ilustrasi/Medcom.id
ilustrasi/Medcom.id

Ini 5 Daerah di Jatim Penyumbang Kasus DBD Tertinggi Sepanjang 2022

Amaluddin • 28 September 2022 18:45
Surabaya: Lima daerah di Kabupaten di Jawa Timur menjadi daerah endemi kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang tahun 2022. Lima daerah itu adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ngawi, Kota Malang, dan Kabupaten Banyuwangi.
 
"Jumlah penderita DBD tertinggi tahun 2022 adalah Kabupaten Malang sebanyak 600 orang, Kabupaten Tuban 481 orang, Kabupaten Ngawi 471 orang, Kota Malang 448 orang dan Kabupaten Banyuwangi 407 orang," kata Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, dikonfirmasi, Rabu, 28 September 2022.
 
Hikmah mengatakan jumlah penderita DBD di Jatim mulai Januari hingga September 2022 mencapai 8.894 kasus, dengan kematian atau case fatality rate (CFR) mencapai 110 orang atau setara 1,2 persen. Jumlah itu naik dari tahun 2021, penderita DBD di Jatim tercatat sebanyak 6.760 orang dengan jumlah kematian 72 orang atau setara 1 persen.

Politikus PKB itu melanjutkan untuk jumlah kematian DBD tertinggi sepanjang 2022 tercatat di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Nganjuk dengan jumlah masing-masing 11 orang. Kemudian disusul Kota Malang 10 orang, serta Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Pasuruan dengan catatan masing-masing 5 orang.
 
Baca: Kasus DBD di Jatim Meningkat Tahun Ini

"Sebenarnya kasus ini merupakan hal serius yang setiap tahun terjadi. Kalau tahun kemarin memang jarang terekspos karena semuanya fokus kepada covid-19," tutur dia.
 
Hikmah sudah mewanti-wanti Dinas Kesehatan Jatim agar penyakit tahunan ini direspons serius. Menurut Hikmah, jika pencegahan DBD dilakukan secara masif, maka wabah ini bisa diantisipasi. Ia pun meminta jajaran Dinkes Jatim untuk tidak bosan-bosannya mengedukasi masyarakat terkait bahaya DBD dan cara mengantisipasinya.
 
Hikmah pun mengingatkan masyarakat untuk tidak merasa aman ketika melakukan fogging di sekitar tempat tinggal. Menurutnya akan sangat percuma meskipun dilakukan fogging namun mengabaikan faktor lain seperti air menggenang dan kurang menjaga daya tahan tubuh.
 
“Maka dari itu dalam situasi seperti ini petugas kesehatan mulai dari Puskesmas, Polindes harus turun kepada masyarakat untuk mengedukasi terkait pencegahan DBD,” ujarnya.
 
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Erwin Astha Triyono, mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk menekan kasus DBD di wilayah setempat. Upaya yang dilakukan di antaranya adalah meningkatkan peran masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, memantau, dan menimbun (3M Plus) barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan air.
 
Erwin mengaku pihaknya rutin melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Ia menjelaskan DBD adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aealbopictus. Gejala DBD ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan dan penurunan jumlah trombosit.
 
"Faktor yang mempengaruhi penyebarluasan DBD adalah kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan perilaku masyarakat. Selain itu juga perubahan iklim global, pertumbuhan ekonomi, dan kurangnya ketersediaan air bersih," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan