Bangunan bersejarah tidak terawat di Jalan Hindu Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/4/2017). Antara Foto/Septianda Perdana/aww/17.
Bangunan bersejarah tidak terawat di Jalan Hindu Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/4/2017). Antara Foto/Septianda Perdana/aww/17.

Situs Peninggalan Jepang Dijual ke Pedagang Besi Tua

06 Juni 2017 09:49
medcom.id, Ambon: Situs-situs sejarah peninggalan Jepang pada masa perang dunia II di Pulau Meti, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, rusak karena tidak dirawat. Bahkan ada yang dialihfungsikan oleh warga setempat.
 
"Menurut informasi dari kepala desa setempat, dulu di pulau itu banyak sekali peninggalan Jepang, di antaranya stonewalls, mobil-mobil, roda-roda besar, tapi sekarang tidak ada lagi karena sudah dijual kepada pedagang besi tua," kata Lucas Wattimena, arkeolog, di Ambon, Selasa 6 Juni 2017.
 
Ia mengatakan, informasi tersebut didapatkan ketika ia dan tim melakukan penelitian mengenai tradisi pembuatan perahu tradisional masyarakat Halmahera Utara pada Maret 2017.

Dalam penelitian itu, para arkeolog menemukan beberapa arkeologis masa perang dunia II masih tersisa, seperti satu meriam, enam lubang perlindungan, satu landasan pesawat terbang, bekas permukaan landasan berupa drum, dan satu bunker.
 
Sebagian besar temuan sudah dalam kondisi rusak berat, beberapa di antaranya bahkan sudah dialihfungsikan oleh penduduk. Landasan pesawat terbang hanya menyisahkan bentuk lantai tanah berpermukaan rata dan digunakan sebagai jalan setapak dengan sederetan rumah berada di sebelah kiri dan kanannya.
 
Landasan pesawat terbang itu, dulunya dikerjakan oleh masyarakat Halmahera Utara yang dikumpulkan tentara Jepang. Sebelumnya ada satu hanggar, tapi kini sudah tidak tersisa bekasnya karena telah dibuat rumah oleh penduduk.
 
Tak jauh berbeda dengan situs peninggalan lainnya, meriam Jepang di sisi selatan Pulau Meti, kurang lebih tiga meter dari bibir pantai dengan posisi menghadap ke laut yang mengarah ke Pulau Halmahera bagian timur juga sudah rusak berat.
 
Meriam dengan panjang hulu lima meter dan berdiameter 35 sentimeter tersebut, terlihat tidak terurus dengan kaki dan roda meriam terbenam ke dalam tanah. Begitu pula dengan lubang-lubang perlindungan di selatan bibir pantai Pulau Meti.
 
Situs yang yang dibuat dari batuan alam memanjang secara horizontal searah garis pantai itu, sebagian besar sudah ditumbuhi semak belukar dan tertimbun tanah. Bunker yang berada kurang lebih 50 meter dari lubang-lubang perlindungan dalam kondisi memprihatinkan, tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar.
 
"Pulau itu adalah bekas peninggalan Jepang setelah dipukul mundur oleh tentara Sekutu di Pulau Morotai tahun 1943," kata Lucas.
 
Secara geografis, Pulau Meti berhadapan langsung dengan Lautan Pasifik. Untuk bisa sampai ke sana harus melalui pelabuhan tradisional di Desa Mawea yang bisa ditempuh dengan jalan darat selama satu jam dari Kota Tobelo.
 
Perjalanan dari pelabuhan tradisional Desa Mawea ke Pulau Meti bisa menggunakan pambot, perahu tradisional orang Sangir, Sulawesi Utara. (Antara)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan