Jepara: Salah satu tokoh perempuan dari Kabupaten Jepara, Jawa tengah, Ratu Kalinyamat, dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Gelar pahlawan nasional diserahkan presiden Joko Widodo bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023, di Istana Negara kepada masyarakat Jepara yang diwakili penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta.
Proses panjang mengiringi usulan Ratu kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Tercatat dua kali pemerintah Kabupaten Jepara mengusulkan pemimpin Jepara pada tahun 1549-1579 itu menjadi pahlawan naisonal, yaitu pada tahun 2005 dan 2016. Namun, usaha kala itu gagal.
Semangat mengusulkan Ratu Kalinyamat menjadi pahlawan nasional kembali bergelora pada tahun 2019. Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) bersama-sama masyarakat Jepara kembali bertekad mengusulakan kembali ratu yang memiliki nama masa kecil Retno Kencono itu memperoleh gelar pahlawan nasional.
Catatan Medcom.id, pada Jumat, 1 Maret 2019, pembina YDBL, Lestari Moerdijat bersama sejumlah tim ahli dan peneliti zairah ke makam Ratu Kalinyamat di komplek Masjid Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kedatangan Lestari Moerdijat disambut hangat pengurus masjid dan perwakilan elemen masyarakat.
"Mari bersama-sama menggelorakan kembali usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional ini dan mengingatkan semua pihak, bahwa sudah sepantasnya dan sudah saatnya gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada Ratu Kalinyamat," kata perempuan yang biasa disapa Rerie kala itu, Jumat, 1 Maret 2019.
Mendapat restu dari masyarakat Jepara, serangkaian penilitian dan kajian pun dimulai. Forum Group Discution (FGD) pun digelar berulang kali di Jepara. Tak hanya di tingkat lokal Jepara, FGD juga digelar di tingkat regional Jawa Tengah dan Nasional.
Koordinator Tim Penyusun Naskah Akademik Ratno Lukito menyampaikan, penelitian yang dilakukan tim secara objektif dan terbuka. Selain terjun ke lapangan, juga mencari sumber primer berupa buku dan karya ilmiah.
Buku-buku tersebut ditulis penulis Belanda dan Portugis yang ditulis pada masa yang hampir bersamaan dengan masa Ratu Kalinyamat.
"Di hadapan bapak ibu sekalian, itu buku yang ditulis pada abad ke 16. Ini membuktikan Ratu Kalinyamat bukan mitos, tapi benar-benar fakta," ujar Ratno saat FGD di Jakarta, Senin, 15 April 2019.
Sumber primer itu di antaranya ditulis Fernao Mendez Pento dan Diego de Canto dari Portugis. Sumber itu diambil langsung dari Portugis. Catatan Diego de Canto menyebutkan, Ratu Kalinyamat seorang anak raja yang memiliki pandangan hidup dan citra diri yang baik. Wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Kudus, Blora, dan Demak.
Sementara dalam catatan yang ditulis Fernao Mendez Pinto saat mengunjungi Banten pada 1544, mendapati utusan perempuan bangsawan tinggi dari Raja Demak.
Anggota tim kajian akademik, Chusnul Hayati, menyampaikan ketertarikannya meneliti Ratu Kalinyamat sejak tahun 1995. Menurutnya, Ratu Kalinyamat merupakan tokoh perempuan luar biasa. Sepak terjang Ratu Kalinyamat menurutnya melebehi perjuangan pahlawan perempuan lainnya dari Jepara, yaitu Raden Ajeng Kartini.
“Ratu Kalinyamat bener-benar tokoh historis. Jangan hanya dijadikan tokoh legenda. Jangan hanya menjadi fenomena sastra dan folklore,” ungkap Chusnul saat FGD di Pusat Studi Ratu Kalinyamat Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Selasa, 20 Agustus 2019.
Setelah tiga tahun melakukan penelitian, kajian, dan mencari bukti primer yang tidak didapatkan pada dua pengusulan sebelumnya, tim peneliti pada tahun 2022 rampung menyusun naskah akademik sosok Ratu Kalinyamat.
Ketua Tim Peneliti dari YDBL, Ratno Lukito, mengatakan naskah akademik disusun untuk menunjukan bahwa Ratu Kalinyamat adalah sosok yang memang pantas menyandang gelar Pahlawan Nasional. Naskah akademik itu diserahkan Ratno kepada Bupati Jepara, 2022, Dian Krstiandi.
“Saya sudah ngga bisa banyak kata, saya benar-benar mengucapkan banyak terimakasih. Kami akan mendukung sepenuhnya usulan ini,”ujar Dian Kristiandi usai menerima naskah akademik Ratu Kalinyamat, Kamis, 13 Januari 2022.
Pada Minggu, 6 Februari 2022, secara resmi pemerintah Kabupaten Jepara bersama-sama masyarakat serta YDBL mengusulkan kembali Ratu Kalinyamat memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Peluncuran pengusulan itu berlangsung di pendapa kabupaten. Sejumlah tokoh, seperti anggota Watimpres Habib Luthfi bin Yahya, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, dan seniman Sujiwo Tejo, turut hadir dan membubuhkan tanda tangan dukungan.
Kini, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan tahun 2023, gelar Pahlawan Nasional disematkan untuk Ratu Kalinyamat.
Jepara: Salah satu tokoh perempuan dari Kabupaten Jepara, Jawa tengah, Ratu Kalinyamat, dinobatkan sebagai
pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Gelar pahlawan nasional diserahkan presiden Joko Widodo bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023, di Istana Negara kepada masyarakat Jepara yang diwakili penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta.
Proses panjang mengiringi usulan Ratu kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Tercatat dua kali pemerintah Kabupaten Jepara mengusulkan pemimpin Jepara pada tahun 1549-1579 itu menjadi pahlawan naisonal, yaitu pada tahun 2005 dan 2016. Namun, usaha kala itu gagal.
Semangat mengusulkan Ratu Kalinyamat menjadi pahlawan nasional kembali bergelora pada tahun 2019. Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) bersama-sama masyarakat Jepara kembali bertekad mengusulakan kembali ratu yang memiliki nama masa kecil Retno Kencono itu memperoleh gelar pahlawan nasional.
Catatan
Medcom.id, pada Jumat, 1 Maret 2019, pembina YDBL,
Lestari Moerdijat bersama sejumlah tim ahli dan peneliti zairah ke makam Ratu Kalinyamat di komplek Masjid Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kedatangan Lestari Moerdijat disambut hangat pengurus masjid dan perwakilan elemen masyarakat.
"Mari bersama-sama menggelorakan kembali usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional ini dan mengingatkan semua pihak, bahwa sudah sepantasnya dan sudah saatnya gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada Ratu Kalinyamat," kata perempuan yang biasa disapa Rerie kala itu, Jumat, 1 Maret 2019.
Mendapat restu dari masyarakat Jepara, serangkaian penilitian dan kajian pun dimulai. Forum Group Discution (FGD) pun digelar berulang kali di Jepara. Tak hanya di tingkat lokal Jepara, FGD juga digelar di tingkat regional Jawa Tengah dan Nasional.
Koordinator Tim Penyusun Naskah Akademik Ratno Lukito menyampaikan, penelitian yang dilakukan tim secara objektif dan terbuka. Selain terjun ke lapangan, juga mencari sumber primer berupa buku dan karya ilmiah.
Buku-buku tersebut ditulis penulis Belanda dan Portugis yang ditulis pada masa yang hampir bersamaan dengan masa Ratu Kalinyamat.
"Di hadapan bapak ibu sekalian, itu buku yang ditulis pada abad ke 16. Ini membuktikan Ratu Kalinyamat bukan mitos, tapi benar-benar fakta," ujar Ratno saat FGD di Jakarta, Senin, 15 April 2019.
Sumber primer itu di antaranya ditulis Fernao Mendez Pento dan Diego de Canto dari Portugis. Sumber itu diambil langsung dari Portugis. Catatan Diego de Canto menyebutkan, Ratu Kalinyamat seorang anak raja yang memiliki pandangan hidup dan citra diri yang baik. Wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Kudus, Blora, dan Demak.
Sementara dalam catatan yang ditulis Fernao Mendez Pinto saat mengunjungi Banten pada 1544, mendapati utusan perempuan bangsawan tinggi dari Raja Demak.
Anggota tim kajian akademik, Chusnul Hayati, menyampaikan ketertarikannya meneliti Ratu Kalinyamat sejak tahun 1995. Menurutnya, Ratu Kalinyamat merupakan tokoh perempuan luar biasa. Sepak terjang Ratu Kalinyamat menurutnya melebehi perjuangan pahlawan perempuan lainnya dari Jepara, yaitu Raden Ajeng Kartini.
“Ratu Kalinyamat bener-benar tokoh historis. Jangan hanya dijadikan tokoh legenda. Jangan hanya menjadi fenomena sastra dan folklore,” ungkap Chusnul saat FGD di Pusat Studi Ratu Kalinyamat Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Selasa, 20 Agustus 2019.
Setelah tiga tahun melakukan penelitian, kajian, dan mencari bukti primer yang tidak didapatkan pada dua pengusulan sebelumnya, tim peneliti pada tahun 2022 rampung menyusun naskah akademik sosok Ratu Kalinyamat.
Ketua Tim Peneliti dari YDBL, Ratno Lukito, mengatakan naskah akademik disusun untuk menunjukan bahwa Ratu Kalinyamat adalah sosok yang memang pantas menyandang gelar Pahlawan Nasional. Naskah akademik itu diserahkan Ratno kepada Bupati Jepara, 2022, Dian Krstiandi.
“Saya sudah ngga bisa banyak kata, saya benar-benar mengucapkan banyak terimakasih. Kami akan mendukung sepenuhnya usulan ini,”ujar Dian Kristiandi usai menerima naskah akademik Ratu Kalinyamat, Kamis, 13 Januari 2022.
Pada Minggu, 6 Februari 2022, secara resmi pemerintah Kabupaten Jepara bersama-sama masyarakat serta YDBL mengusulkan kembali Ratu Kalinyamat memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Peluncuran pengusulan itu berlangsung di pendapa kabupaten. Sejumlah tokoh, seperti anggota Watimpres Habib Luthfi bin Yahya, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, dan seniman Sujiwo Tejo, turut hadir dan membubuhkan tanda tangan dukungan.
Kini, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan tahun 2023, gelar Pahlawan Nasional disematkan untuk Ratu Kalinyamat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)