Yogyakarta: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, memutar kembali memorinya saat memantau pengungsi Gunung Merapi yang erupsi pada 2010. Warga diharap tak lagi gugup menghadapi Erupsi Merapi saat ini.
Sri Sultan ke barak pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman, sekitar pukul 3.30 WIB. Raja Yogyakarta itu mengaku sengaja memantau kegiatan pengungsi yang memiliki hewan ternak. Meskipun di pengungsian, para pengungsi tetap mencoba merawat ternaknya.
"Saya tunggu. Pagi-pagi itu sudah parkir sepeda motor, kembali baru sore," kata Sri Sultan di Kantor Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Senin, 7 Desember 2020.
Dia mengungkap, banyak pengungsi yang pulang-pergi untuk memberi makan ternak, termasuk bebek dan ayan. Pengungsi membawa sisa makanan untuk ternak.
Baca: Sumber Tekanan Magma Merapi Mendekati Puncak
Pengungsi laki-laki bisa bertukar peran untuk memberi pakan ternak. Dia menilai, kondisi serupa pun tengah terjadi saat ini.
"Bapak-bapak ini yang sudah mengungsi, masih harus mengurusi ternaknya. Kecuali sapi dan sebagainya itu sudah di bawah (diungsikan)," terangnya.
Dia mengungkap, warga terdampak Gunung Merapi memiliki peran ganda. Yakni menjaga keselamatan dan mengurus ternak.
"Tak mudah. Punya aset seperti itu. Itu jadi dasar bolak balik, tidak mudah untuk tetap tinggal di tempat (barak pengungsian) itu," jelasnya.
Baca: Tepi Sungai di Lereng Merapi Rusak Akibat Penambangan
Sri Sultan menilai, erupsi 2010 menjadi pembelajaran penting dalam penanganan pengungsi. Saat itu, kata dia, warga tampak gugup hingga memilih mengungsi keluar Kabupaten Sleman.
"Dari awal enam tempat penampungan, saat meletus, orang lari ke Kulon Progo dan Gunungkidul. Akhirnya kami terpaksa buka dapur umum di sana," ungkapnya.
Dia berharap masyarakat tak lagi gugup dan cemas menghadapi erupsi Merapi. Dia menilai, kini masyarakat telah memiliki bekal untuk menyikapi erupsi Merapi.
"Situasi saat ini penting karena menyangkut kebijakan, konsekuensi yang akan timbul seperti apa. Pengalaman (2010) bagus buat kita untuk antisipasi. Kekeliruan 2010 jangan terulang," terangnya.
Yogyakarta: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, memutar kembali memorinya saat memantau pengungsi
Gunung Merapi yang erupsi pada 2010. Warga diharap tak lagi gugup menghadapi Erupsi Merapi saat ini.
Sri Sultan ke barak pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman, sekitar pukul 3.30 WIB. Raja Yogyakarta itu mengaku sengaja memantau kegiatan pengungsi yang memiliki hewan ternak. Meskipun di pengungsian, para pengungsi tetap mencoba merawat ternaknya.
"Saya tunggu. Pagi-pagi itu sudah parkir sepeda motor, kembali baru sore," kata Sri Sultan di Kantor Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Senin, 7 Desember 2020.
Dia mengungkap, banyak pengungsi yang pulang-pergi untuk memberi makan ternak, termasuk bebek dan ayan. Pengungsi membawa sisa makanan untuk ternak.
Baca: Sumber Tekanan Magma Merapi Mendekati Puncak
Pengungsi laki-laki bisa bertukar peran untuk memberi pakan ternak. Dia menilai, kondisi serupa pun tengah terjadi saat ini.
"Bapak-bapak ini yang sudah mengungsi, masih harus mengurusi ternaknya. Kecuali sapi dan sebagainya itu sudah di bawah (diungsikan)," terangnya.
Dia mengungkap, warga terdampak Gunung Merapi memiliki peran ganda. Yakni menjaga keselamatan dan mengurus ternak.
"Tak mudah. Punya aset seperti itu. Itu jadi dasar bolak balik, tidak mudah untuk tetap tinggal di tempat (barak pengungsian) itu," jelasnya.
Baca: Tepi Sungai di Lereng Merapi Rusak Akibat Penambangan
Sri Sultan menilai, erupsi 2010 menjadi pembelajaran penting dalam penanganan pengungsi. Saat itu, kata dia, warga tampak gugup hingga memilih mengungsi keluar Kabupaten Sleman.
"Dari awal enam tempat penampungan, saat meletus, orang lari ke Kulon Progo dan Gunungkidul. Akhirnya kami terpaksa buka dapur umum di sana," ungkapnya.
Dia berharap masyarakat tak lagi gugup dan cemas menghadapi erupsi Merapi. Dia menilai, kini masyarakat telah memiliki bekal untuk menyikapi erupsi Merapi.
"Situasi saat ini penting karena menyangkut kebijakan, konsekuensi yang akan timbul seperti apa. Pengalaman (2010) bagus buat kita untuk antisipasi. Kekeliruan 2010 jangan terulang," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)