medcom.id, Denpasar: Dalam sehari, Indonesia diserang oleh dua juta peretas. Atas situasi ini Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordination Center (ID-SIRTII/CC) Rudi Lumanto mengatakan Indonesia sedang mengalami kegentingan kejahatan siber.
"Serangan terutama ditujukan ke lembaga pemerintahan, disusul lembaga swasta dan perorangan," ujar Rudi saat ditemui di Kuta Bali, Selasa (27/9/2016).
Sebagian besar peretas, kata dia, merupakan orang Indonesia sendiri. "Jadi, coba kita bayangkan, orang Indonesia kembali menyerang negerinya sendiri. Dan ini fakta," ujarnya.
Menurutnya, orang Indonesia sudah dikenal sebagai peretas situs di beberapa negara di dunia. "Saya tidak mau menyebut negara mana saja yang diserang. Nanti malah diprotes. Namun, dalam beberapa tahun terakhir justru negara kita yang diserang oleh anak bangsa sendiri," ujarnya.
Motifnya beragam. Mulai dari coba-coba untuk mengasah kemampuan, sekadar mengisi waktu luang, sampai berniat jahat yang memperoleh sesuatu. "Jumlah penyerang akan semakin banyak di saat liburan panjang sekitar Juli hingga September," ujarnya.
Kepala Badan Diklat Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartin Asrin mengatakan saat ini Kementerian Pertahanan sudah memiliki pasukan siber untuk mengawasi aktivitas di dunia maya.
"Mereka merupakan bagian dari pasukan pendukung yang diwadahi Cyber Operation Center. Saat ini sudah bekerja dengan teknologi canggih. Tugas mereka adalah mengamankan sistem siber di bidang pertahanan dan pembelaan negara," ujarnya.
Salah satu hasil dari pasukan siber ini, kata Hartind, adalah terbongkarnya kasus bullying yang melibatkan nama tokoh nasional.
Saat ini, kata dia, pasukan siber bertugas mendesain pertahanan dari para peretas sambil berupaya menyusun strategi untuk melakukan serangan balik secara otomatis. "Mereka bekerja setiap hari," ujarnya tanpa mau memerinci tugasnya.
Hartind mengatakan pasukan siber sudah dididik sejak lima tahun lalu. Ia meminta Kemenkominfo mendukung generasi bangsa yang pandai dalam hal siber, terutama dalam melakukan proteksi terhadap pertahanan dan keamanan negara.
medcom.id, Denpasar: Dalam sehari, Indonesia diserang oleh dua juta peretas. Atas situasi ini Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordination Center (ID-SIRTII/CC) Rudi Lumanto mengatakan Indonesia sedang mengalami kegentingan kejahatan siber.
"Serangan terutama ditujukan ke lembaga pemerintahan, disusul lembaga swasta dan perorangan," ujar Rudi saat ditemui di Kuta Bali, Selasa (27/9/2016).
Sebagian besar peretas, kata dia, merupakan orang Indonesia sendiri. "Jadi, coba kita bayangkan, orang Indonesia kembali menyerang negerinya sendiri. Dan ini fakta," ujarnya.
Menurutnya, orang Indonesia sudah dikenal sebagai peretas situs di beberapa negara di dunia. "Saya tidak mau menyebut negara mana saja yang diserang. Nanti malah diprotes. Namun, dalam beberapa tahun terakhir justru negara kita yang diserang oleh anak bangsa sendiri," ujarnya.
Motifnya beragam. Mulai dari coba-coba untuk mengasah kemampuan, sekadar mengisi waktu luang, sampai berniat jahat yang memperoleh sesuatu. "Jumlah penyerang akan semakin banyak di saat liburan panjang sekitar Juli hingga September," ujarnya.
Kepala Badan Diklat Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartin Asrin mengatakan saat ini Kementerian Pertahanan sudah memiliki pasukan siber untuk mengawasi aktivitas di dunia maya.
"Mereka merupakan bagian dari pasukan pendukung yang diwadahi Cyber Operation Center. Saat ini sudah bekerja dengan teknologi canggih. Tugas mereka adalah mengamankan sistem siber di bidang pertahanan dan pembelaan negara," ujarnya.
Salah satu hasil dari pasukan siber ini, kata Hartind, adalah terbongkarnya kasus bullying yang melibatkan nama tokoh nasional.
Saat ini, kata dia, pasukan siber bertugas mendesain pertahanan dari para peretas sambil berupaya menyusun strategi untuk melakukan serangan balik secara otomatis. "Mereka bekerja setiap hari," ujarnya tanpa mau memerinci tugasnya.
Hartind mengatakan pasukan siber sudah dididik sejak lima tahun lalu. Ia meminta Kemenkominfo mendukung generasi bangsa yang pandai dalam hal siber, terutama dalam melakukan proteksi terhadap pertahanan dan keamanan negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)