Tugu Ngejaman di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Foto: Inibaru
Tugu Ngejaman di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Foto: Inibaru

Tugu Ngejaman, Hadiah Belanda yang Tak Terawat

Inibaru • 09 Maret 2022 07:00
DIY: Semenjak Jalan Malioboro, Yogyakarta, bebas dari pedagang kaki lima (PKL), banyak bangunan bersejarah yang kembali terlihat bentuk aslinya. Selain itu, ada juga sejumlah monumen yang kembali diperhatikan setelah selama ini terabaikan.
 
Salah satunya adalah Tugu Ngejaman. Tugu ini merupakan hadiah dari Belanda.
 
Nama asli dari Tugu Ngejaman adalah Monumen Standsklok. Nama Ngejaman ini berasal dari bentuknya yang berupa tugu dengan bagian atasnya adalah jam berbentuk lingkaran.

Lokasinya ada di bagian selatan Jalan Malioboro. Hanya sepelemparan batu dari utara titik 0 km, tepatnya di pertigaan Jalan Margamulya dan persis di depan Gereja GPIB Margamulya.
 
Lantaran tingginya hanya 1,5 meter dan diameter tugunya hanya 45 centimeter, banyak orang yang menganggapnya sebagai tugu biasa. Banyak yang menganggap tugu itu bukan monumen bersejarah.
 
Sejarah mencatat tugu ini dibangun 1916 silam. Belanda membangunnya sebagai peringatan 100 tahun kembalinya Hindia Belanda dari Inggris yang sempat berkuasa pada 1811-1816.
 
Baca: Walkot Surabaya Perintahkan Satpol PP Tidak Asal Gusur PKL
 
Di masa itu, jam alias arloji adalah hal yang sangat langka. Maka, tugu ini pun dianggap sebagai hadiah berharga. Banyak warga Yogyakarta yang dulu benar-benar mengandalkan tugu ini sebagai penanda waktu.
 
Jam di Tugu Ngejaman ini masih berfungsi dengan baik hingga saat ini. Diharapkan, dengan adanya penataan kawasan Malioboro, semakin banyak orang yang menyadari betapa berharganya tugu ini sebagai peninggalan bersejarah saksi perjuangan masyarakat Yogyakarta. 

Ada Tugu Ngejaman Lain

Selain Tugu Ngejaman di Malioboro, di Yogyakarta, ada tugu sejenis lainnya, yakni Tugu Ngejaman Keben yang berlokasi di kompleks Masjid Kagungan Ndalem Rotowijayan, Jalan Rotowijayan, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton.
 
Tugu ini dibangun sebagai tanda persahabatan dari pegawai pemerintahan Hindia Belanda, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sekaligus masyarakat Tionghoa di sana. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesan dengan aksara Latin, Tionghoa, serta Jawa di bagian bawah monumen.
 
Tugu ini dibangun saat Hamengkubuwana VIII menjabat. Tugu Ngejaman Keben ini kini jadi penanda waktu bagi para wisatawan yang sedang berkeliling di sekitaran keraton. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan