Semarang: Polda Jawa Tengah menurunkan Tim Satgas Pangan untuk melakukan pengecekan penyebab terjadinya lonjakan harga dan kelangkaan beras lantaran stok tersedia cukup besar hingga 52.938 ton.
Ketua Satgas Pangan Polda Jawa Tengah, Kombes Dwi Subagio, mengatakan anggota sudah bergerak se sejumlah lokasi.
"Sudah menurunkan tim dan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Stok beras berdasarkan keterangan masih aman yakni tersedia 52.938 ton," kata Dwi di Semarang, Selasa, 20 Februari 2024.
Dwi menjelaskan melihat kondisi ini, sejak minggu lalu tim Satgas Pangan melakukan penelusuran terutama di pasar modern untuk mengetahui penyebab kekosongan terutama beras premium yakni dengan mewawancarai padagang dan berkoordinasi dengan Disperindag untuk mencari tahu penyebab dan penanganannya.
Berdasarkan informasi pertama, hal ini terjadi karena dampak perubahan iklim, namun mengenai penggunaan untuk bansos hal itu belum bisa terjawab, karena tidak semua bansos berasal dari pemerintah tetapi juga dilakukan para caleg.
"Kita tidak punya bukti itu dipakai untuk bansos," jelasnya.
Ditanya tentang adanya indikasi penimbunan beras, menurut Dwi juga masih dilakukan pencarian, namun terkait harga indikasinya terjadi karena permintaan yang makin tinggi jelang bulan Ramadan.
"Kita juga sudah monitor kemungkinan dilakukan operasi pasar untuk pengendalian harga dan penggelontoran beras dari Bulog serta percepatan program bansos," ungkapnya.
Semarang: Polda Jawa Tengah menurunkan Tim Satgas
Pangan untuk melakukan pengecekan penyebab terjadinya lonjakan harga dan kelangkaan
beras lantaran stok tersedia cukup besar hingga 52.938 ton.
Ketua Satgas Pangan Polda Jawa Tengah, Kombes Dwi Subagio, mengatakan anggota sudah bergerak se sejumlah lokasi.
"Sudah menurunkan tim dan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Stok beras berdasarkan keterangan masih aman yakni tersedia 52.938 ton," kata Dwi di Semarang, Selasa, 20 Februari 2024.
Dwi menjelaskan melihat kondisi ini, sejak minggu lalu tim Satgas Pangan melakukan penelusuran terutama di pasar modern untuk mengetahui penyebab kekosongan terutama beras premium yakni dengan mewawancarai padagang dan berkoordinasi dengan Disperindag untuk mencari tahu penyebab dan penanganannya.
Berdasarkan informasi pertama, hal ini terjadi karena dampak perubahan iklim, namun mengenai penggunaan untuk bansos hal itu belum bisa terjawab, karena tidak semua bansos berasal dari pemerintah tetapi juga dilakukan para caleg.
"Kita tidak punya bukti itu dipakai untuk bansos," jelasnya.
Ditanya tentang adanya indikasi penimbunan beras, menurut Dwi juga masih dilakukan pencarian, namun terkait harga indikasinya terjadi karena permintaan yang makin tinggi jelang bulan Ramadan.
"Kita juga sudah monitor kemungkinan dilakukan operasi pasar untuk pengendalian harga dan penggelontoran beras dari Bulog serta percepatan program bansos," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)