medcom.id, Denpasar: Kinerja polisi baik dari Polresta Denpasar maupun Polda Bali dalam menemukan lokasi penguburan Angeline sebenarnya tidak terlepas dari peran dua orang satuan pengamanan atau satpam yang bekerja di rumah Margriet, ibu angkat Angeline.
Keduanya adalah aktor di belakang layar penemuan bocah malang berusia delapan tahun itu. Mereka adalah Beny Mayo dan Dewa Ketut Raka. Lalu apa peran mereka hingga disebut aktor kunci, ini kronologisnya:
Beni Mayo adalah koordinator satpam di rumah Margriet. Dia direkrut Margriet melalui PT Surya Patriot Mandala (SPM) yang beralamat Jalan Patih Jelantik Kuta.
"Kami mulai bekerja pada 4 Juni 2015. Karena tugas jaga hanya sampai pukul 24.00 Wita, maka perusahaan hanya memberikan dua tenaga pengamanan yang dibagi menjadi dua shift (gelombang)," terang Beni.
Patut diingatkan kembali, Angeline dikabarkan hilang pada 16 Mei. Pada 10 Juni barulah diketahui kalau Angeline terkubur tak bernyawa di dekat kandang ayam rumahnya.
Nah, Beni baru bekerja pada 4 Juni atau seminggu sebelum jenazah Angeline ditemukan. Saat itu, Margriet kerap mengeluhkan rumahnya tak aman karena banyak dimasuki orang tak dikenal.
Beni dan Dewa pun dimintai untuk ketat mengawasi. Keduanya diminta untuk terus menyisir seantero rumah Margriet, takut-takut ada orang yang menyelinap masuk. Beni pun melakukan penyisiran hingga ke halaman belakang rumah tak jauh dari kandang ayam.
"Namun, anehnya ketika masuk kerja, kami hanya diminta menjaga hingga pintu gerbang, tidak boleh masuk sampai ke belakang. Saat itu kami tidak curiga apa-apa. Kami juga berpikir pekerjaan akan lebih ringan," ujar Beni.
Beni pula yang sempat melarang Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Yuddy Chrisnandi masuk ke dalam rumah Margriet. Ia mengaku tak bisa menolak perintah atasannya, Margriet.
"Waktu itu kami berpikir bahwa itu adalah hak klien. Privasi yang harus dilindungi," ujarnya.
Setelah kerja beberapa hari, persoalan pun muncul. Petugas keamanan tidak memiliki akses ke toilet karena pintu gerbang selalu dikunci. Komplain pun terjadi.
"Saat itulah kami menghubungi klien untuk dibukakan akses toilet. Maka, dibukalah pintu samping kanan karena ada satu ruangan yang memiliki toilet. Dari ruangan itu ada akses ke dalam rumah Margriet hingga ke bagian belakang rumah," ujarnya.
Sampai pada suatu hari, Dewa Ketut Raka mendapatkan giliran jaga. Ia adalah pensiunan TNI. Dewa merupakan orang pertama yang memberi akses kepada tim buser polisi untuk melakukan pengecekan sampai di bagian belakang rumah.
"Secara prosedur memang salah. Tetapi harus diingat, petugas pengaman bagian dari kepolisian juga. Makanya kami memberikan akses yang seluas-luasnya kepada petugas untuk menyisir bagian belakang rumah," jelasnya.
Dewa juga ikut menemani polisi menyisir di kandang ayam. Bahkan, Dewa ikut menggali beberapa titik sampai menemukan lokasi penguburan Angeline. Dalam penyisiran itu, Margriet tak pernah diberi tahu. Penyisiran juga dilakukan saat Margriet sedang keluar belanja.
