Masyarakat Badui Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, berkumpul di tanah lapang menyambut kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir. ANTARA/Mansur
Masyarakat Badui Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, berkumpul di tanah lapang menyambut kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir. ANTARA/Mansur

Perkampungan Badui Dalam Ditutup Bagi Wisatawan Selama Masa Kawalu

Antara • 02 Februari 2023 10:56
Lebak: Perkampungan masyarakat Badui Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, selama pelaksanaan tradisi Kawalu atau bulan larangan, tertutup bagi wisatawan. Masyarakat Badui Dalam selama 3 bulan tersebut akan menjalani ritual adat penyucian diri.
 
Selama masa penyucian itu, wisatawan itu tentu dilarang memasuki permukiman Badui Dalam. Antara lain, Kampung Cibeo, Cikawartana, dan Cikeusik. Sebab, selama masyarakat Badui Dalam menjalani ritual Kawalu, diperlukan ketenangan.
 
Oleh karena itu, selama ritual itu berlangsung, wisatawan hanya boleh mendatangi permukiman masyarakat Badui Luar atau Badui penamping. Tetua adat Badui sekaligus Kepala Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Jaro Saija minta wisatawan mematuhi larangan itu, tidak memaksakan diri memasuki kawasan perkampungan Badui Dalam.

Penetapan Kawalu itu berdasarkan petuah Tetua Adat Tangtu Tilu Jaro Tujuh Lembaga Adat Desa Kanekes dan masyarakat Badui Dalam. Ritual Kawalu bagi masyarakat Badui Dalam, berdasarkan kesepakatan tangtu tilu (pemimpin adat) dan pada hari ke-18 mereka melaksanakan puasa kemudian menggelar upacara ritual ngeriung selamatan.
 
Baca: Jalani Tradisi Kawalu, Baduy Dalam Ditutup Selama 3 Bulan

Setelah melaksanakan Kawalu,  masyarakat Badui Dalam dan Badui Luar akan turun gunung menggelar Seba Badui dengan mendatangi Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk bersilaturahmi.
 
Kegiatan Seba Badui bersilaturahmi bersama 'Ibu Gede' Bupati Lebak dan 'Bapak Gede' Gubernur Banten itu juga akan diikuti masyarakat Badui Dalam. Mereka akan berjalan kaki ke Rangkasbitung dan Kota Serang sejauh kurang lebih 160 kilometer pergi-pulang.
 
Bagi masyarakat Badui, ke mana pun pergi harus berjalan kaki karena dilarang naik atau menumpang kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun untuk warga Badui Luar boleh naik kendaraan.
 
"Dengan pelaksanaan Kawalu itu kami berharap masyarakat Badui sejahtera, damai, dan sehat selalu," kata Jaro Saija.
 
Masyarakat Badui yang berpenduduk 16.000 jiwa dan tersebar di 68 perkampungan itu menjadikan Kawalu sebagai upacara yang wajib dilaksanakan setiap tahun, baik laki-laki, perempuan, kalangan muda hingga orang tua.
 
Ritual Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Badui kepada Sang Maha Kuasa atas anugerah hasil alam yang diberikan. Kehidupan masyarakat Badui dikenal hanya mengandalkan penghasilan ekonomi dan ketahanan pangan dari huma ladang dengan menanam padi huma, pisang, jagung, jahe, kencur, endog tiwu, sayur-sayuran, dan cabai.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan