Tangerang: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang mencatat sebanyak 321 anak di Kota Tangerang mengidap tuberculosis (TBC). Ratusan anak tersebut tercatat selama periode Januari-Mei 2024.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Tangerang, Harmayani mengatakan, secara tren kasus TBC anak pada 2023 di Indonesia tak terkecuali Kota Tangerang tengah mengalami peningkatan. Bahkan, seperempat dari jumlah kasus TBC tahun 2023 adalah kelompok anak-anak.
"Kasus TBC pada 2022 sekitar 9 ribuan kasus dan 700 kasus di antaranya adalah anak-anak. Angka ini meningkat di 2023, dari temuan 10.935 kasus, 2.500 di antaranya adalah anak-anak. Sedangkan per 2024 hingga Mei ini, sudah 321 anak di Kota Tangerang dan tercatat dalam pengobatan TBC," ujarnya, Rabu, 5 Juni 2024.
Harmayani menuturkan, guna mencapai target eliminasi TBC pada 2030, pihaknya terus mengintensifkan upaya penemuan kasus pada anak-anak di Kota Tangerang. Salah satunya dengan melakukan skrining TBC masif pada balita menggunakan mantoux test, yang dikolaborasikan dalam program Gerakan Serentak untuk Anak Tangerang Sehat dan Cerdas (Gertak Tangkas), di 1.097 posyandu di 104 kelurahan di Kota Tangerang, selama sebulan penuh.
"Sasarannya adalah anak dengan gangguan gizi, yakni balita stunting, gizi buruk, dan gizi kurang yang mana rentan terhadap gangguan imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit TBC. Skrining dilaksanakan di 1.097 posyandu di Kota Tangerang," jelasnya.
Harmayani menjelaskan, jika ditemukan kasus stunting dan suspek TBC pada anak saat Gertak Tangkas ini, akan dilakukan rujukan langsung ke puskesmas. Sehingga, lanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penegakan diagnosa serta dilanjutkan pengobatan minimal selama enam bulan bila terdiagnosa TBC.
"Kami juga menyediakan rujukan rumah sakit atau dokter spesialis anak jika dibutuhkan dalam proses penyembuhannya. Karena TBC merupakan penyakit yang mudah menular, dimana bila seorang anak terdiagnosa TBC, maka biasanya sumber penularannya datang dari penderita TBC dewasa di sekitarnya. Seluruh proses pengobatan dan logistik ditanggung penuh atau gratis," ungkapnya.
Harmayani mengimbau, orang tua untuk tidak ragu dan segera membawa anaknya ke posyandu mengikuti program Gertak Tangkas, untuk penimbangan dan mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk juga skrining TBC.
"Semoga intervensi atau penanganan sedini mungkin ini dapat menanggulangi kasus stunting maupun TBC pada anak-anak Kota Tangerang lebih baik dan dapat mewujudkan anak-anak yang sehat," katanya.
Tangerang: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang mencatat sebanyak 321 anak di Kota Tangerang mengidap tuberculosis (TBC). Ratusan anak tersebut tercatat selama periode Januari-Mei 2024.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Tangerang, Harmayani mengatakan, secara tren kasus TBC anak pada 2023 di Indonesia tak terkecuali Kota Tangerang tengah mengalami peningkatan. Bahkan, seperempat dari jumlah kasus TBC tahun 2023 adalah kelompok anak-anak.
"Kasus TBC pada 2022 sekitar 9 ribuan kasus dan 700 kasus di antaranya adalah anak-anak. Angka ini meningkat di 2023, dari temuan 10.935 kasus, 2.500 di antaranya adalah anak-anak. Sedangkan per 2024 hingga Mei ini, sudah 321 anak di Kota Tangerang dan tercatat dalam pengobatan TBC," ujarnya, Rabu, 5 Juni 2024.
Harmayani menuturkan, guna mencapai target eliminasi TBC pada 2030, pihaknya terus mengintensifkan upaya penemuan kasus pada anak-anak di Kota Tangerang. Salah satunya dengan melakukan skrining TBC masif pada balita menggunakan mantoux test, yang dikolaborasikan dalam program Gerakan Serentak untuk Anak Tangerang Sehat dan Cerdas (Gertak Tangkas), di 1.097 posyandu di 104 kelurahan di Kota Tangerang, selama sebulan penuh.
"Sasarannya adalah anak dengan gangguan gizi, yakni balita stunting, gizi buruk, dan gizi kurang yang mana rentan terhadap gangguan imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit TBC. Skrining dilaksanakan di 1.097 posyandu di Kota Tangerang," jelasnya.
Harmayani menjelaskan, jika ditemukan kasus stunting dan suspek TBC pada anak saat Gertak Tangkas ini, akan dilakukan rujukan langsung ke puskesmas. Sehingga, lanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penegakan diagnosa serta dilanjutkan pengobatan minimal selama enam bulan bila terdiagnosa TBC.
"Kami juga menyediakan rujukan rumah sakit atau dokter spesialis anak jika dibutuhkan dalam proses penyembuhannya. Karena TBC merupakan penyakit yang mudah menular, dimana bila seorang anak terdiagnosa TBC, maka biasanya sumber penularannya datang dari penderita TBC dewasa di sekitarnya. Seluruh proses pengobatan dan logistik ditanggung penuh atau gratis," ungkapnya.
Harmayani mengimbau, orang tua untuk tidak ragu dan segera membawa anaknya ke posyandu mengikuti program Gertak Tangkas, untuk penimbangan dan mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk juga skrining TBC.
"Semoga intervensi atau penanganan sedini mungkin ini dapat menanggulangi kasus stunting maupun TBC pada anak-anak Kota Tangerang lebih baik dan dapat mewujudkan anak-anak yang sehat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)