Baturaja: Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Jejak Bumi Indonesia Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan, menyebut, 70 persen hutan habitat satwa di Sumsel telah dirambah manusia. Akibatnya binatang buas seperti harimau kerap memasuki permukiman penduduk.
"Kehadiran hewan buas seperti harimau masuk perkebunan dan permukiman penduduk di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten OKU karena habitatnya sebagian besar sudah dirambah oleh masyarakat," kata Pendiri LLH Jejak Bumi Indonesia, Hendra A Setyawan, melansir Antara, Sabtu, 11 Januari 2020.
Ia memerinci habitat harimau yang kini dirambah manusia dan dijadikan lahan pertanian dan perkebunan terjadi di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Nanti, Mekakau Saka, dan SM Gunung Raya. Semakin sempit wilayah hutan lindung yang tersisa, semakin luas wilayah jelajah harimau.
"Padahal kawasan itu yang menjadi jelajah harimau untuk mencari makanan. Karena sumber pangan tidak ditemukan lagi, akhirnya siapapun yang ketemu dalam kawasan itu, termasuk manusia, jadi sasaran," jelas dia.
Hendra berharap agar pemerintah daerah meningkatkan koordinasi bersama pihak terkait untuk segera mengambil sikap agar dampak rusaknya hutan lindung tidak semakin parah hingga merusak habitat satwa.
"Kami juga sering melakukan sosialisasi tentang peraturan dalam kawasan hutan lindung, pelestarian lingkungan dan edukasi kepada masyarakat di beberapa kabupaten di Sumsel agar habitat satwa tersebut tetap terjaga," pungkasnya.
Baturaja: Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Jejak Bumi Indonesia Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan, menyebut, 70 persen hutan habitat satwa di Sumsel telah dirambah manusia. Akibatnya binatang buas seperti harimau kerap memasuki permukiman penduduk.
"Kehadiran hewan buas seperti harimau masuk perkebunan dan permukiman penduduk di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten OKU karena habitatnya sebagian besar sudah dirambah oleh masyarakat," kata Pendiri LLH Jejak Bumi Indonesia, Hendra A Setyawan, melansir
Antara, Sabtu, 11 Januari 2020.
Ia memerinci habitat harimau yang kini dirambah manusia dan dijadikan lahan pertanian dan perkebunan terjadi di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Nanti, Mekakau Saka, dan SM Gunung Raya. Semakin sempit wilayah hutan lindung yang tersisa, semakin luas wilayah jelajah harimau.
"Padahal kawasan itu yang menjadi jelajah harimau untuk mencari makanan. Karena sumber pangan tidak ditemukan lagi, akhirnya siapapun yang ketemu dalam kawasan itu, termasuk manusia, jadi sasaran," jelas dia.
Hendra berharap agar pemerintah daerah meningkatkan koordinasi bersama pihak terkait untuk segera mengambil sikap agar dampak rusaknya hutan lindung tidak semakin parah hingga merusak habitat satwa.
"Kami juga sering melakukan sosialisasi tentang peraturan dalam kawasan hutan lindung, pelestarian lingkungan dan edukasi kepada masyarakat di beberapa kabupaten di Sumsel agar habitat satwa tersebut tetap terjaga," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)