Tanjung Pinang: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, menyatakan tumpukan sampah non organik di sejumlah pesisir mencapai 3,5 meter.
Kepala DLH Tanjung Pinang Riono, mengatakan salah satu titik dengan tumpukan sampah nonorganik yang menebal hingga 3,5 meter berada di bibir pantai Senggarang.
"Sudah pernah dites kedalaman sampah itu. Banyak sampah plastik dan nonorganik lainnya bercampur lumpur. Ini tentu mengganggu ekosistem di laut," kata Riono di Tanjung Pinang, Kamis 28 Oktober 2021.
Baca: Selongsong dan Proyektil Ditemukan di Pospol Panton Reu Aceh Barat
Riono mengatakan sampah itu bukan hanya berasal dari warga sekitar, melainkan juga dari kawasan lainnya yang dibawa gelombang laut. Solusi yang dapat dilakukan yakni penggalian sampah tersebut, kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah di kawasan Ganet.
Namun warga harus mendisiplinkan diri agar tidak membuang sampah sembarangan. Warga harus membiasakan diri membuang sampah di tong sampah, agar tidak terjadi pencemaran laut.
"Fungsi laut bukan sebagai tong sampah. Sampai sekarang masih banyak warga yang tinggal di pelantar yang membuang di laut," jelasnya.
Setiap subuh hingga pagi hari, kata dia petugas kebersihan menggunakan empat unit sampan menjaring sampah-sampah di pesisir Tanjung Pinang. Namun pembersihan laut dari sampah tidak akan berhasil bila warga masih membuang sampah saat air laut pasang.
Petugas tidak dapat menjaring sampah yang terbawa gelombang dan arus yang cukup kuat saat air laut pasang. "Pakai perasaan lah, jangan buang sampah sembarang. Cintai lingkungan kita. Jangan membuat laut kotor kalau tidak bisa membersihkan," ungkapnya.
Tanjung Pinang: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, menyatakan tumpukan
sampah non organik di sejumlah pesisir mencapai 3,5 meter.
Kepala DLH Tanjung Pinang Riono, mengatakan salah satu titik dengan tumpukan sampah nonorganik yang menebal hingga 3,5 meter berada di bibir pantai Senggarang.
"Sudah pernah dites kedalaman sampah itu. Banyak sampah plastik dan nonorganik lainnya bercampur lumpur. Ini tentu mengganggu ekosistem di laut," kata Riono di Tanjung Pinang, Kamis 28 Oktober 2021.
Baca:
Selongsong dan Proyektil Ditemukan di Pospol Panton Reu Aceh Barat
Riono mengatakan sampah itu bukan hanya berasal dari warga sekitar, melainkan juga dari kawasan lainnya yang dibawa gelombang laut. Solusi yang dapat dilakukan yakni penggalian sampah tersebut, kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah di kawasan Ganet.
Namun warga harus mendisiplinkan diri agar tidak membuang sampah sembarangan. Warga harus membiasakan diri membuang sampah di tong sampah, agar tidak terjadi pencemaran laut.
"Fungsi laut bukan sebagai tong sampah. Sampai sekarang masih banyak warga yang tinggal di pelantar yang membuang di laut," jelasnya.
Setiap subuh hingga pagi hari, kata dia petugas kebersihan menggunakan empat unit sampan menjaring sampah-sampah di pesisir Tanjung Pinang. Namun pembersihan laut dari sampah tidak akan berhasil bila warga masih membuang sampah saat air laut pasang.
Petugas tidak dapat menjaring sampah yang terbawa gelombang dan arus yang cukup kuat saat air laut pasang. "Pakai perasaan lah, jangan buang sampah sembarang. Cintai lingkungan kita. Jangan membuat laut kotor kalau tidak bisa membersihkan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)