Bandung: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Emil) menyoroti sistem pengamanan yang dilakukan saat laga Persib Bandung vs Persebaya Surabaya yang mengakibatkan dua bobotoh meninggal karena berdesakan di area Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Jumat, 17 Juni 2022. Emil menilai seharusnya sistem pengamanan berlapis diterapkan pada laga klasik tersebut sebelum masuk ke area GBLA.
Menurut Emil, panitia pelaksana (panpel) dan keamanan seharusnya mulai bersiaga dan melakukan pengecekan penonton yang hendak masuk ke area stadion. Ia berkaca pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar, yang menerapkan sistem keamanan berlapis sehingga penonton yang tak punya tiket, tidak diperbolehkan masuk ke area stadion.
"Evaluasi pengamanan, masukan dari saya, lain kali kalau di GBLA, dicegatnya itu jauh-jauh dari Stadionnya, Jadi berlapis kaya PON. Di (PON) Papua berlapis-lapis (penjagaan) dari ujung jalannya yang tidak punya tiket sudah nggak boleh mendekati (loasi) yang boleh mendekati yang punya tiket (pertandingan)," ujar Emil, di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa, 21 Juni 2022.
Baca juga: Situasi Chaos, Suporter Tanpa Tiket Merangsek Masuk GBLA
Selain itu, Emil pun meminta para penikmat sepak bola terutama bobotoh untuk tetap mengikuti aturan. Pasalnya pada laga klasik tersebut bobotoh membeludak datang ke stadion meski panitia pelaksana hanya menyiapkan 15 ribu lembar tiket.
"Saya sudah mengucapkan duka cita secara mendalam. Harus jadi evaluasi. Ikuti lah aturan, hidup ini harus selalu ikut aturan. Jadi pertama untuk Bobotoh (suporter Persib) kalau tidak punya tiket jangan datang (ke stadion). Ini adalah contoh kalau hidup tidak ikut aturan. Tiketnya hanya 15 ribu yang datang lebih dari itu, berarti banyak yang datang tidak pakai tiket. Itu saja sudah salah," bebernya.
Emil menuturkan, jika dilakukan penghalauan sejak di luar area GBLA, tidak akan terjadi penumpukan yang berebut untuk masuk ke tribun stadion. Hal itu, lanjutnya, seharusnya sudah diterapkan oleh panitia pelaksana dan petugas keamanan agar situasi di area GBLA tetap kondusif terutama saat jalannya pertandingan.
Baca juga: Pemkot Bandung Evaluasi Nasib Stadion GBLA
"Jangan kayak kemarin saya lihat yang enggak punya tiket bisa megang gerbang GBLA. Itu sudah bocor menurut saya. Harusnya dari jauh-jauh sekian kilometer, orang engga bertiket sudah enggak boleh masuk. Sehingga tidak terjadi seperti yang tidak diinginkan," sahutnya.
Namun Emil berharap, kejadian tersebut tidak terulang kembali. Terlebih sejak 2018, GBLA kembali bisa digunakan Persib dan disaksikan oleh bobotoh. Akan tetapi saat ini, GBLA terancam tidak bisa digunakan kembali dengan adanya kasus tersebut. Kelanjutan penyisihan Grup C Piala Presiden pun dialihkan ke Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
"Saya turut berduka cita, saya sudah kirim (karangan) bunga duka cita kepada dua korban dari kota Bandung dan Bogor. Mudah-mudahan tidak terulang lagi. Karena buat apa bersepakbola kalau harus mengorbankan nyawa manusia. Menurut saya tidak selayaknya kita hidup seperti itu," ungkapnya.
Bandung: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Emil) menyoroti sistem pengamanan yang dilakukan saat laga Persib Bandung vs Persebaya Surabaya yang mengakibatkan dua bobotoh meninggal karena berdesakan di area Stadion
Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Jumat, 17 Juni 2022. Emil menilai seharusnya sistem pengamanan berlapis diterapkan pada laga klasik tersebut sebelum masuk ke area GBLA.
Menurut Emil, panitia pelaksana (panpel) dan keamanan seharusnya mulai bersiaga dan melakukan pengecekan penonton yang hendak masuk ke area stadion. Ia berkaca pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar, yang menerapkan sistem keamanan berlapis sehingga penonton yang tak punya tiket, tidak diperbolehkan masuk ke area stadion.
"Evaluasi pengamanan, masukan dari saya, lain kali kalau di GBLA, dicegatnya itu jauh-jauh dari Stadionnya, Jadi berlapis kaya PON. Di (PON) Papua berlapis-lapis (penjagaan) dari ujung jalannya yang tidak punya tiket sudah nggak boleh mendekati (loasi) yang boleh mendekati yang punya tiket (pertandingan)," ujar Emil, di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa, 21 Juni 2022.
Baca juga:
Situasi Chaos, Suporter Tanpa Tiket Merangsek Masuk GBLA
Selain itu, Emil pun meminta para penikmat sepak bola terutama bobotoh untuk tetap mengikuti aturan. Pasalnya pada laga klasik tersebut bobotoh membeludak datang ke stadion meski panitia pelaksana hanya menyiapkan 15 ribu lembar tiket.
"Saya sudah mengucapkan duka cita secara mendalam. Harus jadi evaluasi. Ikuti lah aturan, hidup ini harus selalu ikut aturan. Jadi pertama untuk Bobotoh (suporter Persib) kalau tidak punya tiket jangan datang (ke stadion). Ini adalah contoh kalau hidup tidak ikut aturan. Tiketnya hanya 15 ribu yang datang lebih dari itu, berarti banyak yang datang tidak pakai tiket. Itu saja sudah salah," bebernya.
Emil menuturkan, jika dilakukan penghalauan sejak di luar area GBLA, tidak akan terjadi penumpukan yang berebut untuk masuk ke tribun stadion. Hal itu, lanjutnya, seharusnya sudah diterapkan oleh panitia pelaksana dan petugas keamanan agar situasi di area GBLA tetap kondusif terutama saat jalannya pertandingan.
Baca juga:
Pemkot Bandung Evaluasi Nasib Stadion GBLA
"Jangan kayak kemarin saya lihat yang enggak punya tiket bisa megang gerbang GBLA. Itu sudah bocor menurut saya. Harusnya dari jauh-jauh sekian kilometer, orang engga bertiket sudah enggak boleh masuk. Sehingga tidak terjadi seperti yang tidak diinginkan," sahutnya.
Namun Emil berharap, kejadian tersebut tidak terulang kembali. Terlebih sejak 2018, GBLA kembali bisa digunakan Persib dan disaksikan oleh bobotoh. Akan tetapi saat ini, GBLA terancam tidak bisa digunakan kembali dengan adanya kasus tersebut. Kelanjutan penyisihan Grup C Piala Presiden pun dialihkan ke Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
"Saya turut berduka cita, saya sudah kirim (karangan) bunga duka cita kepada dua korban dari kota Bandung dan Bogor. Mudah-mudahan tidak terulang lagi. Karena buat apa bersepakbola kalau harus mengorbankan nyawa manusia. Menurut saya tidak selayaknya kita hidup seperti itu," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)