Perusahaan rokok ternama di Tanah Air, Nojorono Kudus, menyelenggarakan pertunjukan Tari Cahya Nojorono (Foto:Dok)
Perusahaan rokok ternama di Tanah Air, Nojorono Kudus, menyelenggarakan pertunjukan Tari Cahya Nojorono (Foto:Dok)

Lestarikan Caping Kalo, Nojorono Kudus Gelar Tari Cahya Nojorono

Patrick Pinaria • 28 April 2024 17:11
Kudus: Perusahaan rokok ternama di Tanah Air, Nojorono Kudus, menyelenggarakan pertunjukan Tari Cahya Nojorono. Tarian ini digelar sebagai upaya mereka dalam melestarikan salah satu warisan berharga di wilayah Kudus, Caping Kalo.
 
Caping Kalo merupakan kerajinan tangan berbahan baku bambu yang dibuat masyarakat Kudus. Caping Kalo berbentuk topi yang berbulat pipih seperti saringan.
 
Seiring dengan perkembangan zaman, peran Caping Kalo kian menyempit. Kini, kehadirannya hanya pada momen-momen tertentu saja dan menjadi aksesoris pelengkap yang disematkan pada baju adat wanita Kudus. Kebutuhan penggunaan Caping Kalo yang semakin ditinggalkan, membuatnya terancam punah. Tercatat pengrajin Caping Kalo, hanya tersisa dua orang yang masih menekuni pembuatannya hingga saat ini.
 
Menurunnya, kebutuhan penggunaan Caping Kalo mendapat perhatian dari Nojorono Kudus. Mereka pun mencoba untuk mempertahankan dan ingin mengembalikan popularitas Caping Kalo. Salah satu upayanya dengan menggelar pertunjukan tarian, 'Tari Cahya Nojorono'.
 
Dalam pertunjukan tersebut, Nojorono Kudus menggandeng maestro tari di Tanah Air, Didik Nini Thowo. Bersama Didik, Tari Cahya Nojorono dikemas apik.
 
Baca juga: Kembali Hadir, Authenticity Sukses Ramaikan Panggung Nyanyian Gembira di Palembang

 
Acara tersebut dibuat dengan konsep memadukan nilai budaya Kudus dengan warisan nilai Nojorono Kudus Bersatu, Berdoa, Berkarya dan Cipta, Karsa, Rasa, Cahya yang merupakan pengejawantahan arti kata Nojorono sendiri. Tari Cahya Nojorono ditampilkan secara apik, disempurnakan dengan kehadiran Caping Kalo yang tak hanya sekadar mempercantik tarian, namun mempertegas identitas warisan budaya khas Kudus.
 
Dikemas menjadi tiga segmen, menjadikan Tari Cahya Nojorono sebagai tarian yang sarat akan makna ?loso?s di dalamnya. Di segmen pertama, gerakan tari dari petani tembakau dengan atribut Caping Kalo yang sedang mengawali persiapan panen dengan berdoa.
 
Dilanjutkan dengan gerakan melingkar menyatu, mewakili gambaran para petani bersatu untuk memilih daun tembakau terbaik. Turut dilengkapi atribut daun berwarna hijau, selain melambangkan pilihan daun yang akan dituai, juga mewakili makna kejelian para petani dalam memanen daun terbaik.
 
Kedua, gerak gemulai mengayunkan daun-daun, menunjukkan proses dinamika tantangan musim kesiapan daun tembakau sebagai bahan baku utama hingga siap olah, yang diakhiri dengan kemunculan penari yang memerankan tokoh Krisna muda. Kemunculan Krisna muda yang tampil menggunakan topeng, merepresentasikan makna penyangkalan jati diri dan ego individu untuk menyelaraskan diri dengan nilai-nilai warisan Nojorono Kudus.
 
Memasuki segmen ketiga, melanjutkan representasi makna Bersatu dan Berdoa, Krisna muda mengusung sebuah bola yang menjadi perwakilan makna hasil kerja, yakni Berkarya yang memberikan cahaya.
 
Lestarikan Caping Kalo, Nojorono Kudus Gelar Tari Cahya Nojorono
 
Penari yang terlibat dalam koreogra? Tari Cahya Nojorono merupakan karyawan Nojorono Kudus yang digembleng langsung oleh sang maestro tari Didik Ninik Thowok. Bentuk formasi yang terdiri dari 3 dan 2 penari yang menandakan tahun berdirinya Nojorono Kudus di tahun 1932, dan diakhiri dengan formasi penari akhir, yang terdiri dari 14 dan 10 penari yang mewakili tanggal dan bulan dikukuhkannya Nojorono Kudus, yakni 14 Oktober.
 
"Mayoritas penari terbilang pemula, audisi digelar dan dinilai langsung kelayakannya oleh maestro tari yang namanya sudah tidak asing. Tuntutan bergerak gemulai dan indah dalam koreogra? yang penuh makna ?loso?s Nojorono Kudus, menjadi tantangan besar bagi setiap penari. Kami dilatih keras oleh Mas Didik, mengulang setiap gerakan puluhan bahkan ratusan kali, tentunya latihan ini memberikan pengalaman berharga yang tak akan terlupakan bagi setiap kami," ucap Robertus Ipong Sumantri, salah satu penari yang dijumpai saat latihan perdana.
 
Baca juga: Authenticity X Feast Sambut 2024 dengan Konsep Panggung Berbeda

 
"Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk terus menjaga kelestariannya. Nojorono Kudus berkomitmen untuk memberdayakan siapapun yang ingin mempelajari warisan sejarah khas Kudus yaitu Caping Kalo. Kami berharap Tari Cahya Nojorono ini dapat dinikmati menjadi suatu mahakarya indah dan dapat ditampilkan sebagai sumbangsih peran Nojorono dalam pelestarian budaya Indonesia," kata Direktur PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata.
 
Di balik intensifnya latihan dan penyelarasan antar penari terpilih sepanjang empat bulan lamanya, Tari Cahya Nojorono diharapkan dapat menginspirasi seluruh lapisan masyarakat semua usia, dan mendorong semangat setiap individu tergerak melestarikan warisan budaya. Sesuai dengan ?loso?nya yang didasari oleh pengejawantahan Cipta, Karsa, Rasa, dan Cahya, Tari Cahya Nojorono menceritakan tentang sebuah perjalanan kehidupan manusia yang diciptakan untuk terus berkarya sepenuh hati, dan menghembuskan rasa dalam setiap karya yang dihasilkan, serta senantiasa menjadi cahaya yang hangatnya dirasakan banyak insan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan