Pembicara di acara Rudy Soetikno Memorial Lecture di Bintaro, Tangerang Selatan, membahas soal obat untuk penderita kanker Limfoma Non-Hodgin, sumber foto istimewa
Pembicara di acara Rudy Soetikno Memorial Lecture di Bintaro, Tangerang Selatan, membahas soal obat untuk penderita kanker Limfoma Non-Hodgin, sumber foto istimewa

Obat Kanker Limfoma Diharapkan Bisa Didapat Pasien BPJS

04 Februari 2018 21:42
Jakarta: Bendamustine merupakan zat aktif yang dinilai efektif mengobati pasien kanker Limfoma Non-Hodgkin (LNH). Tapi bendamustine masih diproduksi di Eropa, khususnya Jerman. Untuk mempermudah ketersediaan obat bagi pasien LNH, PT Fonko International Pharmaceuticals memproduksi obat tersebut di Indonesia.
 
Di Indonesia, sejak 2013, sebanyak 14.400 orang terdeteksi sebagai pasien kanker limfoma non-hodgkin atau kelenjar getah bening. Meski sudah terdeteksi, pengobatan untuk pasien kanker masih terkendala biaya yang mahal dan waktu yang lama.
 
Prof Mathias Rummel MJ, MD, PhD dari RS Universitas Giessen di Jerman mengatakan bendamustine yang dikombinasikan dengan rituximab efektif mengobati Limfoma non-hodgkin. Rummel melakukan penelitian soal kombinasi itu dan mempublikasikannya di jurnal kedokteran terkemuka, The Lancet.

"Bendamustine sudah ditemukan 50 tahun di Jerman Timur," kata Rummel dalam acara bertajuk Rudy Soetikno Memorial Lecture di Bintaro, Tangerang, 27 Januari 2018.
 
Namun baru pada 2000, bendamustine menarik perhatian peneliti. Jumlah kematian pasien yang diobati dengan bendamustine menjadi lebih sedikit. Sebanyak 73,9 persen pasien Limfoma dapat bertahan hidup selama 10 tahun. Hal itu dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan American Association of Clinical Oncology pada 2017.
 
Bendamustine didapat dari Eropa, terutama Jerman. Artinya, pemerintah harus mengimpor zat aktif itu untuk pengobatan pasien kanker Limfoma di Indonesia.
 
Di lain sisi, pemerintah tengah merencanakan memangkas 20 persen nilai ketergantungan impor obat. Pada 2016, nilai tersebut mencapai Rp11 triliun.
 
Menanggapi itu, perusahaan farmasi nasional PT Fonko International Pharmaceuticals yang merupakan bagian dari Dexa Group memproduksi obat kanker dengan kandungan bendamustine. Produk dengan nama Fonkomustine itu dipasar PT Ferron Par Pharmaceuticals sebagai obat antitumor untuk pasien Limfoma.
 
"PT Fonko sudah berdiri di Cikarang sejak 23 September 2014, diresmikan oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi. Pendirian perusahaan ini merupakan impian Bapak Rudy Soetikno agar obat-obatan onkologi (termasuk bendamustine) tersedia bagi masyarakat Indonesia dengan harga lebih terjangkau," kata CEO Dexa Group Ferry Soetikno dalam acara yang sama.
 
Sementara Presiden Direktur Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji mengatakan harga Fonkomustine lebih murah ketimbang obat impor. Saat ini, kata Krestijanto, obat itu dalam proses formularium nasional.
 
"Jadi diharapkan bisa digunakan pasien BPJS pada 2018," ujar Krestijanto.
 
Mengenal Limfoma Non-Hodgkin
Menurut dokter spesialis onkologi medik Hilman Tadjoedin, ada dua jenis kanker Limfoma. Yaitu Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin. Gejala awalnya yaitu pembengkakan kelenjar getah bening.
 
Limfoma Hodgkin lebih mudah disebuhkan. Sebab kankernya tidak seganas Limfoma Non-Hodgkin. Pengobatan dengan kombinasi bendamustine dan rituximab, ujar Hilman, menjadi harapan baru bagi pasien Limfoma Non-Hodgkin.
 
"Bendamustine saat ini sudah mulai digunakan di Indonesia, Hanya saja karena baru diluncurkan, jadi belum banyak pasien yang menggunakan," kata Hilman.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan