medcom.id, Banjarnegara: Eni, 49, yakin anaknya yang bernama Yoki Pratama Windyarto, 21, tidak terlibat dalam jaringan teroris Maute yang menyerbu Kota Marawi, Filipina Selatan.
"Saya yakin anak saya tidak terlibat, karena saya kenal anak saya. Dia perilakunya baik, tidak merokok, dan jarang keluyuran," kata Eni dikutip Antara, Jumat 2 Juni 2017.
Eni berharap masyarakat tidak gegabah menilai anaknya sebelum ada kejelasan mengenai keterlibatan Yoki dalam penyerangan di Marawi.
Kendati demikian, dia mengaku lega dengan adanya pemberitaan tentang Yoki sehingga bisa tahu keberadaan anak sulungnya setelah kehilangan kontak sejak 27 Februari 2017.
Sejak saat itu, kata dia, Yoki meninggalkan semua grup percakapan keluarga di WhatsApp.
Menurut dia, keluarga sudah berupaya melapor ke kepolisian terkait hilangnya kontak dengan Yoki namun tidak pernah mendapat kabar hingga muncul pemberitaan jika anaknya masuk daftar pencarian orang (DPO) kepolisian Filipina.
"Saya berharap pemerintah bisa membawa pulang Yoki dari Filipina dan melakukan pemeriksaan di Indonesia," katanya.
Eni mengatakan, Yoki yang diwisuda pada 8 September 2016 setelah dinyatakan lulus dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Banten, itu diterima bekerja di PT GMF AeroAsia sejak 26 Desember 2016.
Ia mengaku terakhir bertemu dengan Yoki pada pertengahan bulan Februari saat sedang sakit cacar.
"Saat itu dia sakit cacar dan dirawat di rumah pakdenya, di Bekasi. Waktu kami tengok, tidak ada perubahan perilaku, cuma rambutnya saja yang sedikit panjang," katanya.
Yoki Pratama Windyarto merupakan salah seorang dari tujuh warga negara Indonesia yang menjadi buron Kepolisian Filipina karena diduga terlibat dalam penyerangan Kota Marawi.
Pria kelahiran Banjarnegara, 17 September 1995, itu diketahui berangkat ke Filipina tanggal 4 Maret 2017 dengan paspor nomor B 5743781.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/5b2jXWMb" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Banjarnegara: Eni, 49, yakin anaknya yang bernama Yoki Pratama Windyarto, 21, tidak terlibat dalam jaringan teroris Maute yang menyerbu Kota Marawi, Filipina Selatan.
"Saya yakin anak saya tidak terlibat, karena saya kenal anak saya. Dia perilakunya baik, tidak merokok, dan jarang keluyuran," kata Eni dikutip Antara, Jumat 2 Juni 2017.
Eni berharap masyarakat tidak gegabah menilai anaknya sebelum ada kejelasan mengenai keterlibatan Yoki dalam penyerangan di Marawi.
Kendati demikian, dia mengaku lega dengan adanya pemberitaan tentang Yoki sehingga bisa tahu keberadaan anak sulungnya setelah kehilangan kontak sejak 27 Februari 2017.
Sejak saat itu, kata dia, Yoki meninggalkan semua grup percakapan keluarga di WhatsApp.
Menurut dia, keluarga sudah berupaya melapor ke kepolisian terkait hilangnya kontak dengan Yoki namun tidak pernah mendapat kabar hingga muncul pemberitaan jika anaknya masuk daftar pencarian orang (DPO) kepolisian Filipina.
"Saya berharap pemerintah bisa membawa pulang Yoki dari Filipina dan melakukan pemeriksaan di Indonesia," katanya.
Eni mengatakan, Yoki yang diwisuda pada 8 September 2016 setelah dinyatakan lulus dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Banten, itu diterima bekerja di PT GMF AeroAsia sejak 26 Desember 2016.
Ia mengaku terakhir bertemu dengan Yoki pada pertengahan bulan Februari saat sedang sakit cacar.
"Saat itu dia sakit cacar dan dirawat di rumah pakdenya, di Bekasi. Waktu kami tengok, tidak ada perubahan perilaku, cuma rambutnya saja yang sedikit panjang," katanya.
Yoki Pratama Windyarto merupakan salah seorang dari tujuh warga negara Indonesia yang menjadi buron Kepolisian Filipina karena diduga terlibat dalam penyerangan Kota Marawi.
Pria kelahiran Banjarnegara, 17 September 1995, itu diketahui berangkat ke Filipina tanggal 4 Maret 2017 dengan paspor nomor B 5743781.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)