"Saat petugas meminta masuk, Dewa Ketut Raka sempat keberatan dan ingin menghubungi bosnya. Namun, petugas minta Dewa untuk tak melapor dengan alasan agar leluasa memeriksa. Dan hasilnya, jenazah Angeline ditemukan," kata Beni.
medcom.id, Denpasar: Kinerja polisi baik dari Polresta Denpasar maupun Polda Bali dalam menemukan lokasi penguburan Angeline sebenarnya tidak terlepas dari peran dua orang satuan pengamanan atau satpam yang bekerja di rumah Margriet, ibu angkat Angeline.
Keduanya adalah aktor di belakang layar penemuan bocah malang berusia delapan tahun itu. Mereka adalah Beny Mayo dan Dewa Ketut Raka. Lalu apa peran mereka hingga disebut aktor kunci, ini kronologisnya:
Beni Mayo adalah koordinator satpam di rumah Margriet. Dia direkrut Margriet melalui PT Surya Patriot Mandala (SPM) yang beralamat Jalan Patih Jelantik Kuta.
"Kami mulai bekerja pada 4 Juni 2015. Karena tugas jaga hanya sampai pukul 24.00 Wita, maka perusahaan hanya memberikan dua tenaga pengamanan yang dibagi menjadi dua shift (gelombang)," terang Beni.
Patut diingatkan kembali, Angeline dikabarkan hilang pada 16 Mei. Pada 10 Juni barulah diketahui kalau Angeline terkubur tak bernyawa di dekat kandang ayam rumahnya.
Nah, Beni baru bekerja pada 4 Juni atau seminggu sebelum jenazah Angeline ditemukan. Saat itu, Margriet kerap mengeluhkan rumahnya tak aman karena banyak dimasuki orang tak dikenal.
Beni dan Dewa pun dimintai untuk ketat mengawasi. Keduanya diminta untuk terus menyisir seantero rumah Margriet, takut-takut ada orang yang menyelinap masuk. Beni pun melakukan penyisiran hingga ke halaman belakang rumah tak jauh dari kandang ayam.
"Namun, anehnya ketika masuk kerja, kami hanya diminta menjaga hingga pintu gerbang, tidak boleh masuk sampai ke belakang. Saat itu kami tidak curiga apa-apa. Kami juga berpikir pekerjaan akan lebih ringan," ujar Beni.
Beni pula yang sempat melarang Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Yuddy Chrisnandi masuk ke dalam rumah Margriet. Ia mengaku tak bisa menolak perintah atasannya, Margriet.
"Waktu itu kami berpikir bahwa itu adalah hak klien. Privasi yang harus dilindungi," ujarnya.
Setelah kerja beberapa hari, persoalan pun muncul. Petugas keamanan tidak memiliki akses ke toilet karena pintu gerbang selalu dikunci. Komplain pun terjadi.
"Saat itulah kami menghubungi klien untuk dibukakan akses toilet. Maka, dibukalah pintu samping kanan karena ada satu ruangan yang memiliki toilet. Dari ruangan itu ada akses ke dalam rumah Margriet hingga ke bagian belakang rumah," ujarnya.
Sampai pada suatu hari, Dewa Ketut Raka mendapatkan giliran jaga. Ia adalah pensiunan TNI. Dewa merupakan orang pertama yang memberi akses kepada tim buser polisi untuk melakukan pengecekan sampai di bagian belakang rumah.
"Secara prosedur memang salah. Tetapi harus diingat, petugas pengaman bagian dari kepolisian juga. Makanya kami memberikan akses yang seluas-luasnya kepada petugas untuk menyisir bagian belakang rumah," jelasnya.
Dewa juga ikut menemani polisi menyisir di kandang ayam. Bahkan, Dewa ikut menggali beberapa titik sampai menemukan lokasi penguburan Angeline. Dalam penyisiran itu, Margriet tak pernah diberi tahu. Penyisiran juga dilakukan saat Margriet sedang keluar belanja.
"Saat petugas meminta masuk, Dewa Ketut Raka sempat keberatan dan ingin menghubungi bosnya. Namun, petugas minta Dewa untuk tak melapor dengan alasan agar leluasa memeriksa. Dan hasilnya, jenazah Angeline ditemukan," kata Beni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)