Malang: Tidak banyak pedagang yang berjualan di Pasar Rakyat Bareng di Jalan Terusan Ijen, Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Kondisi tampak sepi dan banyak kios yang tutup di pasar yang telah berdiri sejak 1981 silam itu.
Berdasarkan pantauan Medcom.id di lokasi sekitar pukul 14.30 WIB, Rabu 4 Januari 2023, pasar ini terlihat sepi pengunjung. Hanya ada beberapa kios yang buka di lantai 2 dan lantai 3. Mayoritas kios yang buka adalah kafe dengan segelintir pembeli.
Pada lantai 3 di pasar ini sebelumnya sempat diresmikan sebagai pasar seni untuk wadah seniman di Kota Malang pada 2022 lalu. Namun, suasana di lantai 3 juga terlihat sepi tanpa aktifitas. Hanya ada beberapa barang kesenian yang terpajang.
Salah satu penjaga kafe di Pasar Rakyat Bareng, Dwiki, mengatakan, kafe yang ia kelola mulai dibuka di pasar tersebut sejak Desember 2021 lalu. Sejak saat itu hingga sekarang, ia mengaku tidak banyak pengunjung yang datang ke kafenya.
"Saya biasanya buka jam 13.00 WIB siang. Sehari biasanya melayani lima sampai 2-an pengunjung kalau hari biasa. Kalau weekend bisa di atas 20 pengunjung," kata penjaga kafe Markisob Coffee tersebut kepada wartawan Medcom.id.
Kafe di Pasar Rakyat Bareng berlokasi lantai 2 dan lantai 3. Sedangkan pedagang sayur-mayur, daging dan sembako biasanya berjualan di lantai 1, dan sebagian di lantai 2. Namun, mereka hanya berjualan saat pagi hari hingga sekitar pukul 12.00 WIB.
"Kalau jam segini (14.30 WIB) ya sudah sepi. Banyak kios yang sudah tutup. Tapi kalau pagi juga saya rasa pembeli juga tidak terlalu ramai," imbuh warga Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang itu.
Sedangkan, salah satu petugas keamanan di Pasar Rakyat Bareng, Sugeng Prayitno mengaku, kondisi sepinya pembeli sudah lama dialami para pedagang di pasar tersebut. Kondisi itu semakin diperparah dengan pandemi covid-19.
"Dulu saya pernah mengusulkan agar ada PKL (pedagang kaki lima) di depan pasar agar pasar bisa jadi lebih ramai. Sempat jalan. Tapi semenjak pandemi, mulai hilang PKL nya. Banyak yang nggak laku," katanya pria yang juga berjualan jus di pasar itu.
Sugeng menceritakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sepinya pengunjung di Pasar Rakyat Bareng, selain pandemi covid-19. Pertama adalah desain pasar yang kurang menarik lantaran terlalu banyak tembok di sisi depan pasar.
Desain pasar itu desain baru usai Pasar Rakyat Bareng direvitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang pada 2016 lalu. Usai proyek revitalisasi rampung, pasar tradisional ini yang sebelumnya hanya memiliki dua lantai, kini memiliki tiga lantai.
"Setelah revitalisasi ada perubahan di bagian depan yang sebelumnya hadap jalan, sekarang jadi kelihatan tembok saja. Tidak ada daya tariknya. Kalau bukan orang sini ya nggak tahu kalau di sini ada pasar," ungkap pria yang menjadi petugas keamanan di Pasar Rakyat Bareng sejak 1998 itu.
Selain itu, harga dan mutu produk yang dijual di Pasar Rakyat Bareng juga disebut kalah bersaing dengan pasar tradisional lainnya di Kota Malang. Kondisi itu menyebabkan banyak pembeli yang memilih membeli sembako atau sayur mayur di pasar lainnya.
"Satu mahal, kedua mutu kurang bagus. Pasar Kasin dan Mergan harga lebih murah. Pasar Oro-Oro Dowo Mahal tapi mutu bagus. Di sini beda, sudah mahal, mutu tidak bagus," jelasnya.
"Contoh harga ayam potong di Pasar Mergan Rp30 ribu per kilogram. Di sini bisa Rp35 ribu. Contoh lain harga kentang di pasar lain misal Rp10 ribu, di sini pasti di atas Rp12 ribu," imbuh warga asli Bareng itu.
Kondisi itu menyebabkan sepinya pembeli hingga akhirnya banyak kios yang tutup di Pasar Rakyat Bareng. Sugeng merinci, ada lebih dari 200 kios yang ada di pasar tradisional itu. Namun, hanya sekitar 70 kios yang masih buka dan bertahan.
"Di bawah lantai 1, pedagang lumayan banyak. Ada sekitar 30. Jualan sayur, daging, sembako. Tapi kalau pagi hari, pembeli yang datang bisa dihitung. Tidak banyak. Jadi jualan banyak tidak laku," bebernya.
