuk memberikan trauma healing untuk korban," pungkas Yuliyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)