Banda Aceh: Makna dan arti kemerdekaan sangat besar bagi masyarakat Indonesia, begitupun bagi rakyat Aceh. Berbagai rangakaian cerita panjang mengiringi hingga kemerdekaan diproklamirkan, salah satunya cerita semangat dan pengorbanan rakyat Aceh mengumpulkan 20 kilogram emas untuk disumbangkan membeli pesawat Dakota RI-001 demi Kemerdekaan.
Pesawat Seulawah Agam atau Dakota RI-001 Seulawah yang berarti gunung emas berjenis Dakota DC-3 ini memiliki panjang 19,66 meter dan rentang sayap 28,96 meter yang mampu terbang hingga kecepatan 346 km/jam.
Keberadaan pesawat itu bermula pada 16 Juni 1948 Presiden Soekarno datang ke Aceh dan berorasi di depan masyarakat Aceh untuk membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Aceh pada jamuan makan malam di Hotel Atjeh Kutaraja.
Saat itu, Soekarno berhasil membangkitkan semangat rakyat Aceh. Kemudian, Melalui sebuah kepanitiaan yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji, berhasil dikumpulkannya sumbangan dari rakyat Aceh dalam waktu dua hari berjumlah 120.000 Dolar Singapura atau setara dengan 20 kg emas.
Sumbangan emas dari hasil patungan rakyat Aceh tersebut kemudian digunakan untuk membeli sebuah pesawat dakota dan menjadi pesawat angkut pertama Indonesia. Pesawat itu tiba di Indonesia pada bulan Oktober 1948 dan dinyatakan layak operasional sejak 20 Januari 1949.
Di Aceh, pesawat tersebut disambut dengan gembira dan suka cita, bahkan sempat diadakan terbang perkenalan kepada pemuka masyarakat Aceh.
Sebulan setelah kedatangannya, pesawat tersebut telah mengantarkan Wakil Presiden melakukan kunjungan ke Sumatera melalui rute; Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutarajasa pulang pergi. Rute penerbangan dari Jogjakarta ke ujung barat Indonesia adalah rute yang cukup panjang yang melewati daerah yang sebagian besar dikuasai oleh Belanda yang mempunyai beberapa skadron pemburu.
Daerah Sumatra dijadikan sasaran propaganda dana dakota, hal tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain, karena teritorialnya merupakan daerah propaganda strategis yang memungkinkan diadakannya hubungan dagang dengan luar negeri.
Selain itu potensi kekayaan alam letak geografisnya memungkinkan mendapatkaan devisa dengan cara penyeludupan barang ke luar negeri, yang terpaksa harus dilakukan karena adanya blokade Belanda yang tidak memungkinkan melaksanakan perdagangan dengan luar negeri secara wajar.
Karena potensi itulah Sumatera dijadikan sasaran dana Dakota. Daerah yang dituju adalah Lampung, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, Tapanuli, dan Aceh.
Dakota RI-001 Seulawah merupakan awal berdirinya perusahaan pesawat niaga pertama Indonesia Airways dan merupakan cikal bakal dari lahirnya Garuda Indonesia.
Karena jasanya yang dinilai sangat besar bagi cikal bakal berdirinya sebuah maskapai penerbangan komersial di Indonesia dan juga merupakan jasa bagi Indonesia, kini pesawat itu dijadikan monumen dilapangan Blang Padang Banda Aceh, sebagai lambang bahwa sumbangan rakyat Aceh sangatlah besar bagi perjuangan Republik Indonesia.
Banda Aceh: Makna dan arti
kemerdekaan sangat besar bagi masyarakat Indonesia, begitupun bagi rakyat
Aceh. Berbagai rangakaian cerita panjang mengiringi hingga kemerdekaan diproklamirkan, salah satunya cerita semangat dan pengorbanan rakyat Aceh mengumpulkan 20 kilogram emas untuk disumbangkan membeli pesawat Dakota RI-001 demi Kemerdekaan.
Pesawat Seulawah Agam atau Dakota RI-001 Seulawah yang berarti gunung emas berjenis Dakota DC-3 ini memiliki panjang 19,66 meter dan rentang sayap 28,96 meter yang mampu terbang hingga kecepatan 346 km/jam.
Keberadaan pesawat itu bermula pada 16 Juni 1948 Presiden Soekarno datang ke Aceh dan berorasi di depan masyarakat Aceh untuk membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Aceh pada jamuan makan malam di Hotel Atjeh Kutaraja.
Saat itu, Soekarno berhasil membangkitkan semangat rakyat Aceh. Kemudian, Melalui sebuah kepanitiaan yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji, berhasil dikumpulkannya sumbangan dari rakyat Aceh dalam waktu dua hari berjumlah 120.000 Dolar Singapura atau setara dengan 20 kg emas.
Sumbangan emas dari hasil patungan rakyat Aceh tersebut kemudian digunakan untuk membeli sebuah pesawat dakota dan menjadi pesawat angkut pertama Indonesia. Pesawat itu tiba di Indonesia pada bulan Oktober 1948 dan dinyatakan layak operasional sejak 20 Januari 1949.
Di Aceh, pesawat tersebut disambut dengan gembira dan suka cita, bahkan sempat diadakan terbang perkenalan kepada pemuka masyarakat Aceh.
Sebulan setelah kedatangannya, pesawat tersebut telah mengantarkan Wakil Presiden melakukan kunjungan ke Sumatera melalui rute; Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutarajasa pulang pergi. Rute penerbangan dari Jogjakarta ke ujung barat Indonesia adalah rute yang cukup panjang yang melewati daerah yang sebagian besar dikuasai oleh Belanda yang mempunyai beberapa skadron pemburu.
Daerah Sumatra dijadikan sasaran propaganda dana dakota, hal tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain, karena teritorialnya merupakan daerah propaganda strategis yang memungkinkan diadakannya hubungan dagang dengan luar negeri.
Selain itu potensi kekayaan alam letak geografisnya memungkinkan mendapatkaan devisa dengan cara penyeludupan barang ke luar negeri, yang terpaksa harus dilakukan karena adanya blokade Belanda yang tidak memungkinkan melaksanakan perdagangan dengan luar negeri secara wajar.
Karena potensi itulah Sumatera dijadikan sasaran dana Dakota. Daerah yang dituju adalah Lampung, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, Tapanuli, dan Aceh.
Dakota RI-001 Seulawah merupakan awal berdirinya perusahaan pesawat niaga pertama Indonesia Airways dan merupakan cikal bakal dari lahirnya Garuda Indonesia.
Karena jasanya yang dinilai sangat besar bagi cikal bakal berdirinya sebuah maskapai penerbangan komersial di Indonesia dan juga merupakan jasa bagi Indonesia, kini pesawat itu dijadikan monumen dilapangan Blang Padang Banda Aceh, sebagai lambang bahwa sumbangan rakyat Aceh sangatlah besar bagi perjuangan Republik Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)