Jombang: Tuminah, salah satu seorang perempuan veteran perang harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya yang pas-pasan. Nenek berusia 98 tahun ini berasal dari Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
Pejuang yang tergabung dalam Laskar Hizbullah ini, kini hidup seorang diri di sisa usianya yang melebihi usia negeri ini pada hari kemerdekaan RI.
"Tahun 45-an, ikut perang di Indonesia sini saja. seperti daerah Krian, Mojokerto, ke gunung-gunung Wonosalam, ke Kandangan Kidul. Maju pokoknya, disuruh maju ya maju, kalau mundur ya mundur. kalau tidak ada yang nganterin ya tidak makan," kata Tuminah di Jombang, Rabu, 16 Agustus 2023.
Dia mengisahkan situasi perang mengusir penjajah di berbagai daerah, khususnya di Jawa Timur, cukup heroik. Pada usia 20 tahun, ia sudah bergabung dengan para pejuang lain, berhadap-hadapan dengan tentara Belanda, mulai di jalan-jalan, permukiman hingga pegunungan dan hutan.
Perempuan kelahiran tahun 1925 ini menuturkan, pada saat bergabung di Batalyon Mojosari yang dipimpin Munasir, ia kerap kali bergerilya di tengah hutan saat Belanda menyerang. Cadangan makanan yang biasa dibawa kerap habis dan para pasukan terpaksa makan buah mengkudu karena kelaparan.
"Apalagi kalau pas ada penjajah dari belanda itu, saya masuk ke alas ya tidak makan, cuma makan mengkudu. Saya ini tentara hisbullah, batalion saya orang Mojosari. Pokoknya Indonesia merdeka, senang bisa mengusir penjajah," jelasnya.
Meski begitu ia mengaku cukup bangga Indonesia bisa merdeka. Menurutnya kemerdekaan menjadi sangat penting karena seluruh rakyat banyak yang menderita.
Kini perempuan yang dikaruniai anak sebanyak 14 orang ini berharap Kemerdekaan Indonesia bisa tetap bertahan sampai kapanpun. Di kehidupan sehari-hari, ia mengaku masih bisa bertahan hidup meski serba pas-pasan.
"Dulu gajiannya Rp45 ribu setiap bulannya, sekarang sudah dapat satu juta delapan ratus per bulannya," ujarnya.
Jombang: Tuminah, salah satu seorang perempuan
veteran perang harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya yang pas-pasan. Nenek berusia 98 tahun ini berasal dari Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
Pejuang yang tergabung dalam Laskar Hizbullah ini, kini hidup seorang diri di sisa usianya yang melebihi usia negeri ini pada
hari kemerdekaan RI.
"Tahun 45-an, ikut perang di Indonesia sini saja. seperti daerah Krian, Mojokerto, ke gunung-gunung Wonosalam, ke Kandangan Kidul. Maju pokoknya, disuruh maju ya maju, kalau mundur ya mundur. kalau tidak ada yang nganterin ya tidak makan," kata Tuminah di Jombang, Rabu, 16 Agustus 2023.
Dia mengisahkan situasi perang mengusir penjajah di berbagai daerah, khususnya di Jawa Timur, cukup heroik. Pada usia 20 tahun, ia sudah bergabung dengan para pejuang lain, berhadap-hadapan dengan tentara Belanda, mulai di jalan-jalan, permukiman hingga pegunungan dan hutan.
Perempuan kelahiran tahun 1925 ini menuturkan, pada saat bergabung di Batalyon Mojosari yang dipimpin Munasir, ia kerap kali bergerilya di tengah hutan saat Belanda menyerang. Cadangan makanan yang biasa dibawa kerap habis dan para pasukan terpaksa makan buah mengkudu karena kelaparan.
"Apalagi kalau pas ada penjajah dari belanda itu, saya masuk ke alas ya tidak makan, cuma makan mengkudu. Saya ini tentara hisbullah, batalion saya orang Mojosari. Pokoknya Indonesia merdeka, senang bisa mengusir penjajah," jelasnya.
Meski begitu ia mengaku cukup bangga Indonesia bisa merdeka. Menurutnya kemerdekaan menjadi sangat penting karena seluruh rakyat banyak yang menderita.
Kini perempuan yang dikaruniai anak sebanyak 14 orang ini berharap Kemerdekaan Indonesia bisa tetap bertahan sampai kapanpun. Di kehidupan sehari-hari, ia mengaku masih bisa bertahan hidup meski serba pas-pasan.
"Dulu gajiannya Rp45 ribu setiap bulannya, sekarang sudah dapat satu juta delapan ratus per bulannya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)