Bantul: Klaster penularan covid-19 di sebuah SD di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) muncul akibat kelalaian guru. Kasus itu telah menyebar hingga lingkungan keluarga. Pembelajaran tatap muka (PTM) yang sempat berjalan langsung dihentikan.
Camat Kasihan, Subarta, mengatakan, kasus itu bermula saat seorang guru berinisial S memutuskan tetap mengajar meski ibunya berstatus positif covid-19. Ibunda S positif covid-19 pada 27 Oktober dan keesokan harinya guru asal Kecamatan Piyungan itu tetap mengajar PTM.
"Setelah selesai mengajar S baru tes antigen. Hasil tes antigen itu positif," kata Subarta dihubungi, Kamis, 11 November 2021.
Orang-orang bertatus kontak erat dengan S kemudian langsung ditelusuri. Ia mengatakan ada sebanyak 85 orang kontak erat yang terdiri 63 siswa, 18 guru, dan empat mahasiswa PPL. Puluhan orang itu kemudian menjalani tes PCR pada akhir Oktober dan awal November.
"Hasilnya yang positif covid-19 ada tiga guru, tiga siswa, dan dua mahasiswa (PPL). Untuk mahasiswa yang PPL ini saya belum tahu lebih lanjut infonya," ungkapnya.
Baca: Grobogan Dirikan 49 Sentra Vaksinasi Kejar Target 70%
Subarta mengungkapkan, tracing kemudian berlanjut hingga ke sejumlah anggota keluarga yang positif covid-19. Hasil tracing itu diketahui ada tambahan sembilan kasus baru covid-19.
"Jadi jumlah total dalam klaster ini tercatat 18 kasus, termasuk pasien S dan anggota keluarga (hasil tracing)," kata dia.
Mereka yang positif covid-19 itu kini masih isolasi mandiri. Menurut Subarta, tracing klaster sekolah itu masih berlanjut. Pihaknya berharap masyarakat yang positif covid-19 atau memiliki kontak erat kasus bisa jujur.
"Memang kuncinya itu kejujuran pasien. Sangat disayangkan hal seperti ini," tuturnya.
Bantul: Klaster penularan
covid-19 di sebuah SD di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) muncul akibat kelalaian guru. Kasus itu telah menyebar hingga lingkungan keluarga. Pembelajaran tatap muka (PTM) yang sempat berjalan langsung dihentikan.
Camat Kasihan, Subarta, mengatakan, kasus itu bermula saat seorang guru berinisial S memutuskan tetap mengajar meski ibunya berstatus positif covid-19. Ibunda S positif covid-19 pada 27 Oktober dan keesokan harinya guru asal Kecamatan Piyungan itu tetap mengajar PTM.
"Setelah selesai mengajar S baru tes antigen. Hasil tes antigen itu positif," kata Subarta dihubungi, Kamis, 11 November 2021.
Orang-orang bertatus kontak erat dengan S kemudian langsung ditelusuri. Ia mengatakan ada sebanyak 85 orang kontak erat yang terdiri 63 siswa, 18 guru, dan empat mahasiswa PPL. Puluhan orang itu kemudian menjalani tes PCR pada akhir Oktober dan awal November.
"Hasilnya yang positif
covid-19 ada tiga guru, tiga siswa, dan dua mahasiswa (PPL). Untuk mahasiswa yang PPL ini saya belum tahu lebih lanjut infonya," ungkapnya.
Baca: Grobogan Dirikan 49 Sentra Vaksinasi Kejar Target 70%
Subarta mengungkapkan,
tracing kemudian berlanjut hingga ke sejumlah anggota keluarga yang positif covid-19. Hasil
tracing itu diketahui ada tambahan sembilan kasus baru
covid-19.
"Jadi jumlah total dalam klaster ini tercatat 18 kasus, termasuk pasien S dan anggota keluarga (hasil tracing)," kata dia.
Mereka yang positif covid-19 itu kini masih isolasi mandiri. Menurut Subarta,
tracing klaster sekolah itu masih berlanjut. Pihaknya berharap masyarakat yang positif covid-19 atau memiliki kontak erat kasus bisa jujur.
"Memang kuncinya itu kejujuran pasien. Sangat disayangkan hal seperti ini," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)