Samarinda: Desa dengan status tertinggal berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tahun ini tersisa lima. Angka ini mengalami penurunan 12 desa ketimbang tahun sebelumnya yang masih terdapat 17 desa.
"Penurunan jumlah desa tertinggal karena adanya penanganan dari berbagai indikator baik sosial, ekonomi, maupun lingkungan," ujar Tenaga Ahli (TA) Pendataan IDM Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Kaltim Meydi Perangin Angin di Samarinda, Selasa, 25 Juli 2023.
Sisa lima desa/kampung dengan status tertinggal tersebut adalah Kampung Mapulu di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, kemudian empat kampung di Kecamatan Bongan, Kabupaten Kutai Barat yakni Kampung Gerungung, Tanjung Soke, Deraya, dan Kampung Lemper.
Ia mengatakan keberhasilan menurunkan jumlah desa tertinggal berkat kerja sama berbagai mulai dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMD) Kaltim, dinas terkait di tingkat Kaltim hingga kabupaten, kecamatan, para pendamping desa, hingga pemerintah desa bernama masyarakat.
Dari tiga indikator sebagai tolok ukur penilaian IDM yang meliputi Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE), dan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL), indikator yang mendapat penanganan intensif tahun lalu hingga pertengahan tahun ini IKL.
Hal ini dilakukan karena rata-rata 17 desa yang sebelumnya mengantongi status tertinggal, kendala yang paling banyak adalah terkait kerawanan maupun potensi bencana, baik bencana alam maupun non-alam yang masuk di indikator IKL.
Untuk itu, kata Meydi, semua pihak tahun lalu kemudian sepakat melakukan mitigasi pada desa-desa yang rawan terkena bencana seperti bencana banjir akibat pasang surut, banjir akibat hujan, tanah longsor, dan bencana lainnya, termasuk bencana non-alam.
"Bencana memang sulit dihindari dan ada yang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa melakukan mitigasi untuk meminimalisasi dampaknya, seperti dengan membuat papan peringatan, tanda dan arah titik kumpul penyelamatan, melakukan simulasi kebencanaan dan lainnya," urai Meydi.
Sedangkan lima desa yang saat ini masih berstatus tertinggal karena berkaitan dengan minimnya infrastruktur terutama jalan, termasuk masih kurangnya dukungan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan, sehingga semua pihak telah berkoordinasi untuk mencukupi kekurangan tersebut.
Samarinda:
Desa dengan status tertinggal berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tahun ini tersisa lima. Angka ini mengalami penurunan 12 desa ketimbang tahun sebelumnya yang masih terdapat 17 desa.
"Penurunan jumlah desa tertinggal karena adanya penanganan dari berbagai indikator baik sosial, ekonomi, maupun lingkungan," ujar Tenaga Ahli (TA) Pendataan IDM Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Kaltim Meydi Perangin Angin di Samarinda, Selasa, 25 Juli 2023.
Sisa lima desa/kampung dengan status tertinggal tersebut adalah Kampung Mapulu di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, kemudian empat kampung di Kecamatan Bongan, Kabupaten Kutai Barat yakni Kampung Gerungung, Tanjung Soke, Deraya, dan Kampung Lemper.
Ia mengatakan keberhasilan menurunkan jumlah desa tertinggal berkat kerja sama berbagai mulai dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMD) Kaltim, dinas terkait di tingkat Kaltim hingga kabupaten, kecamatan, para pendamping desa, hingga pemerintah desa bernama masyarakat.
Dari tiga indikator sebagai
tolok ukur penilaian IDM yang meliputi Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE), dan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL), indikator yang mendapat penanganan intensif tahun lalu hingga pertengahan tahun ini IKL.
Hal ini dilakukan karena rata-rata 17 desa yang sebelumnya mengantongi status tertinggal, kendala yang paling banyak adalah terkait kerawanan maupun potensi bencana, baik bencana alam maupun non-alam yang masuk di indikator IKL.
Untuk itu, kata Meydi, semua pihak tahun lalu kemudian sepakat melakukan mitigasi pada desa-desa yang rawan terkena bencana seperti bencana banjir akibat pasang surut, banjir akibat hujan, tanah longsor, dan bencana lainnya, termasuk
bencana non-alam.
"Bencana memang sulit dihindari dan ada yang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa melakukan mitigasi untuk meminimalisasi dampaknya, seperti dengan membuat papan peringatan, tanda dan arah titik kumpul penyelamatan, melakukan simulasi kebencanaan dan lainnya," urai Meydi.
Sedangkan lima desa yang saat ini masih berstatus tertinggal karena berkaitan dengan minimnya infrastruktur terutama jalan, termasuk masih kurangnya dukungan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan, sehingga semua pihak telah berkoordinasi untuk mencukupi kekurangan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)