Morotai: Warga Desa Joubela, Kabupaten Morotai, Maluku Utara, memanfaatkan struktur dinding batu bekas markas tentara Australia pada masa Perang Dunia II sebagai pengganti batako. Bahkan mereka memanfaatkan batu tersebut untuk mendirikan rumah.
"Struktur dinding batu markas Australia yang tebal dan kokoh dipecah-pecah oleh masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan pengganti batako untuk mendirikan rumah," kata Arkeolog Karyamantha Surbakti dari Balai Arkeologi Maluku di Ambon, Selasa, 21 Desember 2021.
Baca: Pertandingan Sepak Bola Antar OPD Tangsel Diwarnai Keributan
Desa Joubela terletak di pesisir selatan Pulau Morotai. Pada waktu Perang Dunia II, desa ini menjadi bagian dari lokasi instalasi militer Sekutu yang cukup ramai. Area markas Australia terpisah dari permukiman dan fasilitas pangkalan Sekutu yang cenderung merapat ke arah sisi selatan pesisir pantai.
Dalam penelitian mengenai pengelolaan sumber daya arkeologi jejak Perang Dunia II berbasis masyarakat di Kabupaten Morotai, Maluku Utara pada 2020, Karyamantha menemukan bangunan peninggalan Perang Dunia II hanya menyisakan sedikit puing-puing struktur sisa fondasi bangunan di balik rerumputan.
Markas Australia berbentuk seperti benteng besar yang kokoh setinggi lebih dari tiga meter, dengan struktur dinding dibangun dari campuran beton semen dan batu-batu alami dan di sekitarnya berdiri bangunan-bangunan pendukung lainnya dibongkar oleh masyarakat dan bahan betonnya diambil untuk membangun rumah.
Bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh hingga tahun 1970-an, dibongkar ketika Desa Jobela mulai dihuni oleh masyarakat lokal. Salah satu sisa struktur yang masih tampak adalah bekas lubang toilet di atas permukaan tanah.
"Area bekas lokasi markas Australia ini tampak berupa sebidang tanah datar yang cukup luas. Kondisinya saat ini tampak kosong dan masyarakat setempat memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam pohon karet," jelasnya.
Dikatakannya selain sisa bangunan, sejumlah perkakas dan peralatan peninggalan Sekutu di area ini pun semuanya sudah diangkat, baik dimanfaatkan kembali oleh masyarakat maupun dikumpulkan oleh pengumpul besi tua.
Aktivitas pengangkutan besi-besi tua sisa bekas Perang Dunia Dua terjadi secara masif pada tahun 1980-an sehingga menyebabkan Desa Joubela tampak bersih dari peninggalan sejarah.
"Sampai saat ini jejak-jejak Perang Dunia Dua yang masih tampak, relatif sangat sedikit. Di beberapa lokasi masih bisa dijumpai sisa-sisa benda tinggalan sekutu di permukaan tanah, tapi bekas bangunan, jaringan irigasi masih nampak samar-samar dibalik rimbunan vegetasi," ujar Surbakti.
Morotai: Warga Desa Joubela, Kabupaten Morotai, Maluku Utara, memanfaatkan struktur dinding batu bekas markas tentara Australia pada masa
Perang Dunia II sebagai pengganti batako. Bahkan mereka memanfaatkan batu tersebut untuk mendirikan rumah.
"Struktur dinding batu markas Australia yang tebal dan kokoh dipecah-pecah oleh masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan pengganti batako untuk mendirikan rumah," kata Arkeolog Karyamantha Surbakti dari Balai Arkeologi Maluku di Ambon, Selasa, 21 Desember 2021.
Baca:
Pertandingan Sepak Bola Antar OPD Tangsel Diwarnai Keributan
Desa Joubela terletak di pesisir selatan Pulau Morotai. Pada waktu Perang Dunia II, desa ini menjadi bagian dari lokasi instalasi militer Sekutu yang cukup ramai. Area markas Australia terpisah dari permukiman dan fasilitas pangkalan Sekutu yang cenderung merapat ke arah sisi selatan pesisir pantai.
Dalam penelitian mengenai pengelolaan sumber daya arkeologi jejak Perang Dunia II berbasis masyarakat di Kabupaten Morotai, Maluku Utara pada 2020, Karyamantha menemukan bangunan peninggalan Perang Dunia II hanya menyisakan sedikit puing-puing struktur sisa fondasi bangunan di balik rerumputan.
Markas Australia berbentuk seperti benteng besar yang kokoh setinggi lebih dari tiga meter, dengan struktur dinding dibangun dari campuran beton semen dan batu-batu alami dan di sekitarnya berdiri bangunan-bangunan pendukung lainnya dibongkar oleh masyarakat dan bahan betonnya diambil untuk membangun rumah.
Bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh hingga tahun 1970-an, dibongkar ketika Desa Jobela mulai dihuni oleh masyarakat lokal. Salah satu sisa struktur yang masih tampak adalah bekas lubang toilet di atas permukaan tanah.
"Area bekas lokasi markas Australia ini tampak berupa sebidang tanah datar yang cukup luas. Kondisinya saat ini tampak kosong dan masyarakat setempat memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam pohon karet," jelasnya.
Dikatakannya selain sisa bangunan, sejumlah perkakas dan peralatan peninggalan Sekutu di area ini pun semuanya sudah diangkat, baik dimanfaatkan kembali oleh masyarakat maupun dikumpulkan oleh pengumpul besi tua.
Aktivitas pengangkutan besi-besi tua sisa bekas Perang Dunia Dua terjadi secara masif pada tahun 1980-an sehingga menyebabkan Desa Joubela tampak bersih dari peninggalan sejarah.
"Sampai saat ini jejak-jejak Perang Dunia Dua yang masih tampak, relatif sangat sedikit. Di beberapa lokasi masih bisa dijumpai sisa-sisa benda tinggalan sekutu di permukaan tanah, tapi bekas bangunan, jaringan irigasi masih nampak samar-samar dibalik rimbunan vegetasi," ujar Surbakti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)