medcom.id, Makassar: Hasil pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat daerahnya mengalami deflasi 0,26 persen sepanjang Agustus 2017. Berbanding sebaliknya dari inflasi 0,93 persen pada bulan Juli.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan, deflasi dipicu turunnya harga pada dua kelompok pengeluaran masyarakat. Masing-masing pada kelompok bahan makanan sebesar -0,70 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, -1,31 persen.
“Dua kelompok itu berkontribusi pada deflasi, meski pada saat bersamaan pada lima kelompok pengeluaran lain mengalami kenaikan,” kata Nursam melalui rilis yang diterima Senin 4 Agustus 2017.
Adapun lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi selama Agustus, masing-masing kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,24 persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,03 persen); kelompok sandang (0,23 persen); kelompok kesehatan (0,17 persen) serta kelompok pendidikan dan olahraga (1,20 persen).
Nursam mengungkapkan, sejauh ini laju pertumbuhan inflasi Sulsel berdasarkan tahun kalender (Januari-Agustus) mencapai 3,46 persen. Sedangkan dibanding bulan yang sama pada tahun lalu, pertumbuhan pada Agustus 2017 tercatat 4,58 persen.
“Secara historis, pengendalian harga di Sulsel selalu stabil. Sehingga tidak heran bila kali ini tercatat deflasi,” ujarnya.
Lebih lanjut disebutkan, pada Agustus 2017 laju inflasi sebelas kota di regional Sulawesi masih dalam kondisi cukup stabil. Palopo, Sulsel bersama Palu, Sulawesi Tengah mengalami inflasi terendah, sama-sama 0,05 persen. Sedangkan inflasi tertinggi dialami Mamuju, Sulawesi Barat, dengan nilai 0,42 persen.
medcom.id, Makassar: Hasil pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat daerahnya mengalami deflasi 0,26 persen sepanjang Agustus 2017. Berbanding sebaliknya dari inflasi 0,93 persen pada bulan Juli.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan, deflasi dipicu turunnya harga pada dua kelompok pengeluaran masyarakat. Masing-masing pada kelompok bahan makanan sebesar -0,70 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, -1,31 persen.
“Dua kelompok itu berkontribusi pada deflasi, meski pada saat bersamaan pada lima kelompok pengeluaran lain mengalami kenaikan,” kata Nursam melalui rilis yang diterima Senin 4 Agustus 2017.
Adapun lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi selama Agustus, masing-masing kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,24 persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,03 persen); kelompok sandang (0,23 persen); kelompok kesehatan (0,17 persen) serta kelompok pendidikan dan olahraga (1,20 persen).
Nursam mengungkapkan, sejauh ini laju pertumbuhan inflasi Sulsel berdasarkan tahun kalender (Januari-Agustus) mencapai 3,46 persen. Sedangkan dibanding bulan yang sama pada tahun lalu, pertumbuhan pada Agustus 2017 tercatat 4,58 persen.
“Secara historis, pengendalian harga di Sulsel selalu stabil. Sehingga tidak heran bila kali ini tercatat deflasi,” ujarnya.
Lebih lanjut disebutkan, pada Agustus 2017 laju inflasi sebelas kota di regional Sulawesi masih dalam kondisi cukup stabil. Palopo, Sulsel bersama Palu, Sulawesi Tengah mengalami inflasi terendah, sama-sama 0,05 persen. Sedangkan inflasi tertinggi dialami Mamuju, Sulawesi Barat, dengan nilai 0,42 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)