Sikka: Sejak dua tahun terakhir, wabah penyakit African Swine Fever (ASF) telah menyerang ternak babi milik warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Akibatnya populasi babi ternak saat ini tersisa 10 persen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz da Cunha, mengungkapkan wilayahnya masih masuk masuk zona merah serangan ASF. Hal itu berakibat pada menurunnya populasi babi ternak yakni 10 persen dari total 70 ribu ekor.
"Babi kita banyak yang mati akibat virus ASF. Apalagi belum ada vaksinnya. Pokoknya babi masih hidup di kita saat ini sisa 10 persen dari 70 ribu ekor babi. Ini data Mei 2021" ujar dia, Selasa, 15 September 2021.
Menurut dia, bagi warga Kabupaten Sikka, hewan babi memiliki nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai budaya.
Baca juga: Capaian Vaksinasi Pelajar di Sulsel Baru 6%
"Saat ini warga kesulitan untuk mendapat ternak babi. Kalau dapat juga dengar harga mahal," terang Mauritz.
Ditambah lagi, kata dia, babi yang masuk ke Kabupaten Sikka harus memiliki sertifikat bebas ASF yang dikeluarkan dari balai besar yang di Denpasar, Bali.
"Sekarang babi yang masuk di Sikka tidak boleh sembarang. Harus ada sertifikat bebas ASF. Kemudian kalau ambil sampel hari ini, misalnya negatif. Hasil negatif itu juga tidak menjamin," papar Mauritz.
Ia pun mengaku hingga saat ini belum ada obat untuk atasi virus ASF.
"Yang kita lakukan saat ini hanya bisa pengaturan lalu lintas hewan. Tujuannya kita cegah supaya virus dari luar jangan masuk ke kabupaten atau masuk ke kecamatan atau ke desa atau ke satu kandang," jelasnya.
Sikka: Sejak dua tahun terakhir, wabah penyakit African Swine Fever (ASF) telah menyerang ternak babi milik warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Akibatnya
populasi babi ternak saat ini tersisa 10 persen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz da Cunha, mengungkapkan wilayahnya masih masuk masuk zona merah serangan ASF. Hal itu berakibat pada menurunnya populasi babi ternak yakni 10 persen dari total 70 ribu ekor.
"Babi kita banyak yang mati akibat virus ASF. Apalagi belum ada vaksinnya. Pokoknya babi masih hidup di kita saat ini sisa 10 persen dari 70 ribu ekor babi. Ini data Mei 2021" ujar dia, Selasa, 15 September 2021.
Menurut dia, bagi warga Kabupaten Sikka, hewan babi memiliki nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai budaya.
Baca juga:
Capaian Vaksinasi Pelajar di Sulsel Baru 6%
"Saat ini warga kesulitan untuk mendapat ternak babi. Kalau dapat juga dengar harga mahal," terang Mauritz.
Ditambah lagi, kata dia, babi yang masuk ke Kabupaten Sikka harus memiliki sertifikat bebas ASF yang dikeluarkan dari balai besar yang di Denpasar, Bali.
"Sekarang babi yang masuk di Sikka tidak boleh sembarang. Harus ada sertifikat bebas ASF. Kemudian kalau ambil sampel hari ini, misalnya negatif. Hasil negatif itu juga tidak menjamin," papar Mauritz.
Ia pun mengaku hingga saat ini belum ada obat untuk atasi virus ASF.
"Yang kita lakukan saat ini hanya bisa pengaturan lalu lintas hewan. Tujuannya kita cegah supaya virus dari luar jangan masuk ke kabupaten atau masuk ke kecamatan atau ke desa atau ke satu kandang," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)