Jakarta: Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini tampak bangga dengan peningkatan kesejahteraan yang terjadi pada warga gang Dolly. Bekas lokalisasi prostitusi tersebut, kata Risma, sudah berubah menjadi kawasan yang produktif dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"(Gang) Dolly sudah berubah. Hasil karya mereka seperti sleeper itu banyak yang pesan, tidak cuma dari Jakarta, Bandung, dan Semarang, tetapi sampai Kalimantan dan Papua," ujarnya saat mengisi diskusi di Soehanna Hall, The Energy Buiding, Jakarta Selatan, Rabu, 31 Juli 2019.
Risma menuturkan, hal tersebut berkat riset yang dilakukannya sebelum memutuskan menutup kawasan tersebut. Itu kenapa riset menjadi hal yang tidak boleh disepelekan seorang kepala daerah.
"Waktu itu saya kerahkan staf-staf perempuan untuk mendata jumlah PSK dan mucikari, ternyata banyak sekali. Saya survei satu persatu, berapa pendapatannya, pengeluarannya, apa sebab mereka jadi PSK, apa mimpi mereka, hingga akhirnya saya putuskan untuk berani menutup," tutur dia.
Keputusan berbekal riset juga dilakukan Risma pada segala bidang. Untuk mengurangi limbah, misalnya, dia juga berbekal penelitian yang menggandeng mahasiswa universitas.
"Contoh ketika saya tetapkan kenapa kawasan timur Surabaya jadi kawasan konservasi. Daerah tersebut mengandung limbah B3 yang bisa memengaruhi kualutas ikan-ikan, kalau termakan bisa menurunkan kualitas otak," kata dia.
"Tapi berdasarkan penelitian, mangrove bisa menyerap limbah B3 di lahan basah. Delapan tahun saya survei efektivitas program tersebut, limbah sudah tidak ada," imbuhnya.
Begitu juga dalam mengurangi polusi udara, Risma berbekal riset yang merekomendasikan penyediaan tanaman-tanaman penyerap polusi.
"Surabaya terkenal panas, tapi dengam kerja keras, baca-baca riset, pokoknya rekomendasi apapun saya coba, saat ini udara dari 35 derajat celcius sudah turun menjadi 32 derajat celcius. Pagi-pagi bahkan sudah bisa 20-19 derajat," pungkasnya.
Jakarta: Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini tampak bangga dengan peningkatan kesejahteraan yang terjadi pada warga gang Dolly. Bekas lokalisasi prostitusi tersebut, kata Risma, sudah berubah menjadi kawasan yang produktif dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"(Gang) Dolly sudah berubah. Hasil karya mereka seperti
sleeper itu banyak yang pesan, tidak cuma dari Jakarta, Bandung, dan Semarang, tetapi sampai Kalimantan dan Papua," ujarnya saat mengisi diskusi di Soehanna Hall, The Energy Buiding, Jakarta Selatan, Rabu, 31 Juli 2019.
Risma menuturkan, hal tersebut berkat riset yang dilakukannya sebelum memutuskan menutup kawasan tersebut. Itu kenapa riset menjadi hal yang tidak boleh disepelekan seorang kepala daerah.
"Waktu itu saya kerahkan staf-staf perempuan untuk mendata jumlah PSK dan mucikari, ternyata banyak sekali. Saya survei satu persatu, berapa pendapatannya, pengeluarannya, apa sebab mereka jadi PSK, apa mimpi mereka, hingga akhirnya saya putuskan untuk berani menutup," tutur dia.
Keputusan berbekal riset juga dilakukan Risma pada segala bidang. Untuk mengurangi limbah, misalnya, dia juga berbekal penelitian yang menggandeng mahasiswa universitas.
"Contoh ketika saya tetapkan kenapa kawasan timur Surabaya jadi kawasan konservasi. Daerah tersebut mengandung limbah B3 yang bisa memengaruhi kualutas ikan-ikan, kalau termakan bisa menurunkan kualitas otak," kata dia.
"Tapi berdasarkan penelitian, mangrove bisa menyerap limbah B3 di lahan basah. Delapan tahun saya survei efektivitas program tersebut, limbah sudah tidak ada," imbuhnya.
Begitu juga dalam mengurangi polusi udara, Risma berbekal riset yang merekomendasikan penyediaan tanaman-tanaman penyerap polusi.
"Surabaya terkenal panas, tapi dengam kerja keras, baca-baca riset, pokoknya rekomendasi apapun saya coba, saat ini udara dari 35 derajat celcius sudah turun menjadi 32 derajat celcius. Pagi-pagi bahkan sudah bisa 20-19 derajat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)