Malang: Tidak banyak pedagang yang berjualan di Pasar Rakyat Bareng di Jalan Terusan Ijen, Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Kondisi tampak sepi dan banyak kios yang tutup di pasar yang telah berdiri sejak 1981 silam itu.
Berdasarkan pantauan
Medcom.id di lokasi sekitar pukul 14.30 WIB, Rabu 4 Januari 2023, pasar ini terlihat sepi pengunjung. Hanya ada beberapa kios yang buka di lantai 2 dan lantai 3. Mayoritas kios yang buka adalah kafe dengan segelintir pembeli.
Pada lantai 3 di pasar ini sebelumnya sempat diresmikan sebagai pasar seni untuk wadah seniman di Kota Malang pada 2022 lalu. Namun, suasana di lantai 3 juga terlihat sepi tanpa aktifitas. Hanya ada beberapa barang kesenian yang terpajang.
Salah satu penjaga kafe di Pasar Rakyat Bareng, Dwiki, mengatakan, kafe yang ia kelola mulai dibuka di pasar tersebut sejak Desember 2021 lalu. Sejak saat itu hingga sekarang, ia mengaku tidak banyak pengunjung yang datang ke kafenya.
"Saya biasanya buka jam 13.00 WIB siang. Sehari biasanya melayani lima sampai 2-an pengunjung kalau hari biasa. Kalau weekend bisa di atas 20 pengunjung," kata penjaga kafe Markisob Coffee tersebut kepada wartawan Medcom.id.
Kafe di Pasar Rakyat Bareng berlokasi lantai 2 dan lantai 3. Sedangkan pedagang sayur-mayur, daging dan sembako biasanya berjualan di lantai 1, dan sebagian di lantai 2. Namun, mereka hanya berjualan saat pagi hari hingga sekitar pukul 12.00 WIB.
"Kalau jam segini (14.30 WIB) ya sudah sepi. Banyak kios yang sudah tutup. Tapi kalau pagi juga saya rasa pembeli juga tidak terlalu ramai," imbuh warga Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang itu.
Sedangkan, salah satu petugas keamanan di Pasar Rakyat Bareng, Sugeng Prayitno mengaku, kondisi sepinya pembeli sudah lama dialami para pedagang di pasar tersebut. Kondisi itu semakin diperparah dengan pandemi covid-19.
"Dulu saya pernah mengusulkan agar ada PKL (pedagang kaki lima) di depan pasar agar pasar bisa jadi lebih ramai. Sempat jalan. Tapi semenjak pandemi, mulai hilang PKL nya. Banyak yang nggak laku," katanya pria yang juga berjualan jus di pasar itu.
Sugeng menceritakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sepinya pengunjung di Pasar Rakyat Bareng, selain pandemi covid-19. Pertama adalah desain pasar yang kurang menarik lantaran terlalu banyak tembok di sisi depan pasar.
Desain pasar itu desain baru usai Pasar Rakyat Bareng direvitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang pada 2016 lalu. Usai proyek revitalisasi rampung, pasar tradisional ini yang sebelumnya hanya memiliki dua lantai, kini memiliki tiga lantai.
"Setelah revitalisasi ada perubahan di bagian depan yang sebelumnya hadap jalan, sekarang jadi kelihatan tembok saja. Tidak ada daya tariknya. Kalau bukan orang sini ya nggak tahu kalau di sini ada pasar," ungkap pria yang menjadi petugas keamanan di Pasar Rakyat Bareng sejak 1998 itu.
Selain itu, harga dan mutu produk yang dijual di Pasar Rakyat Bareng juga disebut kalah bersaing dengan pasar tradisional lainnya di Kota Malang. Kondisi itu menyebabkan banyak pembeli yang memilih membeli sembako atau sayur mayur di pasar lainnya.
"Satu mahal, kedua mutu kurang bagus. Pasar Kasin dan Mergan harga lebih murah. Pasar Oro-Oro Dowo Mahal tapi mutu bagus. Di sini beda, sudah mahal, mutu tidak bagus," jelasnya.
"Contoh harga ayam potong di Pasar Mergan Rp30 ribu per kilogram. Di sini bisa Rp35 ribu. Contoh lain harga kentang di pasar lain misal Rp10 ribu, di sini pasti di atas Rp12 ribu," imbuh warga asli Bareng itu.
Kondisi itu menyebabkan sepinya pembeli hingga akhirnya banyak kios yang tutup di Pasar Rakyat Bareng. Sugeng merinci, ada lebih dari 200 kios yang ada di pasar tradisional itu. Namun, hanya sekitar 70 kios yang masih buka dan bertahan.
"Di bawah lantai 1, pedagang lumayan banyak. Ada sekitar 30. Jualan sayur, daging, sembako. Tapi kalau pagi hari, pembeli yang datang bisa dihitung. Tidak banyak. Jadi jualan banyak tidak laku," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)