Lumajang: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan sistem peringatan dini (EWS), atau alat mendeteksi bencana berfungsi dengan baik. Namun, kata dia, bencana erupsi kali ini di luar dugaan, semburan lava Gunung Semeru lebih besar ketimbang pada 2020.
"Proses mitigasi dan sistem peringatan dini melalui alat EWS berjalan baik. Namun material yang dibawa pada guguran kali ini jauh lebih besar (dari tahun 2020)," kata Khofifah, saat meninjau permukiman di Kampung Renteng, Kabupaten Lumajang, Minggu, 5 Desember 2021.
Akibat guguran lava Semeru begitu besar, lanjut Khofifah, membuat puluhan rumah tertimbun abu vulkanis serta material. Terutama perkampungan yang terletak di Desa Sumberwuluh, menjadi salah satu lokasi terdampak yang parah akibat awan panas guguran.
"Karena guguran material sangat besar, maka banyak masyarakat yang terjebak. Sampai ada yang berlindung di atap rumah dan sebagainya, karena mereka melakukan evakuasi secara bersamaan," ujarnya.
Baca: Tim Rescue GP NasDem Temukan Jenazah Ibu Gendong Anak Korban Erupsi Semeru
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut meminta, semua pihak tetap melakukan kewaspadaan dan tidak pernah meremehkan fenomena alam tersebut. Khususnya di wilayah Semeru yang merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa.
"Peran ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) sangat penting dan berada di lini paling signifikan untuk informasi dan update di lapangan. Kami berharap teman-teman media juga ikut membantu proses penyampaian informasi yang komprehensif, dari apa yang sudah dilakukan jajaran Forkopimda Lumajang maupun kabupaten/kota sekitar," katanya.
Gunung Semeru mengeluarkan asap panas dan menimbulkan hujan abu pada Sabtu siang, 4 Desember 2021. Akibatnya, warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu, mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panas.
Lumajang: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan sistem peringatan dini (EWS), atau alat mendeteksi bencana berfungsi dengan baik. Namun, kata dia, bencana erupsi kali ini di luar dugaan, semburan lava
Gunung Semeru lebih besar ketimbang pada 2020.
"Proses mitigasi dan sistem peringatan dini melalui alat EWS berjalan baik. Namun material yang dibawa pada guguran kali ini jauh lebih besar (dari tahun 2020)," kata Khofifah, saat meninjau permukiman di Kampung Renteng, Kabupaten Lumajang, Minggu, 5 Desember 2021.
Akibat guguran lava Semeru begitu besar, lanjut Khofifah, membuat puluhan rumah tertimbun abu vulkanis serta material. Terutama perkampungan yang terletak di Desa Sumberwuluh, menjadi salah satu lokasi terdampak yang parah akibat awan panas guguran.
"Karena guguran material sangat besar, maka banyak masyarakat yang terjebak. Sampai ada yang berlindung di atap rumah dan sebagainya, karena mereka melakukan evakuasi secara bersamaan," ujarnya.
Baca: Tim Rescue GP NasDem Temukan Jenazah Ibu Gendong Anak Korban Erupsi Semeru
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut meminta, semua pihak tetap melakukan kewaspadaan dan tidak pernah meremehkan fenomena alam tersebut. Khususnya di wilayah Semeru yang merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa.
"Peran ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) sangat penting dan berada di lini paling signifikan untuk informasi dan update di lapangan. Kami berharap teman-teman media juga ikut membantu proses penyampaian informasi yang komprehensif, dari apa yang sudah dilakukan jajaran Forkopimda Lumajang maupun kabupaten/kota sekitar," katanya.
Gunung Semeru mengeluarkan asap panas dan menimbulkan hujan abu pada Sabtu siang, 4 Desember 2021. Akibatnya, warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu, mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(LDS)