Kulon Progo: Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat tren lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada Maret 2024. Lonjakan kasus ini bahkan 100 persen lebih dibanding dua bulan awal tahun ini.
Kasus DBD di Kabupaten Kulon Progo pada Januari hingga Maret 2024 menyentuh angka 255. Paling besar terjadi pada Maret 2024 sebanyak 154 kasus. Meski demikian, tak ada kasus meninggal sejak Januari hingga Maret 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan kondisi ini dimungkinkan menjadi siklus puncak kasus DBD. Namun, ia menyebut terjadi hal tak biasa karena siklus lonjakan kasus itu terjadi enam tahunan.
"Siklus puncak DBD di Kulon Progo biasanya terjadi enam tahun sekali. Akan tetapi makin kesini makin cepat durasi siklus puncaknya," kata Utami pada Sabtu, 30 Maret 2024.
Jumlah kasus DBD melonjak terakhir terjadi 2016 sebanyak 381 kasus. Kemudian diikuti 2020 dengan 348 kasus dan 2022 dengan 311 kasus. Ia menyebut terjadi pemendekan sikon lonjakan kasus DBD di wilayahnya.
"Kami mulai tingkat kewaspadaan dengan menyosialisasikannya ke masyarakat. Kami juga meningkatkan (kesiapan) fasilitas kesehatan," kata dia.
Fasilitas kesehatan di berbagai tingkatan disiagakan menyusul situasi tersebut. Apalagi musim penghujan di Kabupaten Kulon Progo masih berlangsung hingga saat ini.
"Kami upayakan ketersediaan obatan-obatan (untuk pasien DBD). Kami imbau masyarakat yang mengalami gejala segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas," jelasnya.
Ia menegaskan perilaku hidup sehat menjadi bagian penting dalam mencegah kasus DBD. Ia mengingatkan masyarakat untuk secara rutin membersihkan lingkungan dari potensi keberadaan sarang nyamuk.
Kulon Progo: Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat tren lonjakan kasus
demam berdarah dengue (DBD) pada Maret 2024. Lonjakan kasus ini bahkan 100 persen lebih dibanding dua bulan awal tahun ini.
Kasus DBD di
Kabupaten Kulon Progo pada Januari hingga Maret 2024 menyentuh angka 255. Paling besar terjadi pada Maret 2024 sebanyak 154 kasus. Meski demikian, tak ada kasus meninggal sejak Januari hingga Maret 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan kondisi ini dimungkinkan menjadi siklus puncak kasus DBD. Namun, ia menyebut terjadi hal tak biasa karena siklus lonjakan kasus itu terjadi enam tahunan.
"Siklus puncak DBD di Kulon Progo biasanya terjadi enam tahun sekali. Akan tetapi makin kesini makin cepat durasi siklus puncaknya," kata Utami pada Sabtu, 30 Maret 2024.
Jumlah kasus DBD melonjak terakhir terjadi 2016 sebanyak 381 kasus. Kemudian diikuti 2020 dengan 348 kasus dan 2022 dengan 311 kasus. Ia menyebut terjadi pemendekan sikon lonjakan kasus DBD di wilayahnya.
"Kami mulai tingkat kewaspadaan dengan menyosialisasikannya ke masyarakat. Kami juga meningkatkan (kesiapan) fasilitas kesehatan," kata dia.
Fasilitas kesehatan di berbagai tingkatan disiagakan menyusul situasi tersebut. Apalagi musim penghujan di Kabupaten Kulon Progo masih berlangsung hingga saat ini.
"Kami upayakan ketersediaan obatan-obatan (untuk pasien DBD). Kami imbau masyarakat yang mengalami gejala segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas," jelasnya.
Ia menegaskan perilaku hidup sehat menjadi bagian penting dalam mencegah kasus DBD. Ia mengingatkan masyarakat untuk secara rutin membersihkan lingkungan dari potensi keberadaan sarang nyamuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)